음팥브라스

84 32 0
                                    

ny

Masih teringat di benakku ketika Minhyun meminta izinku tadi siang. Dia bilang kemungkinan dirinya pergi bersama Chaeyeon akan lebih sering dibanding yang kami perkirakan. Tidak hanya satu atau dua, mereka bahkan tidak bisa memperkirakannya, dan aku pun tidak mau berharap apa-apa lagi.

Aku sudah membiarkan Chaeyeon untuk mendekati Minhyun, aku sudah membiarkan Minhyun untuk menjalankan rencananya. Aku sudah membiarkan Minhyun pergi bersama gadis lain ketika hatiku masih ada padanya.

Bukankah ini yang kamu harapkan, Nayoung? Bukankah ini sesuai dengan rencanamu?

Minhyun memang sudah menceritakan kesepakatannya dengan Chaeyeon. Bukankah itu sama dengan kesepakatan yang aku tawarkan pada Chaeyeon?

Bukankah semua berjalan dengan sempurna?

Namun mengapa aku tidak suka? Mengapa ada perasaan sesak saat aku melihat foto yang Chaeyeon pasang sebagai profile picture line-nya? Mengapa aku menangis saat membaca caption di foto mereka berdua?

Bukankah mereka hanya pura-pura? Bukankah senyum Minhyun di foto itu hanyalah tipu belaka?

Aku tahu itu benar. Namun aku tidak yakin apakah di foto selanjutnya akan tetap berpura-pura. Aku tidak yakin apakah suatu saat nanti masih fotoku yang Minhyun pajang di profile picture akunnya?

Mereka baru saja jalan satu kali ke tempat teman-teman Chaeyeon berkumpul. Mereka baru saja menaikkan kembali harga diri Chaeyeon.

Bukankah artinya tinggal satu pertemuan lagi untuk Chaeyeon memutuskan hubungan mereka agar cerita mereka segera usai?

Bukankah begitu alurnya?

Namun kenapa Minhyun menerima aturan Chaeyeon yang mengatakan satu kali pertemuan tidak akan dipercaya oleh teman-temannya?

Semudah itukah Minhyun? Semudah itu hatimu kembali pada hati yang salah?

Iya, semudah itu. Karena Chaeyeon dulu pun pernah singgah di hati Minhyun. Dan aku yakin tidak mudah menghapus nama seseorang walaupun sudah ada yang baru. Seseorang yang baru hanya bisa menutupi, menggantikan, bukan menghapusnya. Dan ini berlaku juga untuk Minhyun, mungkin.

js

"Kak, aku boleh ketemu nggak?"

Sudah lama Nayoung tidak menelponku, dan untuk pertama kalinya setelah beberapa waktu, dia menelponku dan mengajakku bertemu.

Aku tahu apa yang ingin ia bicarakan. Keraguannya akan kepercayaan yang sudah ia berikan kepada Minhyun. Keraguannya akan masih adakah perasaan Minhyun untuknya. Aku sudah tahu ini semua salah, namun bodohnya aku hanya terdiam dan menerima tawaran Chaeyeon yang menggiurkan itu.

Dan di sinilah aku sekarang. Ditemani dua cangkir kopi masing-masing di hadapan aku dan Nayoung di Kedai Harapan.

"Aku takut, Kak," ucap Nayoung.

"Nasi sudah menjadi bubur, Nayoung. Minhyun sudah membuat kesepakatan dengan Chaeyeon, begitupun kamu dan aku. Mungkin kami pikir kita hanya bisa menjalankan apa yang kita sepakati. Namun, kamu bisa kembali mengambil Minhyun, kan? Semua belum terlambat jika kamu ingin kembali seperti dulu," saranku. "Semua akan baik-baik saja, Nayoung. Minhyun akan kembali pada seseorang yang memang ditakdirkan untuk memiliki hatinya. Semua akan berakhir dengan akhir yang terbaik, Nayoung."

"Namun itu belum tentu aku, kan?"

"Jika itu memang bukan kamu, itu artinya Minhyun memang tidak pantas mendapat gadis sebaik dirimu. Artinya Tuhan masih ingin mengganti Minhyun dengan yang lebih baik lagi, karena kamu pantas menerima yang lebih dari Minhyun," tuturku. "Jika Minhyun memang kembali dengan Chaeyeon seperti apa yang kamu katakan, besar kemungkinan Minhyun bisa kembali menginginkanmu karena kamu pun pernah singgah di hatinya, kan?"

Nayoung menunduk, menatap kopinya yang tersisa setengah cangkir.

Tiba-tiba ponselku bergetar, ada pesan masuk.

👑 : daddy
👑 : mau cerita
👑 : ketemu yuk?

"Nayoung, maaf ya. Aku ada keperluan mendadak," ucapku pada Nayoung.

Nayoung mengangguk. "Makasih banyak, Kak."

Otakku sempat tidak mengerti kenapa aku meninggalkan Nayoung demi Chaeyeon, namun hatiku yang menginginkan hal ini.

never — 14 — end

[2.0] never ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang