10❀―

895 209 11
                                    

Dia, dengan santainya mengucap petuah cinta pada kami berdua.

"Taehyung! Jimin! Jungkook! Sini!"

Ketiga cowok yang masih mengenakan seragam sekolah itu menoleh ke sumber suara. Tepat di pojok ruangan, cewek berambut hitam itu sudah menumpuk beberapa buku Fisika, Biologi dan Kimia.

"Buset." Jungkook melihat Irene sekilas, lalu menoleh pada kedua sahabatnya. "Ada Irene woi,"

"Kook, kata lo disini kita bakal makan bareng. Kok malah belajar sih?"

Taehyung mengangguk menyetujui celetukan Jimin. Dia yang membayangkan akan menikmati sepiring roti bakar dengan topping Oreo, hanya mengulum senyum. "Yah, makan-makannya terancam batal nih. Karena udah disini, gimana kita sekalian belajar aja?"

Park Jimin terpaksa mengikuti keinginan kedua orang yang bersamanya saat ini. Awalnya, hanya dia dan Jungkook saja yang ingin pergi melepas penat setelah 4 jam berada di sekolah. Lalu, Kim Taehyung memaksa untuk ikut.

Lagi, lagi, lagi dan lagi.

Irene membuang muka saat Taehyung menunjukkan senyum kotak terbaiknya pada cewek teladan itu. Tak cukupkah saat dia tidak menimpali candaan garing di radio sekolah tadi pagi? Candaan garing yang berhasil membuatnya menjadi candaan seisi sekolah.

Ah, sudahlah. Kim Taehyung tak peduli. Dia hanya peduli tentang makan, pulang dan tidur.

"Ren, ngapain lo bawa buku seambrek gini ke minimarket?" Tanya Jungkook.

"Nyonya terhormat bernama Bae Irene yang menyandang status sebagai juara umum kedua sedang belajar keras untuk mempertahankan prestasinya, bukan?" Timpal Taehyung saat Irene hendak menjawab pertanyaan dari sahabat dekatnya itu. 

Dibandingkan ikut bercengkrama bersama Irene, Jungkook dan Taehyung, Park Jimin memilih untuk diam dan menyembunyikan rasa tak jelas entah dari mana yang sedang memukul-mukul dadanya saat ini.

Ini bukan penyakit Asma, ada yang bermasalah dengan perasaan Jimin saat ini.

"Jim, lo kenapa?"

Jimin menggelengkan kepalanya, "bukan apa-apa. Jangan khawatir," lanjutnya.

Suasana lantai dua minimarket ini sungguh sepi. Hanya ada mereka berempat sebagai pengunjung dan warna-warna pastel serta beberapa ornamen yang menghiasi dinding tempat ini. Kursi dan mejanya terbuat dari potongan kayu gelondongan berbentuk pipih. Tentu saja kayu itu sudah di ampelas dan di cat terlebih dahulu.

Pemikiran Irene untuk mengajak tiga cowok tampan ini belajar bersama bukanlah keputusan yang tepat. Malah, saat ini dia malah menyesali keputusannya untuk memanggil mereka untuk duduk disini. Mereka asyik sendiri. Taehyung sibuk dengan smartphone nya―mungkin dia sedang chatting dengan seseorang, lalu Jungkook hanya melihat ke lantai bawah tanpa henti dan Jimin bertopang dagu, dia melamun.

Konsentrasinya untuk belajar sudah pecah tak beraturan, akhirnya setelah sepuluh menit berusaha belajar dia langsung menutup buku-buku tebal itu dan memasukkannya ke dalam paper bag.

"Eh, eh ..." Taehyung agak panik saat melihat Irene memasukkan satu buku terakhir, "lo mau pulang?" Tanya nya.

Dengan suara ketus, Irene menjawab. "Ngapain gue pulang? Gue udah males buat belajar tau."

"Ren, can you tell me how to make someone to love me back?" Tanya Jimin pada Irene, "kan lo pinter nih, gue yakin banget lo pasti bisa jawab."

"Ada pertanyaan lagi tentang cinta yang lo bertiga mau tanyain ke gue? Supaya gue sekalian bisa buat kesimpulan gitu." Irene tersenyum riang, pertanyaan Jimin menarik perhatiannya.

"Entah kenapa, belakangan ini gue jadi pengen deketin mantan lagi. Mau deketin lagi, gue malah ragu. Gue harus gimana?" Giliran Jungkook yang bertanya. Ah ya, Taehyung sedang turun ke lantai bawah untuk memesan makanan.

"Embun tak perlu warna untuk membuat daun jatuh cinta. The sentence mean you must love and be yourself to make someone or your ex loving you back."

❀―tbc.

Eraser  [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang