Kejahilanku

7.4K 486 77
                                    

Keadaan menjadi lebih kondusif saat kedua makhluk tak di undang itu telah pergi meninggalkan rumah tanpa sepatah kata pun.

Mama dan Ibu berusaha menenangkan Papa dan Ayah seketika karena emosinya telah menaik di atas kepalanya.

Sesaat setelah kepergian Maryam dan Kevin. Ayah dan Ibu juga ikut berpamitan pulang. Tentu saja dengan pidato panjangnya kepada Mas Danu yang tak jauh-jauh dari ucapannya saat tadi memarahinya, seperti jangan lakukan perbuatanmu lagi, jangan meninggalkan Sarah seperti itu, jangan macam-macam dengan Sarah, dan masih banyak lagi.

"Hari ini kalian tidur rumah!" Perintah Papa kepadaku dan Mas Danu seketika.

"Tapi Pa, besok Sarah ada Giat lagi dan ba-j.." Belum selesai aku berbicara Papa telah memotongnya.

"Sarah tak bisa kah kau menurut kepada Papamu walaupun kau telah ber-statuskan istri Danu? Papa yakin Danu tak keberatan tapi kamu selalu saja menolak perintah Papa. Kejadian itu persis seperti delapan tahun lalu saat kamu membawa tikus itu ke rumah. Papa sudah bilang tak usah berpacaran dengan seekor tikus tapi kau tak percaya." Sindir Papaku dan segera berlalu dari hadapanku.

Memang Papaku tak pernah mengizinkanku berpacaran dengan Kevin, dia dari dulu hanya ingin menjodohkanku dengan anak temannya yang tidak lain adalah Mas Danu sendiri. Tapi apa iya kekesalannya dengan Kevin masih saja berlanjut selama delapan tahun terakhir ini? Aneh! Pikirku.

Mas Danu memeluk erat pinggangku sembari berkata, "Sarah, udah turutin aja maunya Papa. Aku tak menyangka mereka berduet untuk memarahi kita." Ucapnya terkekeh.

Aku pun tertawa pelan mendengarkan ucapannya. Bukankah sangat lucu saat duet harusnya di lakukan untuk konser menyanyi. Sedangkan yang di lakukan oleh Ayah dan Papa adalah memarahi putra putri mereka. Putra putri yang telah berkeluarga dan memiliki seorang putri.

Dimana Hera sekarang?" Tanya-nya halus.

"Bi Astri." Jawabku singkat.

Dengan cepat Mas Danu masuk ke dalam rumah meninggalkanku di ruang tamu untuk mengecek keadaan putrinya.

©

Saat aku berebah di atas kasur dengan Mas Danu berdua, aku mendekat mesra ke arah tubuhnya. Aroma tubuhnya yang selalu ber-aroma maskulin mampu membawaku terbawa suasana saat menghirupnya.

"Sarah, apa kau takut dengan kepribadianku yang lain?" Tanya Mas Danu menundukan kepalanya agar dapat melihatku yang mendekap mesra di bahu dan melingkarkan tangaku di dadanya yang bidang.

"Masalah tadi?" Tanyaku dengan mendongakan kepalaku agar mampu menatap balik ke arahnya.

"Iya kau takut tidak? Aku minta maaf Sayang, tapi aku benar-benar tak ingin Maryam menyakitimu dan Kevin merebutmu dariku." Jawab Mas Danu yang di iringi ciuman gemas ke hidungku.

"Aku tahu dan aku yang meminta maaf seharusnya aku tak membawa Kevin lagi dalam hubungan kita." Balasku memelukkan erat tanganku ke pinggangnya yang terlingkar sesekali mengecup mesra dadanya yang bidang.

"Jangan, geli." Ucap Mas Danu terbahak dan sesekali menjauh karena geli yang dirasakannya.

"Beneran, beneran?" Ucapku menggodanya dengan semakin liar mencium dadanya sesekali ku jilat di beberapa bagian tertentu.

Tak Sadar Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang