H a p p y R e a d i n g
* * *
P
AGI ini aku datang ke kelas dengan lesu. Tidak ada minat sama sekali untuk bersekolah. Rasanya, masih ingin tidur di istana ternyamanku; kamar.
Otakku masih enggan berpikir setelah semalaman sibuk memikirkan nasibku ke depannya. Apakah harus berhenti, atau tetap menunggu laki-laki seperti dia.
Jika aku tidak tau malu, mungkin sekarang aku sudah berlari ke arahnya, lalu berteriak keras, "GUE TUH SUKA SAMA LO, NYADAR GAK SIH?!" Atau mungkin, "HUBUNGAN LO SAMA ALSYA TUH APA SIH?! GUE GILA MIKIRIN ITU DOANG!"
Iya, aku tau itu memang terlalu berlebihan. Hanya saja, otakku terus berteriak kalimat semacam itu.
"Lo kenapa lesu amat dah?" tanya Audri setelah aku mendaratkan bokongku di kursi.
Aku menoleh, "Males."
Audri tertawa kecil, "Ilangin tuh males, lusa udah UKK juga."
Aku hanya tersenyum tipis, tanpa minat sebagai tanggapan. Audri terlalu mudah untuk berkata, tapi tidak merasakan bagaimana sulitnya untuk mengusir rasa malas ini.
Toh, bagaimana bisa aku tidak malas, jika alasanku untuk semangat saja kemungkinan besar sudah menjadi milik Alsya?
Aku melirik ke arah pojok kelas, tempat di mana dia duduk.
Dia masih saja asik dengan ponsel, wajahnya terlihat serius. Dan tiga detik berikutnya, aku tau apa yang sedang ia kerjakan setelah dia berteriak gemas.
"Ah, kalah lagi gue!"
Aku tersenyum tipis memperhatikan raut wajahnya yang tampak begitu kesal.
Namun detik berikutnya, senyum itu luntur ketika Alsya dengan centilnya menghampirinya, duduk bersebelahan. Dan yang menyebalkan, dia tampak senang.
Lagi-lagi membuatku tertampar dengan keyakinanku sendiri, jika mereka memang benar pacaran.
Dan sudahlah, mungkin ini saatnya aku harus fokus belajar dan berhenti berharap padanya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
are you in love with me?
ContoKamu, Zidan Alkavi. Laki-laki misterius yang tidak pernah bisa aku baca apa isi hatimu. Kamu terlalu abu-abu. Dan kamu terlalu mahir untuk membuatku terus terombang-ambing dalam ketidakpastian yang menyakitkan. "Bila kamu udara, bagaimana aku bisa...