20

2K 61 0
                                    

Kulepaskan Dia
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kita tak pernah salah bertemu dengan seseorang.. Itu masa lalu..
Hanya saja, ada yang menjadi teman dan ada yang menjadi pelajaran..
Bukankah hakikatnya semua hal ini hanya sementara?  Dunia ini hanya pelabuhan?  Lalu kenapa harus menyesal dengan beberapa jiwa yang sekedar singgah pada hidupmu?
Itulah kehidupan..

...



Pagi ini, Naira terlihat tidak seperti biasanya..  Ia berusaha menghindari setiap orang yang sepintas dengannya..  Panggilan masuk yang mengusik paginya beberapa waktu lalu membuat Naira tampak ketakutan..

"Kembalilah Naira, atau aku yang akan menyeretmu.. "

Naira merinding, bulu kuduknya meremang ketika ia teringat akan ancaman Dion padanya..

Dia tak tau kenapa Dion begitu terobsesi terhadapnya.. Apa salahnya pada pria itu hingga dirinya terus saja diteror seperti ini..
Dion yang awalnya hanya sekedar mengancam, kini mukai bertindak aneh padanya dan Kirana..

Brruukk..!!

"Awww.!! " pekik Naira saat dirinya tak sengaja menabrak seseorang

"Maafkan saya.. Maaf.. " ujar Naira dengan pandangan tertunduk,

"Hahahah, kau lucu sekali.. " suara tawa seorang pria terdengar..

Naira mengernyit, ia mengangkat wajahnya dan seketika senyum merekah diwajahnya..

"Rasyid.. " sapa Naira saat menyadari sosok yang ia tabrak tadi, adalah Rasyid..

"Waalaikumsalam Naira.. " ujar Rasyid mengingatkan..

"Aahh, iya.. Asalamualaikum Rasyid. " ujar Naira kembali menundukkan pandangannya

Mereka berada didekat Kantor tempat merek bekerja, hanya saja entah kenapa dua insan ini memilih berjalan kaki..

"Ada apa Naira?  Kenapa kamu terlihat khawatir? " tanya Rasyid yang sejak tadi telah menyadari hal itu

"Kenapa dengan saya? Saya baik-baik saja, " jawab Naira dengan senyum aneh di wajahnya..

"Tidak bisakah kamu ceritakan masalahmu padaku, itu akan sangat saya hargai " ujar Rasyid menatap penuh harap pada Naira

Mereka terhenti, Naira menatap wajah Rasyid yang saat ini terlihat sangat serius dengan apa yang ia katakan barusan..

Naira tak mengatakan apapun tapi sorot matanya mengatakan sebaliknya.. Sorot mata itu sarat akan ketakutan besar di dalamnya, serta kekhawatiran yang mendalam..

Satu titik air matanya jatuh, dan dengan cepat Naira mengalihkan tatapannya..

"Maaf Rasyid, sepertinya hal itu tidak baik untuk dikatakan padamu.. " ujar Naira kemudian meninggalkan Rasyid yang terus menatap kepergian Naira

"Aku tak mengerti.. Apa yang harus aku lakukan?  Bagaimana agar aku bisa membantumu? " gumam Rasyid

....

Rasyid yang baru saja menyerahkan sebuah laporan pada Pak Hendra,  tak sengaja melihat Naira saat ia melintas didepan ruang kerjanya..

Saat itu Naira sedang berbicara dengan seseorang di telpon, meski tak terlalu jelas tapi samar-samar Rasyid mendengar kata-kata yang diucapkan Naira..

Kulepaskan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang