16

1.9K 59 0
                                    

Kulepaskan Dia
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


...

Azizah's story

Lagi dan lagi.. Masih karena hal yang sama.. Azizah harus menahan malu ketika dering ponselnya berbunyi keras didalam perpustakaan..

Jika bukan karena itu benda mahal yang ia beli dengan uang hasil kerjanya, mungkin ponsel itu sudah hancur berkeping-keping sejak tadi..

Sejak kejadian dimana ia melihat kejadian percobaan pembunuhan malam itu, para wartawan itu tak henti-hentinya menganggu kehidupan pribadinya..

Kini dilayar ponselnya muncul notifikasi seratus panggilan tak terjawab dari puluhan nomor tak dikenal.. Dan salah satu dari mereka pasti telah menyebarkan nomornya kepada wartawan lainnya..

"Ya Allah.. Mau ngeluh takut dosa.. Dari tadi saya terus diganggu, apakah mereka tidak bosan terus menanyakan pertanyaan yang sama setiap saatnya?" keluh Aziah akhirnya..

Gadis itu menutup bukunya dan melepas kacamata nya.. Bersandar pada kursi yang ia duduki lalu menarik nafas panjang..

Ia meraih ponselnya itu dan dengan cepat menelpon seseorang..

"Naira, kamu dimana sekarang? Bisa kita bertemu sepulang kuliah nanti? " tanya Azizah diawal panggilan..

Kemudian Azizah menutup panggilan, begitu juga dengan buku-buku yang segera ia bereskan kemudian pergi dari perpustakaan itu..

Perutnya sudah mulai berteriak, ia melirik jam tangan yang ia kenakan. Sudah pukul 2 siang, dan sejak pagi ia belum juga makan. Wajar saja jika kini perutnya itu berteriak minta asupan..

Azizah melangkahkan kakinya saat sebuah notif pesan dari Naira masuk.. Naira kini sedang berada dikantin, dan itu tepat sekali..

"Ira.. " Seperti seorang anak pada ibunya, Azizah langsung saja memasang wajah cemberutnya..

"Laah, kamu kenapa Izah? Kenapa sama muka kamu itu? " tanya Naira setengah tertawa

"Lihat ini.. " ujar Azizah sambil menunjukan notifikasi dari para wartawan aneh itu..

"Waw..! Itu banyak sekali.. Kenapa mereka terus menelponmu? Ah, bukan. Bagaimana bisa mereka mendapatkan nomor telponmu? " tanya Naira penasaran..

Azizah langsung duduk di sebelah Naira dan mulai bercerita bagimana kejadian beberapa hari yang lalu.. Bagimana bisa semua hal itu kini menjeratnya dalam ketidaknyamanan seperti itu..

"Saya tidak heran jika mereka bertanya bagimana bisa saya berada ditempat kejadian atau ingin tau apa saya terkait dengan kasus penusuknya itu.. Tapi beberapa dari mereka malah menyinggung kehadiran saya yang katanya hanya numpang populer atau seperti menuduh saya yang merencenakan kejadian malam itu.. "

Azizah menumpahkan seluruh keluh kesah dihatinya selama beberapa hari belaknagn ini..

Pada saat itu persahabatan yang mereka jalin, tidaklah sekuat seperti saat ini.. Tapi melihat keyakinan Naira yang ingin berubah membuat Azizah yakin bahwa Naira adalah wanita yang dapat dipercaya..

"Tenangkan dulu dirimu.. Menurutku semua pertanyaan itu wajar saja mereka utarakan padamu. Mereka wartawan dan itu memang sudah menjadi tugas mereka.. Kamu hanya perlu menjadi lebih sabar lagi. " ucap Naira berusaha menenagkan

"Kamu betul, Ra.. Saya saja yang terlalu terbawa emosi menanggapi mereka.. Saya hanya tidak mau, karena kejadian ini saya terus diganggu dan itu akan menganggu aktivitas saya.. " keluh Azizah..

Kulepaskan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang