9

210 35 3
                                    

Revan sedang memasukan buku-bukunya ke dalam tas. Revan mengedarkan pandangannya keseluruh sudut kelas yang kosong. bel tanda berakhirnya KBM sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Karena banyaknya tugas yang harus di catat, jadilah Revan berada seorang diri di sini.



Revan melangkah dengan cepat menuju ke luar kelas, kemudian mulai menuruni anak tangga dengan langkah tergesa mengingat Renata sudah menunggunya di parkiran. Tadi Revan sudah mengirim pesan pada Renata agar menunggunya di parkiran karena Revan masih harus menyelesaikan tugas ekonominya.



Saat di koridor kelas XI, tiba-tiba langkah Revan terhenti. Dengan cepat, Revan menatap sepasang tangan mungil yang melingkar erat di perutnya. Ada yang memeluknya dari belakang. Menyadari hal itu. Revan terkekeh gemas.



"Ren..Ren.. kan gue bilang tunggu di parkiran aja, nggak usah nyusulin kekelas. Kelas gue jauh, di lantai 3. Nanti lo capek naik tangganya." Revan mengelus sepasang tangan yang melingkar di perutnya itu. "Ck, baru 10 menit nunggu aja lo udah kangen sama gue."



Dengan lembut, Revan melepaskan sepasang tangan yang melingkar di perutnya. Masih dengan senyum yang merekah, Revan membalikan tubuhnya menghadap keaarah orang yang sejak tadi memeluknya dengan erat.



Revan terkejut dengan apa yang ada di depannya, spontan, Revan langsung melepaskan tangan yang ada di genggamannya.


"Vel? Lo ngapain?!" Revan bertanya dengan nada sedikit membentak. Tapi Velyn tidak menghiraukannya dan malah memajukan tubuhnya hendak memeluk Revan lagi. Tapi Revan yang menyadari hal itu langsung menjauhkan tubuhnya dari jangkauan gadis berambut blonde di depannya.


"G-gue kangen sama lo Van." Velyn menatap mata Revan, membuat Revan juga menatap mata velyn yang digenangi air mata.


"Gu-gue nyesel." Velyn menunduk, membuat airmata yang sejak tadi tertahan, kini jatuh membasahi pipinya.


Revan luluh, tatapan tajam yang tadi di arahkan kepada velyn, perlahan mulai berubah melembut. Ini yang paling Revan benci dari dirinya. Dia menjadi lemah ketika melihat wanita menangis.


Revan maju selangkah kearah Velyn, lalu mengusap bahu Venlyn dengan lembut.


"Nggak usah nangis. Yang udah lewat nggak usah di ingat-ingat lagi. Gue udah maafin lo kok. Sekarang, kita bisa jadi teman baik."


Velyn mendongkak, menatap Revan yang jauh lebih tinggi darinya.

"Teman?" Velyn terkekeh miris. "Gue masih sayang sama lo Van.apa lo nggak ingin kita balik kayak dulu lagi? Melanjutkankan kisah kita yang sempat tertunda, hanya ada kita. Lo. dan gue." Velyn menatap penuh harap kepada Revan. "Gue selalu percaya, kalau hingga saat ini, nama gue masih ada di hati lo."



Revan tersenyum manis kearah Velyn. Hal itu membuat Velyn merasa seperti berada di atas angin. Masih dengan senyum manisnya, kemudian Revan Memeluk Velyn. Tidak mau menyianyiakan kesempatan, Velyn pun balas memeluk Revan, bahkan Velyn menyandarkan kepalanya di dada bidang Revan.



"Hubungan gue dan lo itu udah lama berakhir Ev. Dulu dan sekarang itu berbeda. Everything has changed. Udah nggak ada kata kita di antara lo dan gue." Revan bisa merasakan gelengan velyn di balik dada bidangnya.



"Kita bisa memulai semuanya dari awal."



Revan melepaskan pelukannya lalu memegang kedua bahu Velyn.

Not Like YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang