11

2.3K 70 2
                                    

Kulepaskan Dia
.
.
.
.
.
.
.


Gudang itu begitu besar, mungkin butuh waktu lebih dari dua jam untuk berkeliling didalamnya..
Naira,  yang kini tengah di rundung kekhawatiran atas menghilangnya sang adik.. Sudah lebih dari satu jam ia menelusuri tempat itu dengan hanya berbekal sinar dari ponselnya..
Mulutnya terus saja bergerak seiring ayat-ayat suci yang ia bacakan demi keselamatan sang adik yang kini entah berada dimana..

Naira benar-benar takut, jika nantinya ada binatang buas yang hidup di tempat itu.. Lantas bagaimana kabar adiknya itu?  Apakah dia baik2 saja.. Naira terus berusaha mengenyahkan fikiran buruk yang hinggap di otaknya, dan terus saja memotivasi diri untuk berfikir positif..

Naira terus melangkah mengikuti kemana langkah kakinya membawa..
Setidaknya ia terua berusaha,  meski hasilnya tak sesuai harapan..

Cahaya, digedung tua sebesar itu Naira secara tak sengaja menangkap kilatan cahaya lampu diujung lorong, dengan cepat Naira menyusuri lorong gelap itu menuju sumber cahaya tersebut.. Sampai.. Naira sampai disebuah ruangan besar minim cahaya, namun setidaknya tidak segelap tempat2 sebelumnya..

Naira memberanikan diri masuk kedalam ruangan itu,  hingga..

"Kirana...! " teriak Naira kaget..

.
.
.
.
.
.
Kulepaskan Dia..

"Dengarkan aku Kirana.. Kau beruntung aku hanya mengatur sebuah pertemuan biasa denganmu.. Meski dengan sedikit paksaan karena kau yang keras kepala.. " ujar si bule pirang..

Kirana kini tak lagi menangis, baginya air mata itu terlalu mahal untuk menangisi setiap pikiran dan keputusan bodoh yang ia ambil.. Setidaknya ia masih punya otak untuk berfikir bagaimana cara ia bisa lepas dari si bule pirang gila ini..

"Kau tidak perlu khawatir, karena setelah ini aku tidak akan pernah mengganggumu lagi. Aku akan kembali ke negara asalku dan melupakanmu.. " tambahnya..

"Itu Bagus.. Lalu kenapa kau masih disini, pergilah dan tak perlu kembali.." tukas Kirana..

"Aku benar, kau orang yang berani namun ceroboh.. " ejek si pria bule itu

Kirana hanya memasang wajah datarnya, tak peduli dengan pendapat pria bule itu tentangnya.. Lagipula mereka bukan orang yang saling mengenal, hubungan mereka bukanlah sebuah pertemanan. Bisa dibilang ini percakapan antara penculik dan korbannya, Yah kurang lebih seperti itu..

"Berhentilah mengatakan hal-hal yang tidak penting.. Kau membuang-buang waktu berhargamu tuan Bule.. " jawab Kirana judes

Gadis 17 tahun itu menafsirkan sendiri semua hal yang ia pikirkan. Tak peduli jika yang ia pikirkan itu berbeda dari yang orang lain lihat.. Baginya lebih penting tentang pendapatnya dibanding pendapat orang lain.. Gadis keras kepala..

"Tentu saja, kau benar.. Percuma aku menjelaskan padamu, kau tidak peduli meski ini menyangkut kakak tercintamu pun kau tidak perlu mendengarnya.. Membuang-buang waktuku saja iyakan? Lebih baik aku pergi,jika tidak aku ak.."

"Tunggu dulu. Barusan kau menyebut kakakku? Apa yang kau maksud? Katakan.." celah Kirana

"Untuk apa aku mengatakannya , bukankah itu tidak penting bagimu.. Bukankah kau bilang itu hanya membuang-buang waktuku?" kilah pria jangkung itu

Kulepaskan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang