Danu Wicaksono

15.9K 763 164
                                    

           

Kulihat Papaku yang sedang berbicara dengan Pak Rudi segera memohon ijin untuk pergi menemuiku.

"Mohon ijin Ndan, kami mau membantu putri kami" ucapnya. Segera Papaku berlalu dan membantuku berdiri.

Kulihat semua orang seperti membicarakanku sembari berbisik, "Oh anak Pak Wiyatno" itulah yang kudengar, lalu mereka melanjutkan aktivitasnya kembali.

"Sakit Nak? Mana yang sakit" ucap Papaku. "Tak apa Pap, jangan gitu, Sarah kan malu" ucapku.

"Mohon Ijin. Maaf Pak, kami menjatuhkan putri Bapak" ucap pria tersebut. "Ah gak papa Danu, mungkin kamu lagi gak lihat ada Sarah" ucap Papaku.

"Eh, Sarah kamu abis jatuh ya Nak? Kamu tak apa?" tiba-tiba Mamaku datang dengan wajah khawatir,

"Maaf Nak tadi Mama abis dari toilet. Mana yang sakit, sini Mama lihat" lanjutnya.

"Mama, Papa apaan sih. Kan Sarah udah gede, masa jatuh gitu doang diributin" aku pun mengatakan dengan menahan malu.

Kulihat sedikit senyuman diwajah Mas Danu, "Oh namanya Sarah, Sarah siapa? Maaf ya Sarah aku tadi nabrak kamu. Kenalin aku Danu Wicaksono" katanya sembari mengulurkan tangannya.

"Tak penting. Pergilah, aku sudah memaafkanmu" kataku.

Bukan, aku tak bermaksud kasar padanya, tapi aku merasa masih sangat trauma dengan hubunganku sebelumnya.

Aku trauma untuk berkenalan dengan pria manapun, dan aku trauma untuk memiliki hubungan lagi.

Kulihat Bu Dewi datang mendekat ke arahku, dengan suaranya yang halus khas Jawa Tengah dia mengatakan "Sarah, kamu gak papa nak? Maafin anak Ibu ya, dia emang gitu kalau jalan gak lihat-lihat." Katanya.

Seketika aku terpengangah mendengar ucapan Bu Dewi.

"Oh jadi ini anak jendral bintang tiga, yang katanya ganteng, keren, putih, tinggi, berbadan roti sobek dan merupakan Kapten itu."

"Ah gak papa tante, kan gak sengaja" jawabku tak enak.

"Jangan panggil tante, panggil Ibu saja" katanya, "Namanya siapa Nak? Cantik banget anak Bu Zabeena. Anggun banget dari tadi saya lihat." Lanjutnya.

Aku tersenyum malu "Sarr..." belum selesai aku menjawabnya tiba-tiba Mas Danu menjawab "Sarah, Bu. Tak tahu Sarah siapa, dia tak mau menyebutkan namanya" katanya. Seketika aku langsung menoleh kepada Mas Danu sambil melotot.

"Ah tuh kan Bu, Danu di pelototin" katanya, meledekku.

Mama, Papa, dan Bu Dewi ketawa melihat tingkah Mas Danu kecuali aku. Jelas saja karena aku lah yang disudutkan.

"Namanya Sarah Wibeena, Bu Dewi" Papar Mamaku. "Jahat ya Sarah? Biasa abis putus cinta makanya trauma" ucap Papaku ke Mas Danu, dan segera pergi meninggalkan kami.

"Oh, Sarah baru putus cinta" kata Bu Dewi, "Sejak kapan putusnya Sarah, kok belum move on" ucapnya dengan sangat sopan, sehingga tak terdengar nyinyir.

"Udah satu tahun, Bu" ucap Mamaku.

"Mama apaan sih, kok malah bahas aku" jawabku, menunjukan kerisihan.

"Sarah gak suka ya? Yaudah kita bahas yang lain aja yuk Bu" kata Bu Dewi, seraya mengajak Mama pergi masuk ke dalam.

"Bu, aku mau ngomong" ucap Mas Danu kepada Bu Dewi.

"Nanti aja Nak, Ibu mau ngobrol sam Bu Zabeena" jawab Bu Dewi.

"Gak papa kita ngobrol bertiga" ucapnya tegas seraya melirikku, seakan-akan aku tak boleh ikut bergabung.

Tak Sadar Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang