CHAPTER 11

7.5K 652 98
                                    

"Aku ingin mengakhiri pernikahan kontrak ini. Aku ingin kita bercerai."

Bagaikan disambar petir, Jungkook terkejut bukan main. Ia tak menyangka kalau Yein akan mengatakan hal itu, terlebih saat ini Yein sedang dalam keadaan berduka.

"Kenapa harus bercerai?" tanya Jungkook.

"Karena aku tak punya alasan lagi untuk meneruskan pernikahan ini. Ibuku sudah meninggal, aku tak butuh uangmu lagi," jawab Yein.

"Tapi kau perlu uang untuk biaya kuliahmu," kata Jungkook. Ia tidak ingin bercerai dengan Yein. Ia mulai sadar kalau ia jatuh cinta pada Yein. Wanita itu mulai menggantikan posisi Nayeon di hatinya sedikit demi sedikit. Walaupun terlambat, ia ingin memulai semuanya dari awal dengan Yein. Sayangnya, Yein sudah lebih dulu meminta untuk bercerai.

"Aku bisa pinjam uang dari pemerintah, atau aku bisa masuk ke pusat pelatihan pemerintah untuk orang-orang sepertiku. Dengan begitu, biaya hidup dan kuliahku akan ditanggung oleh pemerintah."

"Tapi tunjangan dariku jauh lebih banyak dari itu. Kau bisa hidup berkecukupan dengan tunjangan dariku setiap bulannya."

"Kau ini kenapa sih!?" sentak Yein kesal. "Bukankah kau membenciku karena aku menikahimu demi uang? Tapi kau bertingkah seolah-olah kau tidak mau bercerai denganku. Bahkan kau menggunakan alasan uang untuk menahanku. Kau masih menganggapku seorang wanita matre? Iya!? Atau kau hanya mau mempermainkanku, hah!?"

"Bukan begitu maksudku, aku hanya khawatir pada Najung dan Yejung. Mereka sudah sangat dekat denganmu Yein," Jungkook menjadikan kedua anaknya sebagai alasan. Bibirnya terasa kelu untuk mengatakan pada Yein agar tetap di sisinya. Gengsinya terlalu tinggi untuk mengatakan kalau ia mencintai Yein.

"Najung dan Yejung masih punya kau sebagai ayah kandung mereka. Aku hanya ibu tiri mereka yang dinikahi ayahnya karena sebuah kesepakatan, tak lebih. Aku yakin kau lebih dari bisa untuk merawat mereka. Lagipula, Najung dan Yejung bisa hidup dengan baik tanpa aku sebelumnya, kurasa sekarang pun bisa begitu."

"Tidakkah kau kasihan pada dua putriku yang tak punya ibu? Apa tidak ada sedikit rasa sayangmu pada mereka setelah kau mencoba merawat mereka? Aku pikir kau tulus menyayangi mereka," ujar Jungkook kecewa.

"Aku menyayangi mereka, sungguh. Mereka sudah seperti anakku sendiri. Tak masalah bagiku untuk tetap dekat dengan mereka, yang aku inginkan hanyalah berakhirnya ikatan antara kau dan aku."

***

Yugyeom terlihat cemas di kantornya. Ini sudah hampir pukul sepuluh pagi, dan tak ada tanda-tanda Jungkook muncul di kantornya. Itu juga berarti bahwa ada kemungkinan Jungkook masih ada di Busan bersama Yein.

"Apa mereka masih ada di Busan?" gumam Yugyeom. Ia mengkhawatirkan Yein saat ini dan ingin tahu keadaannya. Ia ingin menelepon Jungkook, tapi mereka sedang dalam mode bertengkar. Yugyeom juga mengkhawatirkan satu hal, ia takut terjadi apa-apa di antara Yein dan Jungkook yang bisa membuatnya kehilangan kesempatan untuk mendapatkan Yein. Cukup sekali saja ia kehilangan wanita yang ia cintai gara-gara Jungkook. Hanya Nayeon, tidak dengan Yein. Ia telah membiarkan rasa ini tumbuh begitu besar di dalam hatinya.

Akhirnya Yugyeom memutuskan untuk menelepon Yein. Ia langsung menekan panggilan cepat nomor satu yang ada di handphonenya.

Cukup lama panggilan itu tersambung, tapi sama sekali tidak ada jawaban. Hampir tiga kali ia mencoba, tapi tetap tidak ada jawaban. Ia pun memilih untuk mengiriminya pesan.

Yein, kau baik-baik saja? Aku mengkhawatirkanmu. Hubungi aku jika kau sudah membaca pesan ini.

Her and His [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang