biarlah
biar hari ini kuhabiskan untuk berlama-lama menatapmu
menatap senyummu yang sangat memesona
menatap wajahmu yang sangat rupawan
menatapmu terus menatapmu dari kejauhan
sampai-sampai aku sadar,
sudah berapa lamakah aku terkungkung dalam derai hujan yang tiada henti?aku bodoh, benar-benar bodoh
mengapa diriku bisa memilih untuk menjadikanmu yang satu-satunya?
mengapa diriku menghabiskan banyak waktu untuk hanya memperhatikanmu?
mengapa diriku membuat angan-angan yang tak mungkin menjadi kenyataan?
padahal sudah jelas dari awal,
kita tidak saling mengenal
kita tidak saling bersapaan
kita tidak saling menatap jika berjumpatapi, biarlah
biarlah hari ini menjadi yang terakhir kalinya
karena esok, hatiku akan membungkus rapat-rapat tentangmu.
bukan untuk semakin mengukir namamu, tapi agar hatiku tak lagi menjadikanmu candumaaf, Kak
aku memilih untuk berdamai dengan rasa sakitku
berdamai dengan perasaanku
hingga nanti saat diriku benar-benar sudah kosong,
jangan ...
janganlah datang kepadakukarena ...
jauh, jauh sangat sebelum kamu mengenalku, aku telah terpatahhatikan olehmu
—Aku
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumpu Dalam
Casualejauh, jauh sangat sebelum kamu mengenalku, aku telah terpatahhatikan olehmu.