6

3.7K 106 0
                                    

Kulepaskan Dia.
.
.
.
.
.
.
.
.

Malam semakin larut,  angin berhembus kuat. Ranting-ranting pohon mulai bergerak akibat hembusan kuatnya. Disebuah jalan sempit, atau lebih tepatnya sebuah gang sempit, sepasang sejoli yang tengah dimabuk cinta berjalan sambil berpelukan.. Langkah mereka terkesan berat dan gontai, sepertinya mereka habis menikmati indahnya malam ibukota..

"Apa kau mencintaiku? " suara serak si gadis terdengar..

"Tentu saja aku mencintaimu.. Bahkan jika langit runtuh, aku akan tetap mencintaimu.. "Jawab si pria dengan nada mabuknya..

Si gadis tersenyum bahagia mendengar jawaban kekasihnya itu, lalu ia mengecup pipi kekasihnya kemudian melepaskan pelukannya dan berlari..

"Ayo kejar aku jika kau bisa.. " tantang si gadis kemudian mereka berlari bersama..

Kebahagian itu berlalu cepat, seakan setiap menit itu hanyalah satu detik.. Mereka tak peduli dengan larangan hubungan yang mereka jalin.. Mereka hanya tau kesenanagan duniawi yang mereka puja..mereka terbuai dengan indahnya rasa yang sebenarnya tak sepantasnya tumbuh diantara mereka.. Rasa itu terlalu suci juka harus diikatn dengan ikatan sehina pacaran..

Cinta... Rasa nan suci dan mulia yang diciptakan-Nya agar manusia bisa saling melindungi dan melengkapi demi menyempurnakan keimanan mereka pada-nya.. Namun kini rasa suci seolah sebuah mainan yang bisa tumbuh dalam sebuah hubungan yang berlandaskan hawa nafsu saja..

Suatu malam, saat bulan tak menampakkan dirinya diantara luasnya malam.. Gadis cantik bergaun hitam selutut berjalan seorang diri diantara jalanan ibukota yang sepi. Dirinya terus menatap ponsel mahal digenggamannya, lalu kembali menatap jalan dan begitu seterusnya.. Seseorang diseberang jalan melambaikan tangan padanya dan tersenyum padanya.. Gadis itu menarik kedua ujung bibirnya, hingga membentuk senyuman manis khas dengan lesung pipinya.. Menoleh memastikan jalanan sudah tidak ramai akan kendaraan yang berlalu lalang, ia berlari secepatnya kearah seberang..
Namun entah datang dari mana, sebuah mobil melaju begitu kencang kearahnya. Lampunya menyorot tajam hingga secara tak sadar gadis itu berhenti berlari dan menoleh ke arah datangnya mobil tersebut..
Dan..  Tanpa bisa terelakkan lagi, kecelakaan tunggal terjadi di jalanan sepi itu..

...Entah kenapa saat itu diriku merasa sangat menyesal. Tepat didepan mata aku melihat sosok itu tersenyum dan melambai padaku, namun hati in malah berteriak jangan mendekat. Apalah arti teriakan pilu itu? Jikalau hati lebih baik dari mata, mengapa tak buat aku benar2 mencintainya saja? Bukan hanya sekedar nyaman karena dia mirip denganku .. Namun benarkah juga bahwa aku pun nyaman denganya?  Kelakuannya kadang kala membuatku bertanya apakah yang aku rasakan padanya..

Meski begitu, aku tetap menekan semua pertanyaan pilu itu dihati ini.. Aku seolah tak mau mendengar apapun.. Dan hanya akan percaya pada apa yang aku lihat saja...

Lagi.. Mimpi itu lagi..
Naira terbangun dari tidurnya karena hal yang sama belakangan ini.. Mimpi dimana ia melihat orang yang dicintainya tewas didepan matanya.. Ia tak tau siapa pria didalam mimpinya itu. Pria itu terasa tidak asing, bahkan dalam hatinya Naira seolah merasa memiliki ikatan kuat dengan pria itu. Tapi siapa gerangan pria itu?

Naira melirik kearah jam biru dimeja lampunya. Pukul 3 pagi, Naira menghela nafas kemudian berangsur turun dari tempat tidurnya.. Berjalan menuju kamar mandi, membasuh wajah dan kemudian berwudhu..

Kulepaskan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang