32 (END)

213 23 7
                                    

Tubuhnya masih tertutup oleh selimut putih, iris kelam itu masih memandang lurus dengan sorot dingin.

Pikirannya kosong, tidak ada yang di pikirkannya saat ini, bahkan untuk berpikir bagaimana cara agar dirinya bisa keluar dari rumah sialan itupun tidak. Lagi pula untuk apa, tidak ada yang bisa dia harapkan lagi. Apa kedua orang tuanya masih ingin menerimanya, anak gadis satu-satunya yang menjadi harapan besar mereka kini telah hancur tanpa sisa, bukannya membanggakan keluarga, dirinya justru hanya akan membuat nama keluarga mereka malu.

Apa Revan masih akan menerima Renata dan menyatakan perasaannya dengan cara seromantis malam itu, jika Revan tau sudah seperti apa Renata sekarang. Tidak ada pria baik-baik dengan masa depan secerah cuaca siang hari yang ditemani teriknya matahari di tengah langit biru yang akan menerima wanita kotor sepertinya.

Renata bahkan Ragu apakah Kevin, Niko atau bahkan Bela masih akan menagkuinya sebagai sahabat. Renata yakin mereka pasti akan jijik ketika mengetahui apa yang sudah terjadi padanya.

Jadi, jika saat ini Renata melihat pintu putih itu terkuak melebar di susul oleh seorang pria asing yang memiliki wajah sangat familiar, tidak ada yang bisa dilakukan Renata selain diam dan pasrah menerima apapun yang akan pria itu katakan atau lakukan pada-nya. Harapannya sudah hilang, bahkan jika boleh meminta, Renata ingin tuhan mencabut nyawanya detik ini juga.

****



Revan terduduk diam dengan mata yang terus memandang pada Evelyn yang tengah fokus menatap pada layar laptop di depannya.

Hal serupa juga di lakukan oleh Kevin dan juga Bela yang duduk di atas karpet, berbeda dengan dirinya yang duduk di atas sofa single milik Kevin.

Sedangkan Niko dan Celine, mereka tidak jauh berbeda dengan Evelyn. Menatap layar benda yang ada di depan mereka dengan mata yang fokus.

“Lo yakin dia bisa?”

Pertanyaan dengan nada bisikan itu membuat pandangan Revan beralih menatap Kevin.

“Gue ragu kalau dia bisa nge retas-retas gitu.” Sambung Kevin lagi.

Revan hanya bisa menghembuskan nafas sepanjang-panjangnya. Sejujurnya dirinya juga tidak tahu apakah Evelyn benar-benar bisa melacak keberadaan Renata. tapi tidak ada yang bisa dia lakukan selain berharap.

Jadi ketika Revan menceritakan tenang Renata yang hilang kemarin malam, Evelyn langsung menawarkan diri untuk melacak Renata melalui sinyal Handphone Renata dan Revan tidak ada pilihan lain selain mengiyakannya diikuti sebuah harapan.

“Em… guys?”  Panggilan dengan nada ragu itu membuat kepala mereka kontan tertoleh kearah Celine, kecuali Evelyn tentunya.

“Lo nemuin sesuatu?”

Wajah ragu Celine terlihat jelas membuat Niko yang ada di sampingnya lebih merapatkan diri dan ikut membaca artikel yang terpampang di layar,

Seorang dokter psikolog ternama di nyatakan hilang secara misterius, menurut kesaksian anak perempuan nya yaitu Arvina Gieska Kendard, terakhir kali dia melihat ibunya adalah pagi hari sebelum dia berangkat kesekolah dan saat pulang rumahnya sudah dalam keadaan kosong. Menurut kesaksian orang-orang yang tinggal di lingkungan itu, mereka tidak melihat jika Dr. Kendard keluar dari rumahnya pada hari itu.

Hilangnya dokter yang sangat berpengaruh dalam dunia psikologis ini mengundang  banyak Tanya bagi publik.

“Apa yang aneh dari ini?” Suara Kevin memecah keheningan,

Look at this,”

Celine mengscroll membuat artikel itu menurun dan memunculkan gambar seorang wanita yang masih terlihat muda dengan jas putihnya, wanita itu duduk di sebuah bangku taman dengan tangan yang merangkul seorang gadis yang tersenyum kearah kamera. Di bawah gambar itu tertera keterangan ‘Dr.Veranda Kendard & putrinya, Arvina G. Kendard.’

Not Like YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang