cy
Aku menangis ketika baru sampai di kamarku sepulang dari mal tadi.
Rencanaku gagal total ketika Minhyun lebih memilih mengejar Nayoung dibanding mendengarkan ucapanku.
Nayoung masih dan akan selalu menjadi segalanya untuk Minhyun, kan?
Sedangkan aku tetap menjadi si menyebalkan yang dibenci semua orang.
Bodoh sekali aku sempat merasa memenangkan permainan ini, merasa bahwa cintaku sudah dibalas oleh Minhyun. Nyatanya belum, dan sepertinya tidak akan pernah, ya?
Sakit sekali melihat Minhyun berlari demi menjelaskan semuanya kepada Nayoung. Sakit sekali ketika harapanku langsung hancur begitu saja ketika hentakan Minhyun yang memaksaku melepas genggaman tanganku.
Lalu untuk apa kamu menerima semua permainanku dengan mudahnya, Minhyun? Mengapa kamu mau menerima segala ajakan pergi yang sebenarnya di luar dari perjanjian kita? Apa arti dari semua tawa dan senyum yang kamu lemparkan padaku? Apa maksudmu mengepost fotoku di snapgram-mu? Hanya untuk memainkan aku, atau memang ada makna dari semua perlakuanmu?
Salahkah aku jika aku masih berharap adanya aku di hatimu, Arjuna Minhyun Putera? Salahkah aku sekarang tetap memilih menyimpan namamu di hatiku?
Satu-satunya nama yang terlintas di pikiranku untuk menumpahkan segala emosiku hanyalah Jisung. Hatiku rasanya seperti menertawakanku. Memangnya aku punya siapa lagi selain Jisung? Sewoon? Cih, seperti laki-laki itu masih memedulikanku seperti dulu saja.
Chaeyeon : jisung
Chaeyeon : bisa ke rumah gue?js
👑 : bisa ke rumah gue?
Aku segera menyimpan tugas yang sedang aku kerjakan di laptop. Merapikan semuanya dan langsung mengendarai motorku menuju rumah Chaeyeon.
Gadis sepertinya mana mau ngekos?
Setelah mendapat izin dari pelayannya dan juga dari sang pemilik kamar, aku pun masuk ke kamar dengan nuansa pink dengan harum bunga mawar yang langsung menusuk indra penciumanku.
"Ada apa, Chaeyeon?"
Dapat kulihat matanya yang bengkak. Jelas sekali dia baru saja menangis, dan aku yakin apa penyebab dia rela merusak make up-nya itu. Minhyun. Apa lagi? Tidak mungkin itu aku, kan?
"Gagal, Jis. Gagal," keluhnya. Airmatanya kembali memaksa keluar dari mata indahnya itu.
Berhenti Chaeyeon. Berhenti menyakitiku seperti ini.
"Minhyun?" Aku duduk di sampingnya yang bersila di ujung tempat tidur.
Chaeyeon mengangguk, ia menghapus airmatanya dengan kasar.
"Menangislah, Chaeyeon. Nggak usah berpura-pura kamu kuat," ucapku yang membuat tangisan Chaeyeon semakin kencang.
"Minhyun masih sayang banget sama Nayoung, dan gue dengan beraninya berharap Minhyu melupakan Nayoung semudah itu," cerita Chaeyeon. "Jelas banget Minhyun selama ini nggak nyaman tiap gue ajak jalan. Jelas banget selama ini mata Minhyun nggak lepas dari ponselnya, tangan Minhyun nggak lepas dari ponselnya. Dia nungguin Nayoung, kan?" sambungnya.
"Nggak apa, Chaeyeon. Semuanya udah berlalu, kamu sekarang harus bahagia," ucapku.
Chaeyeon menunduk. "Gue jahat banget. Kenapa gue baru sadar sih? Bego!" Chaeyeon memukul kepalanya.
"Chaeyeon udah!" Aku langsung menahan kedua tangannya dengan tanganku.
"Chaeyeon, mungkin kamu memang salah, namun bukan begini caranya menebus kesalahan kamu," ucapku. "Kamu masih pantas untuk bahagia, Chaeyeon."
"Apa, Jisung? Masih pantas?"
"Semua orang berhak bahagia. Dan kamu berhak untuk cari seseorang atau sesuatu yang bisa bikin kamu tersenyum lagi," jawabku.
"Apa, Jisung? Apa?"
"Keluarga kamu, sahabat-sahabat kamu..."
Aku.
Salahkah jika aku pun ingin menjadi seseorang yang mengembalikan senyumanmu, Chae?
Chaeyeon tertawa. Terdengar sekali itu dipaksakan. Lalu ia menggeleng.
"Kamu harus bahagia, karena mungkin kebahagiaan kamu juga menjadi sumber kebahagiaan orang lain," ucapku.
"Gue bodoh ya, Jis?" gumam Chaeyeon.
Aku yang bodoh, karena berani-beraninya mencintai seseorang yang jauh di atasku.
never — 18 — end
KAMU SEDANG MEMBACA
[2.0] never ✔
Fanfiction"Tangisanmu adalah kelemahanku. Namun aku tahu, kebahagiaanmu bukanlah bersamaku" "Aku tahu kamu benci jika aku menyukaimu. Namun, hatiku memilihmu, lalu kamu bisa apa?" "Aku tidak akan menggantikan posisimu di hatiku, sekalipun itu kamu yang memint...