6

249 41 2
                                    

"Kalian lagi, kalian lagi. Bisa tidak, dalam satu minggu kalian tidak membuat saya pusing? Apa kalian tidak bisa? Duduk diam di kelas dan memperhatikan guru yang mengajar? Kalau kalian ingin ke kantin, nanti di jam istirahat, bukan di jam pelajaran." Bu Siska memijit pelipisnya sambil menatap lelah pada dua wanita yang duduk di depannya.

"Jangan salahin kita dong bu. Salahin aja sekolah ini karena membuat peraturan jam masuk sekolah jam 7 pagi. Jadikan saya nggak sempat sarapan, nah karna saya laper, yaudah saya ke kantin." Bela mengatakan sederet kalimat itu dengan santai, tanpa ada rasa takut sedikitpun. Sedangkan Renata tidak peduli akan semua ocehan yang terjadi sejak mereka digiring dari kantin higga ke ruang BK.

Saat bel tanda masuk berbunyi, Renata dan Bela tidak kekelas, dan malah nongkrong-nongkrong cantik di kantin. Dan sialnya, satu jam kemudian bu Siska malah memergoki mereka, dan di sinilah mereka sekarang.

Bu siska memukul meja dengan keras membuat suara nyaring menggema di setiap sudut Ruangan, dan jangan lupakan tatapan melototnya yang membuat matanya hampir menggelinding keluar.

Bela dan Renata kontan memundurkan kursi mereka karena kaget.

"saya sedang memberi arahan kepada kalian. Jadi jangan membantah ucapan saya!!"

"lah.. kalo diam aja salah, ngejawab juga salah. Bingung gue sama nih Medusa." Gumam Renata pelan sambil membuang pandangannya kesamping. Sedangkan Bela menahan tawanya karena mendengar apa yang di ucapkan Renata.

"Apa yang kamu tertawakan?! Kamu pikir saya sedang melucu?! HAH?!"
Bu Siska melototi Bela dengan wajahnya yang sudah memerah karena marah. Bahkan telinganya juga memerah.

"saya nggak ngetawaiin ibu kok. Ibu aja yang terlalu sensitif, kayak orang PMS aja."

"ARABELAAAA?!!"

"Iya bu, iya." Bela dan Renata menutup telinga mereka. Bisa jadi viral nanti kalo tiba-tiba mereka harus di bawa ke dokter THT karena teriakan hebat dari bu Siska. Kan nggak lucu.

Bu siska menghela nafas panjang, sambil mengelus dadanya.

"Kalian berdua, bersihkan toilet wanita."

"Ok bu. Kalo git-"

"yang ada di gedung IPS."

Renata dan Bela kontan membelalak kearah bu Siska. Sedangkan bu Siska hanya menyeringai kearah mereka.

Gedung IPS. Tempat yang paling jauh dari kata bersih. Di koridor saja sampah-sampah berserakan tanpa ada satu siswa pun yang memiliki kesadaran untuk membersihkannya. Hanya petugas kebersihan sekolah-lah yang selalu memebersikan gedung itu.

Koridor saja seperti itu, bisa bayangkan bagaimana nasib toilet mereka? Lantai yang becekan, bau pesing yang menyengat, dan, ah.. bahkan roti jepang bekas pakai pun sampai ada di pojokan-pojokan pintu.

"Iyuuuuhhhh." Renata dan bela saling pandang dengan tatapan jijik.

"Bu, kita bersihin yang di gedung IPA aja deh bu, kalo perlu yang di gedung bahasa juga kita bersihin deh." Renata mencoba untuk bernegosiasi dengan bu Siska. Tapi hasilnya nihil karena bu Siska menggelengkan kepalanya dengan angkuh.

"Bu-"

"SEKARAAANGGG?!!!"

Renata dan bela menyerah, dan langsung mengambil langkah seribu ketika mendengar suara super dahsyat ala bu Siska.


*****

'Nih anak ngapain coba kegedung IPS?'

Kevin menatap was-was kepada Niko yang berada agak jauh di depannya.
Saat di kelas Niko hanya memainkan handphone-nya, dan tiba-tiba saja dia meminta izin untuk ke toilet. Tapi karena Kevin merasa ada yang aneh jadi Kevin meminta izin untuk ke toilet juga.

Not Like YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang