Prolog

7.8K 672 68
                                    


-Lee Taeyong-

...

Doyoung menatap datar pemuda dengan senyum licik didepannya. Well, tak sampai satu menit yang lalu ia mengetahui nama pemuda itu. Dia Lee Taeyong⸺yang entah bagaimana telah menjadi kakak tirinya.

Firasat Doyoung agak buruk soal pemuda ini. Sudah di menit kelima, tapi tangan pemuda itu masih setia bertaut dengan miliknya. Doyoung mulai jengah.

"Well, sekarang aku tahu namamu dan kau tahu namaku." Doyoung melirik tautan tangan mereka dan mencoba menariknya, tapi dia meringis karena pemuda itu semakin mengeratkan tautannya.

Doyoung ingin mengumpat, tapi ia tak mau memberikan kesan pertama yang buruk. Kendalikan dirimu, Kim Doyoung! batinnya mengingatkan.

Doyoung mengubah raut wajahnya, kali ini tersenyum tipis dan menatap lembut pemuda didepannya. "Aku dapat memanggilmu Taeyong hyung, benar?" tanya Doyoung.

Pemuda didepannya menyeringai, "Tentu." Akhirnya Doyoung dapat bernafas lega karena Taeyong mau melepaskan tangannya dari genggaman kuat pemuda itu.

"Jadi, pasangan pengantin baru itu yang mengirimmu kesini?" Taeyong berbalik meninggalkan Doyoung untuk duduk di sofa coklat muda yang ada disana⸺Apartemennya.

Doyoung hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia menatap sekeliling ruangan yang belum sempat ia lakukan sebelumnya, karena acara mari berlama-lama berjabat tangan dengan Lee Taeyong. Ia mengangguk-angguk takjub dengan ruangan apartemen kakak tirinya ini. Dia laki-laki yang nampak urakan diluar, tapi apartemennya begitu rapih dan bersih.

Syukurlah, setidaknya Doyoung akan betah berada disana sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Ah, Doyoung baru ingat tujuan utamanya datang ketempat ini menemui Lee Taeyong.

"Kau pasti sudah mendengar semuanya dari Ayah 'kan, Taeyong hyung?" Doyoung menatap kakak tirinya yang kini sudah sibuk menekan-nekan remote TV. Doyoung saja sampai tak sadar bahwa TV itu sudah menyala. Tanpa diminta, ia bergabung duduk dibagian kosong sofa bersama Taeyong.

Taeyong berhenti menggonta-ganti channel, lalu beralih menatap pada Doyoung yang sudah duduk manis disampingnya. "Hm." tanggapnya singkat. "Aku sudah siapkan semuanya." Taeyong menunjuk pada pintu kayu berwarna coklat yang berada tepat dibelakang sofa yang ia dan Doyoung duduki. "Disana kamarmu." ujarnya, kemudian melanjutkan, "Dilemari sudah ada seragam sekolah baru, buku-buku, dan alat tulis. Kau bisa mulai sekolah besok. Kabar baiknya, kita sekelas."

Doyoung terkejut mendengar kalimat terakhir. "Sekelas?" tanyanya tanpa menyembunyikan raut bingung dan penasaran. Setahunya, ia dan Taeyong itu berbeda usia satu tahun. Jadi seharusnya kakak tirinya itu berada satu tingkat diatasnya.

Taeyong mengedikkan bahu sebelum menjawab, "Aku tidak cukup baik dalam belajar, dan punya banyak surat peringatan tentang kelakuan buruk dari sekolah. Jadi, kau pasti bisa menyimpulkannya sendiri."

Doyoung terkikik dalam hati. Ah, ternyata dibalik wajah tampan dan kesempurnaan fisik yang dimiliki kakak tirinya ini, ia tak cukup baik dalam berprilaku dan belajar.

Doyoung sih juga bukan anak baik disekolahnya yang dulu, ia juga sering mendapat teguran dan hukuman. Maklum, anak seusianya itu perlu banyak mencoba. Tapi prestasi cemerlangnya dalam belajar tidak perlu diragukan lagi. Ia Kim Doyoung si juara umum.

Doyoung paham sekarang. Alasan Ayah tirinya memintanya untuk pindah dari Guri ke Seoul, dan tinggal bersama kakak tirinya. Selain agar mereka dapat mengenal satu sama lain⸺karena sekarang mereka adalah keluarga⸺juga karena Ayahnya mengkhawatirkan masa depan putera satu-satunya⸺sebelum Doyoung datang sebagai putera kedua.

Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang