27

161 22 1
                                    

Bela menatap Renata di depannya yang tengah mengeringkan rambutnya menggunakan hair-dryer. Malam ini adalah puncak acara pensi di sekolah mereka. Pensi sudah di mulai sejak pagi tadi dengan acara pembukaan oleh tim Cheers sekolah mereka, lalu di susul penampilan-penampilan dari tim eskul lainnya seperti modern dance, drama, dan penampilan lainnya, hingga pada pukul 16.00, seluruh siswa di perbolehkan pulang dan di wajibkan kembali kesekolah pada pukul 19.30.

Dan, malam ini adalah puncak acaranya, dimana seluruh siswa akan datang dengan menggunakan pakaian bebas dan akan berkumpul di tengah lapangan sekolah dan berhadapan dengan panggung yang akan menampilkan bakat-bakat personal dari masing-masing kelas dan akan di adakan penampilan band juga sebagai guest star. Dan Bela yakin malam ini akan lebih ramai dari acara pagi tadi karena sekolah memperbolehkan datangnya siswa dari sekolah lain ataupun yang lainnya.

"Udah yuk?" Ajak Renata yang menggunakan celana jeans yang sobek pada bagian kedua lututnya, kaos hitam polos yang sedikit ketat yang di balut oleh jaket berwarna navy, lengkap dengan sneekers hitam dengan tali putih.

Bela yang berpenampilan serupa dengan Renata, bedanya Bela memakai semuanya serba hitam kecuali kaos polos putih, Bela berdiri pinggiran tempat tidur renata yang sedari tadi di dudukinya untuk menunggu Renata.

"Lo beneran gak jadi nyanyi di pensi nanti?"

"Enggak, gue udah bujukin kak Reyhan supaya nyoret nama gue dan dia ngeiyain. Katanya ada orang yang ngebet pengen isi acara di pensi, dan karna durasinya bakal jadi lebih lama kalo di tambah satu perfom lagi, jadi kak Reyhan ngasih tempat gue buat siswa itu." Jelas Renata panjang lebar mengiringi langkah mereka menuju mobil Bela yang sudah bertengker di halaman rumah Renata sejak sore tadi.

Bela menjalalankan mobilnya keluar dari halaman Rumah Renata.

"Boleh gue nanya satu hal?" Bela kembali membuka suara setelah terjadi keheningan sejak dia menjalankan mobilnya sampai mereka sudah berada di setengah perjalanan.

"Mumpung nanya-nanya masih gratis, nanya aja." Sahut Renata tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel yang sedari tadi di tatapnya.

"Kenapa lo-" Bela berdehem sebentar, membasahi kerongkongannya yang sempat terasa begitu kering, "Seakan menolak Revan untuk kembali?"

Renata terdiam, tangan yang sedari tadi berada di depan dadanya karena memegang ponsel kini perlahan melorot, hingga tersangga di kedua pahanya. Gadis itu masih tertunduk, seakan tak sadar jika ponsel yang sejak tadi mencuri fokusnya kini layarnya sudah meredup lalu perlahan berubah menjadi hitam. Pikirannya seakan tengah sibuk, menyusun kata demi kata untuk menjawab pertanyaan Bela yang terdengar sederhana namun begitu menyulitkan Renata untuk menjawabnya, bahkan kata demi kata yang berusaha Renata susun di dalam kepalanya seakan seperti benang-benang yang kusut.

Bela menghembuskan nafas panjang ketika melihat tubuh Renata membeku, ekspresi yang di tunjukan Renata membuat Bela mengerti jika sahabatnya itu tengah kebingungan, membuat Bela paham dan tidak akan memaksa Renata untuk menjawab pertanyaannya.

Bela menyentuh bahu Renata pelan, lalu menarik ujung Rembut gadis itu membuat Renata tersadar dan menoleh membuat Bela memaksakan tawanya meski terasa canggung.

"Gak usah terlalu di pikirin, gue kan Cuma nanya. Gak usah di jawab juga."

Renata mengerjap, menatap Bela untuk beberapa detik lalu tersenyum, bukan senyum paksa, tapi senyum yang benar-benar tulus. Renata merasa bahwa dirinya beruntung, bisa mendapatkan sahabat sepengertian Bela.

"Lo gimana sama Kevin?" Tanya Renata tiba-tiba yang membuat Bela seketika menjadi salah tingkah.

"H-hah? K-Kevin?" Bela mengerjap sesaat, lalu tertawa garing, "Haha... yah biasa aja sih, k-kenapa emang?" Tanya Bela yang sangat jelas terlihat gelagapan.

Not Like YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang