[4] Nyanyian

3.1K 383 6
                                    

H a p p y  R e a d i n g

* * *

PAGI ini aku sengaja datang lebih awal dari biasanya. Karena aku tau jika dia dan teman-temannya akan berlatih untuk tampil bernyanyi dua hari lagi sebagai tugas Seni Budaya.

Ah, rasanya aku tidak sabar menanti hari itu.

Sejak seminggu lalu aku sering mengkhayal dia membawakan lagu yang bermaksud menyatakan perasaannya padaku di depan kelas. Lengkap dengan gitar di pangkuan.

Tapi aku sadar. Dunia nyata tidak seindah khayalan liarku itu.

Aku geleng-geleng kepala, "Sadar Zoya, sadar." Aku menepuk-nepuk keningku, menyuruhnya untuk segera menghentikan khayalan itu.

Aku terus berjalan, hingga samar-samar telingaku menangkap nyanyian di selingi suara petikan gitar dari dalam kelasku.

Refleks, aku tersenyum tipis seraya mempercepat langkahku menuju kelas.

Aku mengendap-endap, mengintip lewat jendela ketika menyadari hanya dia ada dia di dalam kelas. Bernyanyi sendiri dengan petikan gitar yang tampak begitu dihayati sepenuh hati.

Tak mau melewatkan momen itu, aku segera mengeluarkan ponsel untuk merekam nyanyiannya yang begitu indah menggema di telinga.

Dengarkanlah permintaan hati yang teraniaya sunyi.

Dan berikanlah arti pada hidupku.

Yang terhempas. Yang terlepas.

Pelukanmu. Bersamamu. Dan tanpamu.

Aku hilang selalu.

Dan bodohnya, karena terlalu girang mendengar nyanyian merdunya, tanganku refleks menepuk jendela dengan gemas. Tentu saja menarik perhatian dia yang asik bernyanyi di dalam sana.

Lantas, aku cepat-cepat menunduk. Bersembunyi dengan degup jantung yang menggila karena aku bisa mendengar derap langkahnya yang mendekat.

"Zoya?"

Aku memejamkan mataku kuat-kuat. "Zoya 'kan?" Dia berjongkok di hadapanku yang masih saja mematung karena malu yang begitu kentara.

"Ngapain Zo?" Aku bisa mendengar suaranya yang penuh keheranan.

Perlahan, aku membuka mata lalu melempar cengiran lebar. "Tadi ... hape gue jatoh." jawabku seraya menunjukan ponselku ke arahnya.

Detik berikutnya, aku bisa melihat keningnya berkerut samar, "Lo ...  ngerekam apaan?"

Refleks, aku melotot lebar, cengiranku luntur seketika. Aku bisa merasakan pipiku memanas dan rasanya, aku benar-benar berharap aku bisa menghilang dari tempat ini sekarang juga.

* * *

are you in love with me? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang