0°C

228 27 32
                                    

aku mengutuk rinai yang tiada selesai mengeluh, ia meluluhlantakkan asa yang telah kubangun

mataku tertuju pada bumantara yang kejinggaan dan mentari yang terus ingin berpulang

sekolah telah bubar beberapa jam yang lalu tapi entah mengapa saat ini aku merasa nyaman

menikmati bayu yang menyelimutiku seperti menyampaikan perasaannya

berdesir darahku

sesekali kupejam mataku menghirup sisa-sisa petrichor yang masih merebak

suara burung-burung yang mengepakkan sayap penuh percaya diri

tapi, mungkin sudah waktunya melangkah ke rumah

aku berbalik, namun tanpa sengaja aku melihat gadis itu

dengan seragam basah dan mata bulatnya yang indah menatapku penuh kagum

beberapa detik aku menahan napasku

rongga-rongga dadaku dipenuhi sesak karena debaran itu

mengapa?

mengapa?

ini kali pertama aku merasakannya

jatuh cinta pandangan pertama?
bodoh
lagi pula, siapa yang mempercayainya?


Praditya

Tumpu DalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang