aku mengutuk rinai yang tiada selesai mengeluh, ia meluluhlantakkan asa yang telah kubangun
mataku tertuju pada bumantara yang kejinggaan dan mentari yang terus ingin berpulang
sekolah telah bubar beberapa jam yang lalu tapi entah mengapa saat ini aku merasa nyaman
menikmati bayu yang menyelimutiku seperti menyampaikan perasaannya
berdesir darahku
sesekali kupejam mataku menghirup sisa-sisa petrichor yang masih merebak
suara burung-burung yang mengepakkan sayap penuh percaya diri
tapi, mungkin sudah waktunya melangkah ke rumah
aku berbalik, namun tanpa sengaja aku melihat gadis itu
dengan seragam basah dan mata bulatnya yang indah menatapku penuh kagum
beberapa detik aku menahan napasku
rongga-rongga dadaku dipenuhi sesak karena debaran itu
mengapa?
mengapa?
ini kali pertama aku merasakannya
jatuh cinta pandangan pertama?
bodoh
lagi pula, siapa yang mempercayainya?
—Praditya
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumpu Dalam
Randomjauh, jauh sangat sebelum kamu mengenalku, aku telah terpatahhatikan olehmu.