슴비란브라스

99 28 3
                                    

mh

Aku terus memikirkan ucapan Nayoung. Sudah benar-benar hilangkah kepercayaan Nayoung sehingga menyuruhku berpikir seperti ini?

Pikiranku sudah yakin bahwa yang aku mau adalah Nayoung. Namun semua kembali pada hatiku yang memihak kepada siapa, bukan?

Aku menarik napasku perlahan, berusaha menemukan sosok yang masih aku cari.

Dan seseorang yang muncul pertama kali adalah Chaeyeon.

Aku tidak tahu mengapa wajahnya yang pertama kali muncul di bayanganku. Apa karena akhir-akhir ini aku lebih sering menghabiskan waktuku bersama dengannya? Tidak mungkin. Nayoung tidak akan pernah tergantikan, apalagi dengan cara semudah itu.

Lalu mengapa Chaeyeon yang pertama kali muncul, bukan Nayoung yang sebenarnya aku harapkan?

——

Sekarang aku sedang menunggu kehadiran Nayoung di Kedai Harapan yang berada di dekat kampus. Aku ingin menyampaikan semua yang sudah aku lakukan sesuai dengan perintahnya waktu itu.

"Minhyun."

Panggilan itu dengan suara lembutnya membuat aku berbalik. Tersenyum lebar ketika melihat wajah manisnya yang sekarang berada di hadapanku. Dia masih menjadi milikku, dan akan selalu begitu.

"Hai, Nayoung," sapaku yang dibalas dengan senyumnya.

"Jadi ... ada apa?" tanya Nayoung ketika sudah duduk di hadapanku.

"Tidak mau minum?"

Nayoung menggeleng. "Kenapa, Minhyun?"

"Aku sudah melakukan apa yang kamu perintahkan di parkiran mal waktu itu, Nayoung," jawabku.

Nayoung tersenyum sendu, "Kau sudah memutuskannya?"

Aku mengangguk. "Aku sudah menemukan jawaban yang tepat, Nayoung."

"Siapa?"

"Orang yang pertama muncul di pikiranku adalah Chaeyeon," ucapku memulai. Senyuman Nayoung semakin memudar, aku tahu hatinya sedang tidak baik-baik saja.

"Ah, begitu." Nayoung mengangguk, lalu memaksakan dirinya untuk tersenyum. "Selamat, Minhyun."

"Nayoung, dengar dulu." Aku menahan kepergiannya.

"Ada apa lagi?" Suaranya terdengar bergetar, membuatku tidak enak telah membuatnya menangis untuk yang entah keberapa kalinya.

"Tapi, suara hati kecilku mengatakan bahwa kamu yang aku mau, Nayoung," sambungku. "Chaeyeon hanya muncul, bukan berarti dia yang aku mau. Mungkin itu sebagai pertanda bahwa di bayangan itulah aku terakhir kalinya bertemu dengannya. Aku tidak tahu.

"Namun yang jelas, hatiku mengatakan bahwa aku sangat menyayangimu. Bahwa aku memilihmu karena selama ini kamu selalu mempertahankan aku, mempertahankan hubungan kita," tuturku. "Terima kasih, Nayoung. Karena sudah selalu setia berada di sisiku." Aku menggenggam tangannya erat, enggan untuk melepaskannya lagi.

Nayoung menangis.

"Terima kasih, Minhyun. Terima kasih banyak karena kamu masih menghargaiku sebagai seorang perempuan," ucap Nayoung.

Aku mengangguk. "Mau pergi? Tidak enak di sini terlalu banyak orang."

Nayoung mengangguk lagi, menyetujui ajakanku.

ny

Entah sudah berbentuk seperti apa hatiku ketika Minhyun mengatakan Chaeyeon yang ada di pikirannya pertama kali. Sudah hancur dan tidak bisa utuh lagi, mungkin.

Kupikir awalnya begitu, namun tidak. Hatiku hanya retak karena mengira bukan aku yang dipilih oleh Minhyun. Nyatanya kini semakin utuh, ditambah dengan adanya Minhyun tanpa seorang pengganggu lagi.

Aku tidak menduga dan tidak berharap banyak Minhyun akan 'kembali' padaku lagi.

Berjuanganku tidak sia-sia. Tawaranku tidaklah salah. Rencanaku berjalan dengan sempurna. Kepercayaan yang selalu aku berikan pada Minhyun bukanlah suatu kebodohan. Buktinya semua berakhir dengan akhir yang terbaik, sesuai dengan apa yang Jisung katakan padaku.

Salahkah jika aku mengatakan bahwa aku memang pilihan terbaik untuk Minhyun?

Aku tidak tahu lagi tentang Chaeyeon, lagipula aku pun tidak peduli. Yang aku pikirkan hanyalah adanya aku dan Minhyun, di dunia kami bersama.

never — 19 — end



bagaimana? 😶

[2.0] never ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang