H a p p y R e a d i n g
* * *
HARI ini, aku berusaha untuk memperkecil peluangku untuk bertatap muka dengan dia.
Entah kenapa, rasa kesal masih bersarang dalam dada setelah kejadian kemarin sore.
Ketika aku beranjak pergi melewati mereka yang berpelukan ria, aku bisa melihat kedua mata dia tertuju ke arahku. Tapi kenapa bibirnya bungkam?
Kenapa dia selalu seperti itu?
Pandanganku teralihkan ketika suara tepuk tangan menggema, memenuhi ruang kelas hanya untuk menyambut dia dan teman-temannya maju ke depan kelas untuk membawakan sebuah lagu.
Aku lantas membuang pandangan ketika dia menoleh ke arahku. Aku harus menepati perkataanku; aku ingin mengurangi frekuensiku menantapnya.
"Oke, silakan." Suara Pak Surya--guru seni budaya di sekolahku, terdengar.
Beberapa detik setelahnya, suara petikan gitar mulai terdengar. Membuatku semakin sulit untuk tidak menoleh.
Day after day.
Time passed away.
And i just can't get you off my mind.
Nobody knows, i hide it inside.
I keep on searching but i can't find.
The courage to show to letting you know.
I've never felt so much love before.
And once again i'm thinking about.
Taking the easy way out.
Suaranya yang merdu berpadu dengan iringan petikan gitar yang begitu pas, membuat pertahanku runtuh dan kalah. Kedua mata ini akhirnya menoleh, segera bertabrakan dengan kedua iris hitam coklat miliknya.
Dan aku membeku ketika bibirnya melengkung, melempar senyum tipis.
But if i let you go, i will never know.
What my life would be holding you close to me.
Will i ever see your smiling back at me?
How i will know, if i let you go.
Sudut bibirku berkedut, menahan senyum. Lantas, aku membuang muka, menghindari tatapannya yang terus menerus menyerangku.
Night after night i hear my self say.
Why can't this feeling just fade away.
There's no one like you.
You speak to my heart.
It's such a shame.
We're worlds apart.
I'm too shy to ask, i'm so proud to lose.
But sooner or later, i gotta chose.
Aku terus mendengar suaranya dengan jantung yang berdegup tak karuan. Dan detik berikutnya, Audri menyenggol lenganku, membisikan satu kalimat yang membuat pipiku memanas.
"Zo, Zidan ngeliatin lo mulu tuh."
Sungguh, aku tak bisa untuk tidak menoleh ke arahnya.
But if i let you go, i will never know.
What my life would be holding you close to me.
Will i ever see your smiling back at me?
How i will know, if i let you go.
Sedetik setelah nyanyian usai, suara tepuk tangan kembali terdengar.
Aku masih saja tersenyum, memikirkan kemungkinan apakah lagu itu dia nyanyikan untukku?
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
are you in love with me?
ContoKamu, Zidan Alkavi. Laki-laki misterius yang tidak pernah bisa aku baca apa isi hatimu. Kamu terlalu abu-abu. Dan kamu terlalu mahir untuk membuatku terus terombang-ambing dalam ketidakpastian yang menyakitkan. "Bila kamu udara, bagaimana aku bisa...