"Kau tak harus menyetujui permintaan Evan untuk membawanya ke tempatmu kerja besok." Kata Bryanne sambil meletakkan gelas minum di atas mesin pencuci piring.
"Memang tidak." William menyodorkan setumpuk piring kotor yang di angkatnya dari meja makan. "Tapi kenapa tidak. Aku punya banyak waktu dan kupikir itu sangat berarti buat evan."
"Oh, kau tak tahu saja." Bryanne menyusupkan piring-piring itu dengan rapi di bagian bawah mesin.
"Sudahkah aku berterima kasih untuk makan malamnya?"
William berdiri di belakang Bryanne yang sedang membungkuk di depan tempat cuci piring. Bryanne merasakan kehadiranya, walaupun William tidak menyentuhnya. Panas tubuhnya,Kekuatan maskulinya,kehadiranya. Pada saat dia berbalik William begitu dekat. Terlalu dekat. Bryanne mundur, berusaha menghindari berdekatan denganya. Pinggulnya menyentuh tepi meja.
"Ya, kau sudah berterimakasih." Katanya "Dua kali."
"Untuk menunjukkan aku sangat menikmati makan malam denganmu... dan anakmu."
"Kurasa ini pengalaman baru bagimu, makan malam dengan seorang wanita dan anaknya." Bryanne menarik napas dalam-dalam dan melewati William. Pindah kesisi kananya.
William memegang tanganya erat tapi lembut "Kau tidak menginginkanku disini, malam ini anne, kenapa?"
"Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan, Kau kakak Nathalie dan juga teman Veeran. Kenapa kau tidak di inginkan di rumahku?"
"Itulah yang aku tanyakan." William meraih anak rambut yang jatuh ke mata kanan Bryanne dan merapikanya.
Tatapan mereka bertemu sesaat dan Bryanne berdo'a supaya apa yang dirasakanya tidak tercermin di matanya. William benar, Dia tak menginginkanya di rumahnya malam ini atau malam-malam lainya.
Dia melepaskan pegangan William, bergegas keluar dari dapur ke ruangan lain. Jika dia tidak menjawabnya, William akan bertanya-tanya apa yang berusaha disembunyikanya. Selain kebenaran, penjelasan masuk akal apa yang dapat diberikan Bryanne karna tak menginginkan pria itu dalam hidupnya.
Suara evan menyadarkanya.
"Ya, Uncle D, dia sudah disini dan akan tinggal sampai waktu tidurku." Kata Evan. "Dia juga memperbolehkan aku datang ke tempat kerjanya besok."
Bryanne berhenti di luar pintu kamar tidur anaknya. Sudah lama dia tidak melihat Evan begitu gembira dan bersemangat. Bagaimana dia dapat mengusir William tanpa menyakiti hati Evan? Tapi kalau dia membiarkan William menjadi teman Evan, lalu bagaimana? Kemungkinan besar akan terjadi bencana. Cepat atau lambat William akan tahu kebenaranya. Dia hanya perlu menanyakan kapan ulang tahun Evan.
Bryanne menutup mulut dengan tanganya, menahan tangisan putus asa. Apa yang harus dilakukanya?
William mengikutinya, berhenti di sampingnya dan memandang kedalam kamar tidur dimana Evan sedang berbaring dengan telpon di telinganya.
"Menurutnya Mom juru masak hebat." Kata Evan. "Dia tambah terus dan coba tebak Uncle, Puding almond dengan saus sunshine adalah pencuci mulut favoritnya, sama seperti aku!"
"Anakmu hebat." Bisik William menunduk sehingga bibirnya hampir menyentuh telinga Bryanne.
Bryanne memejamkan matanya, berdo'a supaya kalau ia bicara suaranya tidak gemetar. Jantungnya berdegup kencang. Dia merasa gugup, rasanya tidak adil William hanya perlu menyentunya dan lututnya langsung lemas.
Dan otaknya juga! Dia menegur dirinya sendiri. Sadarlah jangan biarkan dia melakukan ini padamu.jangan lakukan ini terhadap dirimu. Kau lebih tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
unforgettable kiss
RomanceSuatu malam yang panas bertahun tahun lalu.Bryanne menjadi salah satu wanita yang jatuh dalam pelukan si Cassanova "WILLAM ABRAHAM WITTINGTON". kini pria itu harus menjadi kolega bisnisnya. Yang membuat Bryanne harus bertarung melawan daya tarik di...