paranormal 6

36 2 0
                                    

Malam hari, aku merasa bumi di bawahku bergemuruh dalam dinginnya guyuran hujan. Targetku berada di depan mata, tasnya tergeletak di samping meja sembari menanti kedatangan bus. Terasa seulas senyuman sinis tersungging di bibirku dan kedua bola mata gelapku menerawang tajam.

Tetesan air hujan semakin lebat, aku meregangkan lenganku pelan dan hati hati. Jaketku tersibak memperlihatkan tatto-tatto yang terukir di tanganku, dengan seringai jahat yang menggantikan senyumanku, aku melangkah pelan mendekati si pria muda dari belakang. Sudah sejak lama aku menyelidiki pria ini.

  Namanya adalah ian, ia berumur 22 tahun, ia baru saja lulus kuliah dan memiliki perusahaan sendiri. Dia juga adalah seorang playboy (mempermainkan wanita).

Aku berdiri di dalam sebuah ruang bawah tanah yang terimbun salju, menghadap sebuah meja dimana peralatanku tertata rapi. Tubuh ian terpancang di sebuah meja karatan, dengan tidak memakai baju.

   Kemudian aku mengambil jarum untuk mentatto. Mata ian berkaca-kaca menanti kepedihan yang akan menimpanya. Ku celupkan jarumnya ke cairan tinta hitam. Setelah itu aku mulai mengukir desain ku yang rumit ke tangan dan dada ian. Wajah ian menggambarkan derita sembari kulitnya mengejang. Aku tersenyum sambil mengatakan "pria yang malang".

  Ku letakan jarum setelah aku selesai menyelesaikan desain ku. Kemudian ku ambil sebuah gergaji, aku tersenyum sadis melihat wajah ian yang sedang menangis. Kemudian ku gesek-gesekan bilah gergaji itu di permukaan lututnya. Sepertinya ian akan pingsan...

  Kemudian satu jam setelah itu, mata ian berkedip terbuka dan segera saja ku tekan lebih dalam bilah gergaji ke dalam lututnya, sehingga tulangnya menjadi dua...  Aku menyaksikan ian muntah muntah di sekeliling tempatnya ia berada. Cairan merah tua bermunceratan di atas meja mewarnai besi berkarat itu.. Kulit pada kedua pergelangan tangannya meneteskan darah akibat luka lecet yang disebabkan oleh jeratan tali di tangannya.. Aku tersenyum manis sembari kudekatkan gergajinya ke atas pinggang ian.. Mendaratkan gergajinya secara perlahan lahan ke tulang pinggul ian...

   Mata ian melotot karena merasakan rasa sakit yang luar biasa.. Saat aku menggergaji ke dalam kulitnya, darahpun berciperatan ke udara.. Dan setelah itu ian pun tidak sadarkan diri karena kehabisan darah...

   Kemudian aku pergi ke ruang belakang sambil membawa tulang tulang ian untuk aku pajang di ruang belakang... Dan setelah sampai, aku lalu memajang tulang tulang yang masih diselimuti oleh darah ke arah dinding..

  Kemudian aku mengambil pistol yanh terdapat di atas meja dan kuarahkan ke kepalaku... Dan sambil tersenyum, aku menarik pelatuknya..

Horror Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang