masih sama seperti hari kemarin
rinai-rinai terus mengulur air matanya ketika diriku berjalan menapaki koridor sekolah
aku suka saat diriku mendengarkan keluhannya—rinai
tentang perasaannya yang rapuh terkikis guntur di atas sana
tapi sepertinya aku dan kamu memang memiliki kesukaan yang sama
diriku melihatmu menatap luka-luka rinai dengan sendu tepat di depanku
darahku berdesir
bagaimana bisa?
sebenarnya, pertemuan ini sudah terencanakan atau hanya ketidaksengajaan?
aku sungguh ingin bersapaan
denganmu, mendengar suaramu
tapi, sore ini, saat cendawan bersiulan, aku masih saja malu
menanyakan namamu
menanyakan hobimu
menanyakan semua tentangmu
aku hanya bisa memeluk rasa ingin tahuku sendiri, menerka-nerka bagaimana dirimu
—Aku
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumpu Dalam
Randomjauh, jauh sangat sebelum kamu mengenalku, aku telah terpatahhatikan olehmu.