[1] Harapan

4.7K 483 24
                                    

H a p p y   R e a d i n g

* * *

UNTUK kesekian kalinya, aku mendapati kedua bola matanya tertuju ke arahku. Lagi-lagi melambungkan harapan yang kian meninggi setiap harinya. Hanya tinggal menunggu hari di mana dia menghancurkannya dalam satu sentuhan kecil.

Aku sudah terbiasa.

Terombang-ambing dalam ketidakpastian yang selalu dia ciptakan.

Dan bodohnya. Aku masih saja bergelung nyaman di dalam ketidakpastian yang terkadang menyakitkan untukku terima.

Aku masih menunggunya.

Karena hatiku berkata, dia mempunyai perasaan yang sama. Walau terkadang, hatiku juga berkata, dia sama sekali tidak mempunyai perasaan yang sama.

Apa dia tau?

Setiap hari, langkahku selalu berada dalam jalur kebingungan yang rumit.

Sikapnya begitu manis berbungkus tak acuh yang sulit aku jelaskan apa maunya. Dia terlalu abu-abu.

"Hai, Zoya." Dia menyapaku, melempar senyum manis yang menurut pengetahuanku, jarang ia berikan pada perempuan manapun kecuali aku.

Aku balas senyum, "Hai."

Dia bangkit, bergerak menuju ke arahku. Meninggalkan gerombolan teman-temannya yang bersiul ria, bermaksud ingin menggoda.

"Lo gak suka ya, soal foto itu?"

Aku tersenyum tipis, "Suka-suka aja."

Dia manggut-manggut, "Soalnya pas gue upload di Instagram, lo kaya menjauh gitu."

Aku mengernyit tipis. Orang gila mana sih, yang tidak suka foto kebersamaannya di upload orang yang di suka?

"Gue gak menjauh." Bukannya lo yang menjauh?

Dia menoleh, melempar raut yang tidak bisa aku baca. "Serius? Lo gak marah 'kan?"

Aku menggeleng. "Gak."

Dia tersenyum lebar, "Yaudah deh. Fotonya gak jadi gue hapus." katanya riang, lalu beranjak pergi. Kembali menghampiri teman-temannya yang sedari tadi masih berkicau.

Dan untuk kesekian kalinya, setelah harapanku layu, dia datang dan kembali menyuburkan harapan yang tertanam di dada.

* * *

are you in love with me? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang