25

150 25 14
                                    

Buat pecinta Kevin-Bela, selamat karna part ini tentang mereka :)

**


“Gue mau horor.”

“Udah nonton itu aja, romantis.”

“Gue mau nonton horor Bela.” Ujar Kevin tetap kekeh.

Sudah sejak 3 menit yang lalu mereka mengantri untuk membeli tiket bioskop. Dan selama itulah perdebatan terjadi diantara mereka. Kevin yang kekeh ingin menonton film horor yang di produksi dari luar negri itu, sedangkan Bela yang ingin menonton film yang menceritakan  tentang kisah cinta sepasang anak SMA di tahun 90-an yang sedang tren saat ini.

“Horor aja dong Bel. Ya ya ya?” Bujuk Kevin.

“Nggak usah modus deh lo. Lo kan penakut, sengaja kan lo, biar lo bisa mepet-mepet ke gue kalo  hantunya muncul?”

Jleb.

Kevin tidak berkutik ketika mendapat tuduhan yang tepat sasaran dari Bela. Pria itu terdiam, memikirkan berbagai cara agar keiginannya bisa terpenuhi. Tapi sedetik kemudian, pria itu menghembuskan nafas lelah.

Bodoh, secerdas apapun pemikirannya dia tidak akan pernah menang jika berdebat dengan Bela. Jadi Kevin hanya pasrah ketika Bela memesan 2 Tiket untuk menonton film yang di inginkan Bela.

Kevin terdiam, berjalan di samping Bela, lalu menggenggam tangan gadis itu. Senyum Kevin mengembang, rasa kesalnya hilang ketika perlakuannya itu tidak mendapat penolakan dari Bela.

Bela menyerahkan tiket kepada penjaga, lau berjalan mencari tempat duduk yang sudah di pesannya.

“Kenapa lo nggak mau nonton horor? Bukannya lo suka horor?” Tanya Kevin ketika mereka telah duduk di kursi yang sesuai dengan tiket mereka.

“Kalo gue suka horor, emang gak boleh nonton yang lain?”

“Ya enggak, aneh aja. Karena setiap ke bioskop, lo sama Renata selalu nonton horor.”

“Ck, gue nggak mau lo modus sama gue.” Jawab Bela mengangkat bahu acuh.

Kevin terdiam, memandang wajah Bela dari samping. Lalu pria itu tersenyum simpul.

“Padahal gue nggak pengen modus, gue Cuma pilih apa yang lo suka.” Jawab Kevin yang terdengar tulus.

Lampu mulai di padamkan, layar di depan mereka sudah menampakan permulaan film. Dan di tengah temeramnya cahaya dan kerasnya suara speaker di studio, Kevin tersenyum, senyum bahagia yang sangat tulus, ketika mendengar suara Bela yang sangat pelan, tetapi masih tertangkap oleh indra pendengarannya.

“Gue nggak mau hororr, karena gue tau lo selalu hampir pingsan kalo nonton film horor.”

Kevin merasa detak jantungnya derdetak sangat kencang, tetapi tidak menyesakan, malah menyenangkan. Entah kenapa, Kevin merasa jika Bela sudah mulai membalas perasaannya.



***

Bela, berjalan sebelah tangan menenteng kedua sepatunya, begitu juga dengan Kevin yang berjalan di sebelah Bela.

Matahari yang sebentar lagi akan tenggelam dan dinginnya air laut yang menerpa kaki mereka seakan menyenangkan.

“Dulu kita sering kesini, berempat.” Suara Bela memecah keheningan.

“Hmm... dulu lo sering lari-lari di sana,” Kevin menunjuk kearah anak-anak yang sedang berlarian dan membentuk istana pasir. “Cuma pake kaos dalam sama celana dalam.”

Plak...

“Aish... kenapa sih!” protes Kevin sembari memegang pundaknya yang menjadi korban tabokan super Bela.

Bela menatap Kevin tajam. “Diem lo!” Seru Bela.

Kevin masih menap protes kearah Bela, “Loh kan emang bener, lo sering lari-larian pakek celana dalem sama kaos dalam doang, terus sering mukulin gue pake sekop plastik. Terus pulangnya selalu minta gending due dengan keadaan lo masih pake pakain dalam lo juga—“

“KEVIN BANGSAT!!” Teriak Bela dengan memukul Kevin secara membabi Buta.

Bukannya marah, Kevin malah tertawa dan berlari menjauh dari Bela, sedangkan Bela terus saja mengejar Kevin yang masih terus mengoceh.

“Lo juga sering nyuruh gue tungguin lo di depan toilet kalo lo mau ganti baju—“

“BANGSAT, DIEM NGGAK LO?!” Ancam Bela yang masih mengejarnya, sedangkan Kevin seakan Belum kapok meski sebelah sepatu Bea sudah mengenai kepalanya.

“Kita bahkan pernah main air di ujung sana, bareng Renata sama Niko, Terus lo bisikin ke gue, lo bilang—“

“DIEM NGGAK LO HAH?!” Wajah Bela sudah memerah, tapi Kevin masih belum puas mengejeknya.

“Lo bilang, Vin gue pipis, tapi gak papa, ini kan di laut ya, hehe.” Dan saat itu, Kevin menghentikan langkahnya lalu tertawa terbahak sembari memegang perutnya.

Bela yang sudah berada di sebelah Kevin, memukul pria itu secara brutal untuk menyalurkan kekesalannya.

“MATI LO! MATI LO BANGSAT?!” Teriak Bela dengan terus memukul Kevin.

“Ampun Bel, ampun.”

“Bela?” Bela menghentikan pukulannya, bahkan Kevin tengah meredam tawanya dan menatap kearah gadis dengan wajah polos yang mansi di depannya.

Kevin menyenggol lengan Bela, sedangkan Bela kembali tenang dengan wajah datarnya.

“Lo di sini juga? Sama—“ Gadis itu terdiam dengan menatap kearah Kevin.

Kevin yang memang dasarnya ramah, langsung menjulurkan tangannya kearah gadis di depannya.

“Gue Kevin.” Ujar pria itu dengan senyum ramah. “Lo anak cheers kan ya, gue sering liat lo di pinggir lapangan lagi latihan bareng Celine Cs.”

“Ah, iya. G-gue Dhea.” Gadis itu terlihat canggung dan sedikit membungkukkan badannya sopan ketika menjabat tangan Kevin.

“Santai aja sama gue, manis.”

Bela memutar bola matanya malas. Lalu dengan kasar menarik tangan Kevin yang otomatis membuat jabatan tangan Kevin dan Dhea terlepas.

“Kita udah mau pulang.” Ujar Bela datar, lalu menarik tangan Kevin, menyeret pria itu untuk mengikutinya.

Kevin yang kaget pun tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti Bela.

“Duluan ya Dhea.” Lalu Kevin sedikit melambaikan tangannya yang di balas lambaian canggung dan senyum polos oleh Dhea.



TBC

Not Like YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang