Jika takdirnya memang seperti itu, mau bagaimanapun kalian pasti selalu bertemu. Tak peduli dimanapun, kapanpun dan sekeras apapun kau berusaha menghindarinya.
❀
Park Jimin dan Jeon Jungkook.
Meskipun mereka berdua sama-sama cowok, tapi mereka benar-benar berbeda. Berbeda orang tua, berbeda tanggal lahir dan tentu saja berbeda sifat.
Ah ya. Mereka sama-sama menginjak kelas 12, kelas akhir di Yayasan Santos Joseph. Jeon Jungkook dikenal karena wajahnya, sedangkan Jimin dikenal karena sifatnya yang antimainstream.
Dia sangat suka bergosip dan berkumpul bersama adik kelas di parkiran sepeda setelah bel pulang berdering.
"Jim, hari ini lo bawa sepeda atau motor?" Jungkook bertanya sambil mengikat tali sepatunya.
Jimin menggeleng, "Gue nebeng sama Taeyong. Lagi mager bawa sepeda atau motor."
Setelah mengikat tali sepatunya, Jungkook berjalan menuju depan kelas. Di tangan kirinya sudah menggenggam spidol papan, sedangkan tangan kanannya memegang selembar kertas tugas yang didapatkannya dari guru Piket kemarin.
Setelah selesai menulis tugas yang harus dikerjakan teman sekelasnya, Jungkook menepuk tangannya keras-keras. Dia berusaha menarik perhatian seisi kelas untuk mendengar penjelasan yang hendak ia sampaikan.
"GUYS, HARI INI PAK SIWON GAK NGAJAR. KEMARIN, DARI GURU PIKET, KITA DAPET TUGAS BUAT NGERJAIN RINGKASAN PPKN. DIKUMPULNYA MINGGU DEPAN!"
Mendengar pengunguman dari Jungkook, seisi kelas bersorak ria. Ada yang mengeluarkan laptop dan stick PS, ada yang membaca novel dan ada juga yang lanjut bermain kartu domino.
Sedangkan Jungkook, disana dia membuat gestur untuk mengajak Jimin keluar dari kelas yang ramai saat ini. Sambil menyisir rambut dengan jari-jarinya, Park Jimin datang menghampiri teman sebangkunya itu.
"Lo mau ngajak gue kemana?"
"Keliling sekolah. Disini ribut." Jawab Jungkook singkat.
Lalu, dia berjalan mendahului Jimin dan menuruni anak tangga agar sampai di lantai dasar. Jungkook menengadahkan mukanya ke atas langit pagi hari ini. Bunga Sakura tropis berguguran, satu kelopaknya jatuh di rambutnya saat ini.
Jimin memukul pelan bahu Jungkook, "Mukaknya tolong dikontrol dong, mas. Sok-sokan ngadep ke atas kayak poster film bioskop mellow aja anjir."
"Masih mending gue kayak poster film," Jungkook menatap sinis Jimin. "Daripada lo hobinya main film yang alurnya itu-itu terus. Alurnya tentang lo yang hobi nge PHP-in semua cewek di sekolah ini." lanjutnya.
Jimin hanya tersenyum membalas ucapan Jungkook. Teman dekatnya ini memang benar, dia memang cowok yang dilahirkan dengan sifat seperti itu. Kini, mereka berjalan tak tentu arah, tidak tau ingin pergi kemana.
Jimin yang berjarak setengah meter dari samping Jungkook melempari temannya sekaleng kopi instan. Untung saja kalengnya tidak jatuh dan Jungkook berhasil menangkapnya.
Sebelum membuka tutup kaleng itu, Jungkook mengucap terima kasih pada Jimin. "Thanks, bro."
"Nyet, temenin gue ke kamar mandi yok?"
Langkah Jungkook terhenti. Dia menoleh ke arah Jimin, tatapannya seakan bertanya ngapain-lo-ngajak-gue-ke-kamar-mandi?!
"Jangan nethink dulu. Gue mau ngaca aja, temenin bentar." Kata Jimin.
Jimin yang awalnya berlari menuju kamar mandi, tiba-tiba saja berjalan pelan dan bersembunyi di balik tembok didekat sana. Jungkook ikut bersembunyi, dia melihat arah tatapan temannya saat ini.
"Jim, lo lagi liatin siapa sih?"
Jimin menunjuk kedua cewek yang sedang bercermin sambil berbincang. Lebih tepatnya, Jimin menunjuk cewek yang berdiri di sebelah kiri.
Kang Seulgi dan Kim Yerim.
❀―tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eraser [✔]
FanfictionSesuatu yang pertama kali kau butuhkan saat salah menulis sebuah alfabet dengan pensil. Sesuatu yang pertama kali muncul dibenakmu saat orang-orang membahas partner sejati pensil. Sesuatu yang dilupakan sesaat tip-x menjadi trend di kalangan murid S...