Sepulangnya Anya dengan Kenzo tadi, Papanya ternyata sudah menunggunya di ruang tamu. Anya pikir bahwa dia akan kena omel Leo. Kenyataannya sangat berbanding terbalik.
"What do you think about him?" tanya Leo pada Anya ketika Anya menurut untuk ikut duduk bersama sang ayah di sofa.
Who? Kenzo, kah?
"Kenzo, Pa?" tanya Anya.
"Iya. Anak sulung Pandigoro. Menurut kamu dia gimana?"
"He's good."
"That's all?"
Anya menatap bingung pada Papanya. Ini Papanya sedang dalam mode kepo? Atau? Anya sungguh tak mengerti.
"Iya, Pa,"
"Kamu suka sama dia?" tanya Leo lagi.
Fix, Bos Besar lagi kepo. batin Anya.
Anya sengaja tak ingin menyuarakannya karena dia tahu pasti Papanya akan marah. "Nggak. Kita cuma teman,"
"It's so obvious that you like him," tukas Leo seperti sedang ketok palu saat di persidangan.
Hah? "Nggak, Pa."
"Iya juga nggak apa. Papa kenal baik dengan keluarga mereka,"
"..."
"Kelihatan juga Kenzo suka sama kamu. Cara dia menatap kamu itu sudah jelas kalau memang dia menyimpan rasa."
Anya serba salah. Dia tak tahu harus menjawab apa. Ini adalah pertama kalinya sejak dua tahun lalu Anya ngobrol panjang dengan Papanya. Tapi, bedanya obrolan dua tahun lalu itu adalah kenyataan paling menyakitkan yang pernah dialaminya. Mengingatnya saja Anya merasa sakit.
"Terus?" dari sekian banyak kata serta kalimat yang ada, hanya kata itu yang keluar dari mulut Anya. Sejujurnya Anya agak tidak yakin apakah ini Papanya atau bukan. Sangat tumben Papanya ini menanyakan masalah pria pada Anya.
"Bukan apa-apa. Papa hanya ngerasa kamu aman sama dia. Dia orang yang baik seperti kata kamu,"
"Oh," dari sekian banyak kosakata, hanya kata itu yang terucap.
Bodoh, Nya. batinnya.
Leo tersenyum tipis sambil kemudian beranjak dari sofa. "Kamu tidur sana. Jaga kesehatan kamu," katanya kemudian berlalu dari hadapan Anya.
"Iya, Pa,"
***
Sepulangnya Kenzo di apartemennya, dia menemukan Kenneth sedang enak-enakan selonjoran di sofa mahalnya. Kebiasaan.
"Udah selesai kencannya?" tanya Kenneth yang sedang asyik dengan mobile gamenya.
"Kencan?"
"Siapalah itu Kanya anak SMA itu,"
Kenzo mengerutkan kedua alisnya. Bagaimana bisa Kenneth tahu tentang Anya? Kenzo memang belum sempat bercerita apapun pada Kenneth tentang gadis ajaib yang memang saat ini mulai mengisi hatinya. Ya memang tak bisa dipungkiri bahwa Kenzo mulai menyukai gadis itu. Bukan karena dia mirip dengam Senna. Kenzo sadar kalau dia menyukai Anya karena gadis itu adalah Anya tanpa embel-embel putri keluarga Hadisukmana. Kenzo menyukai tingkah absurd gadis itu. Kenzo menyukai cara gadis itu tersenyum malu-malu. Kenzo menyukai cara gadis itu cemberut saat sedang tidak dalam mood yang baik. Kenzo menyukai gadis itu ketika menyanyikan lagu-lagu andalannya. Entah sejak kapan Kenzo mulai menyadari perasaannya tapi, sejak tadi Kenzo sadar bahwa ada rasa ingin memiliki ketika dia sadar bahwa Anya tidak sekuat Anya yang biasa dilihatnya. Anya di hadapan keluarganya adalah Anya yang berbeda.
"Nah, ngayal apa lo, kak? Jangan pedofil gitu dong serem gue liatnya," kata Kenneth yang mendapat hadiah lemparan jas dari Kenzo yang otomatis membuat ponselnya terjatuh di wajah tampannya.
Tidak perlu menunggu berapa lama, "Abaaang!!" teriak Kenneth marah.
