Special Chapter (3)

6K 512 58
                                    

Sudah hampir tengah malam dan Yein baru saja sampai rumah. Hampir sebulan ini Yein selalu pulang malam, apalagi penyebabnya kalau bukan karena tugasnya sebagai dokter residen. Menjelang tahun terakhirnya sebagai dokter residen, Yein mulai disibukkan dengan banyak jadwal operasi. Pilihannya untuk mengambil spesialis bedah toraks dan kardiovaskular (bedah jantung dan dada), membuatnya harus lebih lama tinggal di rumah sakit untuk melakukan operasi. Memang Yein belum jadi pemeran utama dalam semua operasi itu, ia hanya sebatas sebagai asisten dokter, tapi itu adalah tahap penting yang harus dijalaninya sebagai seorang calon dokter bedah.

Karena itulah, Yein menjadi jarang di rumah. Ia selalu pulang tengah malam dan kembali berangkat keesokan paginya. Tak ada lagi sosok istri setia yang selalu menunggu Jungkook pulang, yang ada hanyalah Jungkook yang sudah terlelap tidur saat Yein tiba di rumah. Beruntungnya, Jungkook sangat memahami profesi Yein. Ia tidak pernah marah jika Yein pulang terlambat. Bahkan Jungkook tidak pernah protes pada Yein yang tidak sempat membuatkan makan malam untuknya seperti dulu.

Suasana rumah sudah sepi. Sepertinya Jungkook dan ketiga anaknya sudah terlelap. Yein berjalan menuju ke dapur untuk mengambil air minum.

"Eomma!"

"Astaga!" Yein nyaris terlonjak saat mendengar suara Najung. Yein pun menengok ke arah ruang keluarga, ia bisa melihat siluet badan Najung yang sedang duduk di sofa.

"Eomma baru pulang?" tanya gadis kecil yang genap berusia sepuluh tahun itu.

"Najung belum tidur?" Yein balik bertanya sambil melangkah mendekati Najung. Ia pun menyalakan lampu ruang tengah untuk penerangan.

"Belum, Najung belum selesai mengerjakan PR eomma," jawab Najung.

"Kenapa belum selesai? PR apa?" tanya Yein.

"PR sejarah eomma, Najung tidak bisa jawab pertanyaannya."

Jawaban Najung langsung membuat kening Yein berkerut. Bagaimana mungkin Najung tidak bisa menjawab pertanyaan pada PR sejarah? Najung itu punya ingatan fotografis, apapun yang ia lihat, dengar dan alami akan selalu ia ingat dan tak mungkin bisa lupa. Jadi, pelajaran sejarah bukanlah masalah baginya karena itu adalah pelajaran yang mengandalkan kemampuan mengingat. Selama ini pun Najung selalu mendapatkan nilai sempurna untuk pelajaran sejarah.

"Najung bohong ya sama eomma? Tidak mungkin Najung tidak bisa mengerjakan PR sejarah, itu pelajaran yang menggunakan ingatan, jadi Najung pasti bisa.."

"Najung kerjakan sendiri saja!" potong Najung kesal. Tanpa mengucapkan apapun, Najung langsung pergi meninggalkan Yein yang menatapnya bingung.

***

Pagi harinya, Najung lebih banyak diam. Tidak banyak bicara seperti biasanya.

"Najung kenapa?" tanya Jungkook saat menyadari ada keanehan pada putri sulungnya.

"Memangnya Najung kenapa?" tanya Najung balik.

"Najung lebih banyak diam dari tadi."

"Itu hanya perasaan appa," sanggah Najung.

Jungkook hanya diam mendengar jawaban putrinya. Sedangkan Yein menatap Najung dengan tatapan bingung. Yein heran dengan sikap anak tirinya ini. Mungkinkah Najung marah padanya karena kejadian semalam? Atau marah pada Jungkook? Entahlah.

***

Yein menjepit ponsel di antara pundak dan kepalanya. Kedua tangannya sedang memegang berkas pasien yang harus dia periksa.

"Wae oppa?" tanya Yein pada orang di ujung sana.

"Wali kelas Najung meminta kita untuk datang ke sekolah," jawab Jungkook.

Her and His [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang