음팥

112 39 0
                                    

mh

"Nay, mau ke mana?" tanyaku ketika melihat keempat perempuan -tadi Nayeon datang- yang membaca buku di meja yang sama denganku tiba-tiba berdiri.

"Kantin," jawab Nayoung singkat.

"Aku nggak bisa temenin," ucapku.

"Ya aku memang nggak minta ditemenin kamu, kamu nggak lihat udah ada tiga temenku?" balas Nayoung.

"Iya, maaf," ucapku.

Dapat kudengar helaan napas Nayoung di perpustakaan yang sepi ini.

"Duluan, Hyun, Kak Jisung," pamit Nayoung beserta teman-temannya.

"Kamu itu kenapa terlalu mengekang Nayoung sih, Hyun?" tanya Jisung tiba-tiba.

"Kamu pernah aku ceritakan tentang Chaeyeon, kan?" tanyaku memastikan. Jisung mengangguk. "Dia masuk kampus ini. Aku cuma takut Nayoung diapa-apain sama dia."

"Hyun, Nayoung tuh lebih kuat dari kamu. Mungkin kamu pikir fisiknya enggak, tapi mentalnya itu jauh di atas rata-rata mental perempuan zaman sekarang. Nggak ada kamu pun nggak ada pengaruhnya buat Nayoung. Aku yakin dia bisa jaga diri, apalagi cuma dari seorang mahasiswi baru," komentar Jisung.

Iya, Jisung benar. Namun Jisung tidak tahu dengan pasti siapa Chaeyeon itu.

"Chaeyeon nggak pakai tangan dia sendiri, Jisung. Dia punya banyak tangan yang bisa hancurin Nayoung begitu saja. Chaeyeon anak yang terlahir di keluarga yang selalu manjain dia, jadi semua yang dia mau harus dikabulkan. Aku nggak mau kalau sampai dia ada pikiran buat hancurin Nayoung, dan aku nggak berbuat apa-apa," tuturku.

"Jadi, ceritakan soal Chaeyeon itu, Hyun."

js

Aku tidak tahu bahwa Chaeyeon bisa 'sekuat' itu.

"Keluarin siswa dari sekolah bukan hal susah buat Chaeyeon. Cari ribut sama orang nggak dikenal juga bukan masalah besar buat Chaeyeon. Apalagi cuma buat jauhin Nayoung dari aku pun sepele buat Chaeyeon," ucap Minhyun tadi.

Bahkan gadis itu bisa mengancam Nayoung dan Minhyun dengan mudah? Sebegitu berharganya kah seorang Minhyun di mata dia? Sampai Minhyun tadi memintaku untuk membantunya menjaga Nayoung. Oh ayolah, Nayoung pun mampu jika ia ingin menyewa beberapa bodyguard untuk melindunginya.

Namun tadi aku hanya mengiyakan permintaan Minhyun, lalu kami berpisah.

Aku yang berniat pulang tiba-tiba harus tertahan karena ada seseorang yang menahan lenganku.

"Lo temennya Minhyun, kan?"

never — 4 — end

[2.0] never ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang