Nafas Abrega sudah tidak beraturan. Dia sudah mencari Caramel kemana-mana, namun juga tak segera menemukan gadis itu.
Tadi setelah dia bertanya pada Keke dan Fafa kedua sahabatnya itu bilang bila Caramel pergi setelah tau bahwa hari ini kelas free tak ada pelajaran sampai jam pulang. Karena guru sedang mengadakan rapat.
Abrega mengedarkan pandanggannya di koridor sekolah yang tampak ramai para murid sedang sibuk dengan kegiatan mereka.
Abrega berdecak kesal sebelum dia berlari menaiki tangga. Tujuannya kali ini adalah atap. Sedari tadi dia sudah berkeliling sekolah, mulai dari perpustakaan, taman sekolah, kantin sampai kamar mandi cewek. Tentu saja Abrega harus meminta bentuan salah satu teman wanitanya yang untuk maauk ke setiap kamar mandi namun hasilnya nihil.Nafas Abrega tersengal di atap Caramel tak ada yang ada hanyalah Revan dan Daylan yang sedang bermain gitar.
Mereka berdua terkejut saat pintu atap terbuka kasar dan melihat wajah Abrega yang berantakan"Kenapa sih lo?"tanya Daylan bingung
Sedangkan Revan hanya mengangkat alisnya menatap Abrega
"Kenapa lagi kalu bukan gara-gara Caramel. Emang siapa sih yang bisa buat Abrega kaya orang gak waras selain Cara"Abrega tak membalas ejekan Revan. Kalau dalam keadaan biasa mungkin dia akan mencaci atau menjitak kepala sahabatnya itu namun hari ini dia sedang berbaik hati. Karna baginya ada hal yang jauh lebih dari menanggapi obrolan itu
"Kalian liat Caramel gak?" Tanua Abrega penuh harap
"Benerkan yang gue bilang. CARAMEL"sahut Revan bangga karna ucapannya terbukti. Yang dibalas tawa oleh Daylan.
Abrega mulai geram
"Elah. Gue tanya gak di jawab. Mau mati lo pada"Daylan sontak menahan tawanya kemudian menggeleng, tanda tak tau satu sahabatnya itu kemana
"Udah tanya ke anak-anak yang lain ?" Tanya Revan memastikan
"Udah kata anak-anak dia langsung pergi waktu tau kalo hari ini free class"jawabnya
"Udah cabut mungkin dia"sahut Daylan mengemukakan pendapatnya
"Belum ada yang boleh cabut. Dan lo semua kan tau kalau Cara gak bakalan bolos gimanapun ke adaanny"jelas Abrega kemudian dia langsung berbalik meninggalkan sahabat-sahabatnya. Berlanjut mencari Caramel
Sedangkan Revan dan Daylan hanya melongo kemudian menggelengkan kepalanya menatap lepergian Abrega.
"Sampai segitunya tu anak sama Cara"gumam Daylan yang dibalas anggukan oleh Revan
"Gue jadi bertanya-tanya. Jangan-jangan hubungan keduanya lebih dari sekedar sahabat" protesnya
"Gue juga juga mikir gitu"sahut Daylan
----____----
Abrega berjalan pelan dikoridor lantai 4. Keadaan sekitarnya sangat sepi hanya beberapa murid yang berada disana. Jelas saja kerna lantai 4 tak ada ruang kelas. Lantai 4 hanya terdiri dari beberapa aula, ruang teater, dan lapangan basket serta beberapa ruangan ekskul sekolah itu.
Abrega berdecah kesal sambil mengacak-acak rambutnya. Entah apa yang dia pikirkan. Dia tak pernah sebegitu khawatirnya seperti ini. Biasanya dia cuek aja liat Caramel marah cuma gara-gara liat cowok itu main cewek lagi.
Langkah Abrega tiba-tiba berhenti. Dia menajamkan pendengarannya, matanya menilik ke pintu coklat yang ada didepannya. Di atas pintu terdapat tulisan plang "Ruang Basket"
Dalam otaknya dia bertanya siapa rupanya yang sedang berada didalam ruang basket itu. Perasaan kunci ruangan itu dia yang membawanya. Mana bisa ada anak yang masuk kedalam. Hari ini tak ada pelajaran yang berlangsung, maka tidak mungkin ada praktik olahraga. Pak Zidan guru olahraga yang memegang kunci serep ruangan itu tak mungkin memberilan kunci kesembarang orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramel
Romantizmkisah cinta Caramel Vanilla Late pada sahabatnya sendiri Abrega Arjuna Romeo. Sahabat baiknya yang selalu ada disaat dia membutuhkan bahu untuk berdandar. kebersamaan mereka yang awalnya di dasari dari rasa nyaman berubah jadi sayang dan tanpa salah...