Ketukan pelan di pintu yang terbuka menyadarkan Bryanne dari lamunannya. Dia melihat William whittington berdiri di ambang pintu, sosok maskulin di bingkai cahaya matahari siang di belakangnya. Jantung Bryanne sesaat berhenti berdetak. Perutnya terasa kaku. Sialan pria itu karena masih punya pengaruh besar padanya. Sialan dia karena kembali ke dalam hidupnya dan mengguncang kedamaianya. Dan sialan dia karena tanpa sadar telah mengancam kesejahteraan jiwa Evan.
"Hallo." Kata William. "Punya waktu untukku?"
Bryanne ingin berteriak tidak dengan keras dan jelas. Dia ingin menyuruhnya pergi dan jangan mengganggunya, berhenti mendekatinya karena membuatnya kacau. Tapi dia tidak dapat mengatakan atau berbuat apapun yang bisa memberitahu William bahwa dia takut padanya, bahwa kehadiran pria itu dalam hidupnya merupakan bahaya bagi dia dan anaknya.
"Tentu, apa yang kau butuhkan?" Bryanne memutar kursi, mendorongnya kebelakang, dan berdiri menghadap pria itu.
Aku butuh kau sayang, William ingin berkata begitu, tapi tak melakukanya. Aku ingin membaringkanmu di atas meja kerjamu itu, merentangkan kakimu, membuka resleting celanaku dan... pikiran William berakibat buruk pada tubuhnya, ia jadi terangsang dan tidak nyaman.
Ia melonggarkan ikatan dasi yang terasa mencekiknya dengan tanganya yang besar. "Aku,eh aku pikir mungkin kau bisa mencarikan rumah untukku. Bukan apartement tapi sebuah rumah anne."
"Ada apa? Apa kekasihmu berpikir bahwa sebuah apartement mulai terasa kurang nyaman, will?"
William mengembangkan senyum percaya diri yang membuat banyak wanita tergila-gila. Bryanne ingin berteriak bahwa William telah memberikan senyuman istimewa itu padanya lama sebelum dia menjadi Bisnisman sukses seperti sekarang.
"Yah, begitulah." William melangkah kedalam kantor Bryanne ragu-ragu. "Jadi apa menurutmu kau bisa mencarikanya untukku?"
"Aku yakin staffku bisa, jika kau katakan apa yang kau cari pada mereka. Kau bisa berbicara sendiri pada mereka nanti, aku akan mengatur waktunya untukmu, will."
"Baiklah, terserah dirimu anne. Ngomong-ngomong aku masih tidak percaya kau sudah menikah, anne."
"Daniel reedman orang yang baik dan perkawinan kami juga baik walaupun ada perbedaan usia. Aku masih sangat kehilangan dia."
"Yah, kupikir juga begitu." William melangkah mendekati Bryanne. "Tapi paling tidak, dia memberimu seorang anak. Kurasa punya anak dari pernikahan kalian membuat hidup lebih mudah tanpanya."
Perasaan bercampur aduk berkecamuk dalam dada Bryanne. Dia sesaat tak dapat bernapas, reaksi pertamanya terhadap komentar William adalah rasa marah. Dia ingin memukul dada William dengan tinjunya dan mengatakan bahwa anaknya adalah anak William, bukan anak Daniel suaminya.
Kesunyian yang panjang dan tampaknya takkan berakhir menyelimuti keduanya. Katakan sesuatu. Kata Bryanne dalam hati. Katakan sesuatu,sebelum dia heran kenapa kau bereaksi seperti ini. Tapi sebelum Bryanne dapat memikirkan jawabanya yang cocok, sebuah suara wanita yang lembut memanggil dari arah pintu.
" Hay anne!" Marry fields tersenyum dan melambai padanya dari pintu ruang kerja Bryanne. "Aku kesini karena kurasa kita punya janji makan siang, anne dan kupikir kau sudah siap."
Bryanne senag dengan interupsi itu dan bernapas lega. " Marry, masuklah."
Wanita ramping, anggun berambut pirang itu masuk ke dalam ruangan, ia berhenti di samping William, yang sudah berbalik dan terang-terangan mengagumi kecantikan fisik wanita itu.
"Maaf jika aku mengganggu, kurasa kita belum pernah bertemu. Anda rekan bisnis atau teman?" Kata Marry menyapa William yang menatapnya dengan lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
unforgettable kiss
RomanceSuatu malam yang panas bertahun tahun lalu.Bryanne menjadi salah satu wanita yang jatuh dalam pelukan si Cassanova "WILLAM ABRAHAM WITTINGTON". kini pria itu harus menjadi kolega bisnisnya. Yang membuat Bryanne harus bertarung melawan daya tarik di...