ny
Aku tidak tahu apakah keputusanku mengikuti Jisung adalah pilihan yang benar atau malah menjatuhkanku. Apakah izinku pada Chaeyeon malah menjadi bumerang untukku atau tidak. Aku tidak tahu.
Awalnya aku yakin cara inilah yang terbaik untuk menyelesaikan masalah. Namun, entah kenapa dengan meninggalkan Chaeyeon bersama Minhyun tadi membuatku gelisah. Membuatku merasa aku telah membuat keputusan terbodoh dalam hidupku.
"Lo nggak apa-apa, Nay?" tanya Chungha ketika aku menghampirinya di kantin. Aku baru saja berpisah dengan Jisung yang menghampiri Mark.
Nayeon dan Jihyo sudah pergi ke perpus, itu kata Chungha.
"Nggak tahu," jawabku jujur. "Bingung. Gue harus ngapain buat pertahanin Minhyun sih, Ha?"
"Gue awalnya juga nggak suka dengan ide lo yang ngizinin Chaeyeon deketin Minhyun. Dari apa yang lo ceritain, gue tahu Chaeyeon punga rencana yang lebih matang dibanding apa yang lo punya. Gue bukannya mau membuat lo pesimis, gue cuman mau bikin lo semakin memperkuat rencana lo biar semuanya nggak jadi berantakan," jawab Chungha.
"Kalau udah terlanjur kayak gini, gue harus apa?"
"Lo harus pegang janji lo. Menurut gue lo bantuin Kak Jisung juga nggak apa-apa, hitung-hitung bantuin Kak Jisung biar dia nggak ribet urusannya sama Chaeyeon. Semakin cepat semua urusan, lo semakin cepat terbebas dari Chaeyeon, kan?" saran Chungha. "Tugas lo cuman ngeyakinin hati lo dan hati Minhyun. Selanjutnya biar Minhyun yang bisa tentuin akhir dari masalah ini."
"Ada nggak sih kemungkinan Minhyun balik ke Chaeyeon?" tanyaku.
"Semua kemungkinan pasti ada, Nay. Yang namanya perasaan pasti nggak 100% hilang. Antara masih dengan rasa yang sama, atau sudah berganti ke perasaan baru untuk orang itu. Kemungkinan Minhyun bisa naksir Chaeyeon juga ada. Tapi gue yakin, sebesar apapun cinta Minhyun buat Chaeyeon, atau malah lebih besar dibanding buat lo, gue yakin Minhyun balik ke elo, Nay," ucap Chungha.
"Maksud lo gue cuman dibutuhkan ya, bukan diinginkan?" Aku tersenyum pahit.
"Optimis dong, kalau dari awal lo udah mikir yang jelek, nanti hasilnya juga jelek," ucap Chungha. "Sekarang lo kayak air di sungai aja deh, Nay. Ikutin arus, ikutin permainan si Chaeyeon. Kalau menurut lo Minhyun udah berubah, baru lo bertindak."
Tapi kalau semua tindakanku nanti terlambat bagaimana, Chungha? Kalau semua penantian panjangku sia-sia, apa aku harus tetap mengikuti arus?
js
Perasaan bersalah terus menyelimuti hatiku. Kalau hubungan Nayoung dan Minhyun rusak, tentu aku termasuk orang yang wajib disalahkan.
"Kenapa sih, Kak?" tanya Mark melihat aku hanya melamun.
"Enggak," jawabku sambil tersenyum.
"Kalau ada masalah tuh dibagi ya, Kak, kali aja aku bisa bantu," ucapnya yang hanya aku balas dengan anggukan.
Bukannya aku tidak percaya dengan Mark, namun aku rasa ini masalah timbul karena kecerobohanku, sudah seharusnya aku menanggung segalanya sendirian.
Entah kenapa aku merasa meninggalkan Minhyun dan Chaeyeon berduaan itu bukanlah pemecah masalah. Aku rasa dengan Chaeyeon yang berduaan dengan Minhyun akan memudahkannya melancarkan aksinya, kan?
Seharusnya, sebagai 'penghubung' antara Minhyun dan Chaeyeon aku bisa sedikit memutar jalannya cerita mereka, kan? Mungkin ini bisa menebus sedikit kesalahanku.
never — 11 — end
maafkan aku baru apdet lagi :(
KAMU SEDANG MEMBACA
[2.0] never ✔
Fanfiction"Tangisanmu adalah kelemahanku. Namun aku tahu, kebahagiaanmu bukanlah bersamaku" "Aku tahu kamu benci jika aku menyukaimu. Namun, hatiku memilihmu, lalu kamu bisa apa?" "Aku tidak akan menggantikan posisimu di hatiku, sekalipun itu kamu yang memint...