2

5.7K 200 3
                                    

Kulepaskan Dia

.
.
.
.
.
.

"Baiklah.. Sampaikan padanya saya akan sampai dalam 5 menit.. Assalamualaikum.. " Naira segera menutup telpon itu dan bergegas meninggalkan Masjid tempatnya Shalat..

Naira melihat ada 3 panggilan tak terjawab dari Pak Hendra.. Mungkin itu saat dirinya shalat tadi.

Untungnya, jarak dari masjid dan perusahaan tempat Kirana bekerja tidak terlalu jauh.. Sampai diruangan paling ujung dilantai paling atas gedung perusahaannya, Naira mengetuk pintu itu. Terdengar sahutan Pak Hendra dari dalam mempersilahkannya masuk..

"Maaf saya terlambat pak.. " ucap Naira beriringan dengan salamnya..

Pak Hendra yang melihat Naira langsung berdiri diikuti oleh seorang pria yang duduk membelakangi Naira.

"Ooh tak apa Naira.. Saya menyuruh kamu kemari hanya untuk mengenalkanmu dengan Manajer IT diperusahaan kita.. " Pak Hendra mempersilahkan pria itu berkenalan..

Dan tanpa diduga,, pria itu adalah Rasyid. Pemuda tampan yang beberapa jam lalu bertemu dan terjebak bersama Naira dibawah derasnya hujan.. Seolah takdir, mereka dipertemukan dan dijadikan Partner dalam bekerja..

"Naira.. Perkenalkan Ini Rasyid.. Manajer IT diperusahaan kita.. " Pak Hendra mengenalkan Rasyid yang sudah lebih dulu mengenal Naira..

"Saya Naira.. Manajer Pemasaran yang baru... " balas Naira, dari raut wajahnya Naira tidak begitu ingat pada pertemuannya tadi pagi dengan Rasyid

"Bukankah kau gadis yang tadi pagi? " tanya Rasyid tiba2 mendekati Naira

Naira sedikit tersentak dengan pergerakan tiba2 Rasyid. Naira memundurkan tubuhnya sedikit menjauh...

"Ahhh,Apakah kau terkejut? maafkan aku.. " Rasyid langsung mundur menjauh

"Tidak apa2, saya hanya hanya terkejut.. Maaf, saya tidak ingat dengan anda.. " jawab Naira sopan

"Rupanya kalian sudah saling mengenal.. " tiba2 Pak Hendri memecah kecanggungan diantara keduanya

Rasyid dan Naira menoleh lalu sama menganggukkan kepala mereka.

"Bagus jika begitu.. " saut pak Hendra

"Kami hanya sekedar bertemu secara tak sengaja.. Saya belum terlalu tau mengenai Pak Rasyid.." jawab Naira

Ketiganya kemudian duduk bersama disebuah sofa santai di ruangan Pak Hendra

"Tidak perlu seperti itu.. Cukup panggil saya Rasyid saja.. " ujar Rasyid

Naira tersenyum lalu mengangguk..

"Baiklah.. jika kalian sudah saling mengenal, saya harap kalian bisa bekerja sama dengan baik.. " ucap Pak Hendra..

"Saya harap juga begitu.. " Rasyid memandang Naira yang tengah tersenyum mengiyakan pernyataan Pak Hendra..

"Tak perlu jauh aku mencari.. Sosok itu kini berdiri tepat didepan mata.. Dan aku hanya perlu izin darimu untuk memilikinya.. "(Rasyid..)

•••••••••
Keesokkan harinya..

Naira, Rasyid dan Firman... Ketiganya telah berada disebuah lapangan luas.. Dibawah teriknya matahari mereka mendatangi lokasi konstruksi pembangunan rumah singgah.. Bangunan dengan luas hampir satu hektar itu direncanakan akan dipegang oleh Naira dan Rasyid..

"Sepertinya kita akan sering bertemu Pak Rasyid.. " ujar Naira

"Rasyid, panggil saja begitu.. Saya merasa tua jika kau memanggilnya begitu.. " ucap Rasyid dengan wajah cemberut..

Kulepaskan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang