Reinard memasang earphone ke telinganya. Memainkan layar ponselnya untuk mencari lagu yang akan ia dengar. Norta memberinya dua buah lagu untuk didengar.
Iringan piano terdengar ketika file yang Reinard ingin dengar terputar dalam music player di ponselnya.
Intro berjalan sekitar satu menit. Suara Norta terdengar kemudian. Sedikit sendu..
Cahaya temaram di atas kepala
Angin berdebat dengan dedaunan
Hingga langit menangis
Membuat suara gemerisik pada jendelaMemori yang dingin seperti hujan
Tentangmu
Segalanya tentangmu membuat beku
Aku terpaku
Tanpa bisa melangkah maju
Berpaling pun aku tak mampuKamu yang mencuri seluruh jiwaku
Membawanya serta saat kau menghilang
Apa yang dapat kulakukan?
Tersudut dalam pojok ruang senduMeratap pilu
MerindukanmuMemori yang dingin seperti hujan
Tentangmu
Segalanya tentangmu membuat beku
Aku terpaku
Tanpa bisa melangkah maju
Berpaling pun aku tak mampuSedih sekali. Satu hal yang dapat Reinard simpulkan.
Apakah ini mewakili apa yang sedang dirasakan Norta?
Dia sedang bersedih? Patah hati?
Reinard hanya bisa menduga-duga. Ia tak cukup berani menanyakan pada Norta. Wanita itu tak suka urusan pribadinya dicampuri orang lain. Norta sangat tertutup.
"Kau di sini?"
Reinard menoleh. Di ambang pintu Norta memandangnya.
"Aku mendengarkan lagumu." Reinard melepas earphone di telinganya.
Norta berjalan mendekat. Ia duduk di samping Reinard. Jemarinya terulur menyentuh tuts piano di hadapannya tanpa menimbulkan bunyi.
"Bagaimana?"
"Bagus, seperti biasa."
"Hmm."
"Tapi..."
Norta menoleh. Mendapati Reinard menggantung ucapannya.
"Ini tentang kisahmu?"
"Huh?" Norta tak mengerti.
"Maksudku lagumu, apa ini menceritakan kisahmu?"
"Apa itu penting?" Norta mengalihkan pandangan. Kembali memandangi tuts piano.
"Mungkin, paling nggak kalau ditanya wartawan aku bisa jawab," balas Reinard.
Norta diam sejenak. Tampak berpikir. Reinard menunggu dengan hikmat.
"Kalau nggak mau cerita nggak apa sih," putus Reinard. Ia tidak suka memaksa atau membuat seseorang menjadi tidak nyaman. Jemari Reinard bergerak. "Akan kumainkan sebuah lagu."
Denting piano mengalun. Reinard memainkan sebuah lagu seperti yang diucapkan. Norta tidak tahu pasti lagu apa itu. Norta memang bisa bermain piano. Ia juga suka mendengarkan musik. Tapi, Norta bukan seorang fanatik. Ia bisa mencipta lagu dengan baik karena sewaktu kuliah teman satu apartemennya adalah anak jurusan musik. Meski tidak terlalu dekat, anak itu baik kepada Norta sampai-sampai mengajarinya bermain piano.
"Ada sebuah cerita dibalik lagu itu," ujar Norta.
Reinard menghentikan tarian jemarinya di atas tuts. Diam, menunggu Norta melanjutkan ucapannya.
"Aku mengenal seorang wanita. Dia cantik, cantik sekali."
Reinard melihat binar kagum dari lensa Norta. Wanita itu mengidolakan seseorang yang menjadi objek ceritanya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG JALANG
ChickLitAku hidup dalam kubangan kelam. Tak tergapai oleh cahaya apapun. Bahkan tangan-tangan yang mengatas namakan uluran cinta pun tak mampu meraihku. Cinta adalah kesemuan. Tubuhku, nafsu itu, uang, hasrat, dan kepuasan semalam. Tercetak jelas bahkan di...