Sinar mentari pagi menerangi hotel tempatnya menginap semalam melalui jendela. Byanne terbangun sendiri di tempat tidur. Dia mengangkat kepala dari bantal dan melihat jam pukul 9. Dia tak pernah bangun sesiang ini, termasuk akhir pekan.Sebelum dia sempat memanggil William. Pria itu, mengenakan celana dalam hitamnya, duduk di sofa di depan tempat tidur dengan nampan dipangkuanya dan senyum hangat di wajahnya.
"Hari yang indah." Kata William. "Cerah dan terang, tak ada awan di langit." Dia membawa nampat ke tempat tidur dan meletakkanya di pangkuan Bryanne, lalu duduk di samping wanita itu dan mencium bibirnya.
Melihat tatapan William ke payudaranya yang telanjang, Bryanne menarik selimut menutupinya.
"Ini apa?""Ini..." William mengangguk ke arah nampan. "Sarapan. Kopi dan roti panggang."
Bryanne mengangkat salah satu cangkir. Meminum sedikit isinya dan tersenyum. "Tidak buruk."
William membungkuk dan mencium bahunya. "Kau bisa tinggal seharian?"
"Seharian?"
"Kita bahkan belum mencoba semua kemungkinan, semua variasi, semua..."
Bryanne meletakkan telunjuknya di bibir William. "Aku tergoda, sungguh. Tapi Evan menungguku untuk menjemputnya di bandara. Setelahnya kami akan makan siang di pete's caffe . Aku berjanji akan menjemputnya pukul 11siang."
"Jadi kau menyingkirkanku demi anak muda, eh?" William mengusap leher Bryanne.
"Kau bisa ikut." Kata Bryanne.
"Apa menurutmu baik kalau aku melakukan kegiatan keluarga dengan kalian?" William mengangkat Satu lagi cangkir di nampan. Di pegangnya cangkir dengan Dua tangan. Dan diminumnya kopi pekat yang panas itu. Menatap Bryanne dari atas cangkir dan menanti jawabanya.
Bryanne mengambil sepotong roti panggang. "Aku tahu, makan siang bersama seorang janda dan anaknya bukan sebuah kegiatan akhir minggu yang menyenangkan bagimu. Tapi kupikir mungkin kau bisa bergembira bersama kami."
William meletakkan cangkirnya di nampan, memegang dagu Bryanne dan mengangkat kepalanya. "Lihat aku, sayang." Dia mulai "bagiku, selain berada di tempat tidur seharian denganmu, tidak ada yang lebih menyenangkan daripada makan siang di pete's bersamamu dan Evan. Aku hanya tak ingin membuatmu khawatir Evan dan aku akan jadi lebih dekat."
"Mungkin aku salah." Kata Bryanne. Aku berharap dan berdo'a aku salah. Aku ingin percaya bahwa kau bukanlah lelaki egois seperti dulu, bahwa kau adalah lelaki dewasa yang mampu memberi dan menerima.
"Aku ingin jadi bagian dari hidupmu dan hidup Evan." Kata William. "Aku tak ingin ini menjadi kencan semalam lagi."
"Aku juga tak ingin." Kata Bryanne, melepaskan dagunya dari genggaman William dan menatap ke bawah.
"Aku takkan memberi janji-janji yang tak bisa kutepati." Kata William. "Tapi aku tak ingin kehilangan apa yang telah kita temukan. Kita serasi, Anne. Maksudku, sangat serasi." Di elusnya pipi Bryanne. "Dan maksudku, bukan hanya di tempat tidur, walaupun hal itu fantastis. Maksudku kita saling menyukai. Kita senang berada bersama. Aku tidak memiliki hubungan semacam ini dengan wanita lain."
Bryanne menyandarkan kepalanya ke pipi William, menggenggam tanganya dan mencium jari-jarinya. "Aku akan mencoba tidak meminta terlalu banyak, tapi harus kuakui aku menginginkan lebih daripada sekedar affair singkat."
Bryanne bertanya-tanya dalam hati apakah dia perlu bersikap jujur padanya, apakah kejujuranya akan membuat pria itu takut dan pergi. Jika saja dia dapat mengatakan bahwa dia mencintainya, bahwa dia tak pernah berhenti mencintainya. Jika saja dia dapat percaya William akan menerima Evan dan dirinya dalam hidupnya seutuhnya, dan mengabdikan diri pada mereka. Jika dapat sepenuhnya mempercayai pria itu, Bryanne akan mengatakan bahwa Evan adalah anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
unforgettable kiss
RomanceSuatu malam yang panas bertahun tahun lalu.Bryanne menjadi salah satu wanita yang jatuh dalam pelukan si Cassanova "WILLAM ABRAHAM WITTINGTON". kini pria itu harus menjadi kolega bisnisnya. Yang membuat Bryanne harus bertarung melawan daya tarik di...