"Kenapa sih, dek?" dengan wajah polosnya Kenzo meneguk air es dari botol yang diambilnya di kulkas barusan.
"Tck, orang pedofil mah gitu ya kurang peka sama yang hampir seumuran," ejek Kenneth yang sudah memasang kuda-kuda karena siapa tahu kali ini dia mendapat hadiah lemparan botol dari Kenzo.
"She's seventeen years old, Ken! Masih dalam batas wajar," bantah Kenzo tak terima dikatai pedofil.
"Ya beda tujuh tahun menurut gue pedofil,"
"Menurut gue nggak tuh," balas Kenzo sengit.
Kenneth langsung tertawa melihat tingkah Kenzo kakaknya. Sudah lama sejak Kenzo dan dirinya tidak berdebat masalah wanita. Sudah lama sehingga membuat Kenneth rindu saat-saat seperti ini. Kepergian kekasih kakaknya itu memang membawa pukulan yang mendalam bagi Kenzo. Bagaimana tidak? Kenzo mendengar kabar kematian kekasihnya seminggu setelah Senna dimakamkan di Bandung. Kenneth saat itu adalah orang yang paling tahu kesakitan Kenzo. Dua kali dia ditinggalkan oleh dua wanita kesayangannya dan dua kali juga dia menjadi orang terakhir yang tahu. Ibunya. Waktu itu Kenzo sedang mengenyam pendidikan di London. Ibu Kenzo tidak ingin putra sulungnya tahu kalah ibunya sedang sekarat. Dia tidak ingin mengganggu fokus Kenzo di Inggris. Keputusan yang sangat salah!
Kenzo berubah menjadi pria yang dingin sejak saat itu sampai saat dia bertemu Senna. Cahayanya. Hidupnya.
"So, how is she? Is she good?" tanya Kenneth kali ini serius.
Kenzo menatap Kenneth sambil ikut duduk di sofa. Kenzo tersenyum, "Dia itu gadis ajaib. Saking ajaibnya sampe gue nggak nyangka bisa ketemu perempuan kayak dia." tuturnya tanpa sadar mulai flashback saat pertama kali dia bertemu dengan Anya.
"Ajaib?" tanya Kenneth.
"Kalo lo ketemu dia pasti ntar juga lo langsung tau," tutur Kenzo sambil kemudian beranjak dari duduknya dan mulai melepas kancing atas kemejanya.
"Gue penasaran," gumam Kenneth.
Mungkin memang Kenzo harus sekali-sekali mempertemukan Anya dengan adiknya yang rada sableng itu. Secepatnya.
"Lo tau tentang Anya darimana?" tanya Kenzo.
"Foto yang lo simpen di laptop lo. Apalah itu sok mesra di dufan. Sok mesra sambil makan es krim. Candid pula kayak remaja baru gede. Geli banget gue liatnya," ejek Kenneth sambil mengedikkan kedua bahunya.
"Bilang aja lo iri. Ngaku aja gue ikhlas kok,"
"Ngiri sama pedofil? Ogah!"
Senyum jail di wajah Kenzo seketika hilang saat kemudian Kenzo sudah menerjang Kenneth dengan pukulan khas kakak adik mereka sejak kecil. Kenneth hanya bisa terbahak sambil menangkis pukulan sang kakak. Setidaknya sang kakak sudah bukan mayat hidup lagi sekarang.
Itu saja sudah sangat melegakan bagi Kenneth.
***
Berlin, Germany.
"Kamu udah bangun?" tanya seorang perawat dalam bahasa Jerman.
Yang ditanya hanya tersenyum sambil mengangguk menunggu perawat untuk menyuntikkan sesuatu seperti biasa.
"Sei geduldig, es wird nicht lange dauern," kata perawat itu masih tersenyum ramah.
"Ich weiß, danke, Edeline," balas orang itu tersenyum.
***
Author's note.
Sei geduldig, es wird nicht lange dauern : Bersabarlah, ini takkan lama
Ich weiß, danke.
Aku tahu, Terima kasih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody's Me
RomanceKehilangan seseorang yang berarti membuat kita sadar kalau memang hidup itu datang dan pergi. Hari-hari yang dijalani dengan tawa dan senyum ternyata tidak menjamin bahwa memang seseorang itu bahagia. Seorang Anya yang suka dengan lagu Elvis Presle...