H a p p y R e a d i n g
* * *
AKHIRNYA kesengsaraanku berakhir juga. Sekian lama aku menanti, akhirnya omelan Mama yang setiap malam menggema, menyuruhku untuk belajar sirna.
Ulangan Kenaikan Kelas telah usai, dan ponselku telah kembali. Hanya tinggal menunggu hasilnya keluar dan liburan.
Tentu saja hari ini tidak ada satupun guru yang masuk ke kelas. Mereka sibuk mengoreksi atau mungkin menilai hasil kerja keras kami.
Dan kini, tinggal para murid yang bosan. Salah satunya aku.
Ponsel yang biasanya ampuh mengusir rasa bosan level akut sekalipun. Tapi tidak lagi untuk saat ini.
Dulu, aku sering menstalk akun dia. Kini, mungkin akan lebih baik jika aku berhenti melakukan itu. 'Kan, aku harus berhenti dari segala macam aktivitas yang berbau tentang dia.
Aku ingin mencoba terbiasa.
Akhir-akhir ini juga, aku amat sangat jarang berbincang dengan dia. Hanya membicarakan tugas Bahasa Indonesia, selebihnya hanya saling melempar tatapan mata.
Aku memilih untuk menjauh. Dan sepertinya, dia juga sama.
Menyedihkan terkadang jika aku mengingat momen lucu diantara kami. Terlebih saat aku yang sering tertangkap basah olehnya. Rasanya aku ingin mengulang itu walau aku harus menanggung malu.
"EH, pengumuman pengumuman!" Falah, si ketua kelas ternarsis yang pernah aku kenal, berteriak lantang di depan kelas.
"Ngambil rapot tanggal duapuluh tujuh!" katanya.
"Libur sampe kapan?" Yah, pertanyaan khas pelajar. Selalu yang di tunggu adalah liburan.
Falah mengangkat kedua bahu, "Gak tau dah, paling nanti di kasih surat edarannya. Mangkannya lo semua jangan pada balik dulu."
Sedetik setelah Falah selesai berbicara, kelas kembali ramai. Tidak ada yang menanggapi ucapannya membuat Falah menggerutu kesal.
"Besok gak usah sekolah yuk Zo, udah gak belajar ini. Kalo ada pengumuman paling di share di grup." Audri menghasut seperti setan.
Aku tentu saja mengangguk, "Oke."
Audri tersenyum lebar, lalu kembali asik memainkan game yang katanya baru ia download tadi malam.
Tak ingin mengganggu, aku lantas pamit ke kantin, ingin membeli jus untuk menyegarkan tenggorokan yang terasa kering.
Hingga beberapa meter di depan, aku bisa melihat dia tengah berjalan sendirian, berlawanan arah denganku.
Tentu saja aku gugup, namun berusaha aku sembunyikan.
"Hai, Zo." Dia menyapaku seraya melempar senyum.
Oke Zoya, jangan meleleh.
Aku balas senyum, "Hai."
Dia berhenti, dan otomatis aku juga menghentikan langkahku. "Hari pertama masuk sekolah, lo bisa dateng pagian gak?"
Keningku berkerut tipis, "Kira-kira, sebelum sekolah rame."
Untuk beberapa saat aku terdiam, berpikir kenapa menunggu hari pertama masuk sekolah?
"Bisa gak Zo?" tanyanya lagi.
Aku lantas mengangguk mantap, "Oke deh, gue mungkin dateng jam enaman." Aku bisa melihat dia tersenyum, lalu pamit pergi.
Aku masih terdiam menatap punggungnya yang menghilang di balik dinding. Lalu seulas senyum tipis terbit.
Kira-kira, untuk apa ya, dia menyuruhku datang pagi-pagi? Ah, aku jadi tidak sabar menunggu datangnya hari itu.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
are you in love with me?
Historia CortaKamu, Zidan Alkavi. Laki-laki misterius yang tidak pernah bisa aku baca apa isi hatimu. Kamu terlalu abu-abu. Dan kamu terlalu mahir untuk membuatku terus terombang-ambing dalam ketidakpastian yang menyakitkan. "Bila kamu udara, bagaimana aku bisa...