Dia menyatakan perasaannya (2)

11 4 0
                                    

[]


Kali ini aku tengah duduk di kursi pinggir lapangan sembari memperhatikan beberapa teman sekelasku yang tengah bermain basket. Rasanya sudah lama aku tidak melihat pemandangan lelaki berlari memantulkan bola oranye tersebut. Ingatanku kembali ke hari itu, hari di mana aku melihat Joshua bermain basket bersama anggota tim lainnya. Mereka terlihat keren, termasuk cowok yang sering ku sebut aneh itu.

"Binnie-ya! Jangan terlalu pinggir, aku nggak mau melihatmu melakukan hal gila," tegur Lisa sembari menarikku untuk duduk di sampingnya.

Aku mengerutkan kening, Lisa kadang terlalu protektif pada ketinggian. Oh, jangan berpikir kalau sahabatku itu takut pada ketinggian, dia hanya parno karena ponselnya pernal meluncur dari lantai tiga apartemen milik keluarganya. Aku tidak habis pikir bagaimana Lisa bisa sebenci itu pada ketinggian. Yang paling aku nggak habis pikir, bagaimana Lisa tidak bisa memberdakan mana tisu dan mana ponselnya.

"Aish, pikiranmu dangkal sekali, Lis," sembur Yuju lalu melihat ke arah teman yang kami yang satu lagi. Nayeon masih tersenyum-senyum akibat kencannya tadi malam. Dari cerita Nayeon, gadis itu bilang kalau Jinyoung sunbae menciumnya. Oh, aku nggak mau kebanyakan mikir karena terakhir aku ciuman adalah bersama Joshua.

Dan kalau diingat, ciuman itu terasa manis.

Tapi berakhir menyakitkan.

"Ya, ya! Lihat deh," ucap Nayeon tiba-tiba sambil menunjuk ke arah lapangan. Gadis itu menyeru. "Wah, daebak! Ada junior yang tengah menyatakan perasaan!" gadis itu terlihat girang membuat kami bertiga pun merasa tertarik dan melihat ke bawah. Benar saja, di sana sudah ada tarian ala boyband yang lagi marak di Korea, lalu beberapa gadis memberikan setangkai bunga pada satu gadis berambut sebahu yang berdiri di tengah.

Sosok cowok muncul dari balik punggung para dance cover. Dia membawa satu buah boneka dan satu bucket bunga mawar. Aku tersenyum melihat bagaimana pasangan remaja jadian. Rasanya sangat manis dan lembut, seperti ada permen kapas yang berjatuhan di antara mereka.

"Bukankah itu Eumji? Gadis yang dikenal dengan wajah bakpaonya?" tanya Lisa.

Aku mengedikkan bahu. "Mana aku tau," jawabku lugas. Ingatanku berputar pada saat pertama kalinya Joshua menembakku. Pada saat itu aku terlalu panik dan malu, pasalnya jantungku berdebar cukup kencang dan aku nggak tau apa yang aku rasakan. Jadi yang aku lakukan hanya tertawa, memukul bahu cowok itu pelan dan berkata.

"Jangan bercanda."

"Hah?" Nayeon menatapku dengan bingung. "Kau bicara dengan siapa, Bin?" gadis itu bertanya akibat gumamanku yang terlalu keras.

Aku menoleh, senyumku terlihat seperti orang bodoh. "Hahahaha, aku hanya asal bicara," elakku. Aku merenggangkan kedua tangan, menarik napas dalam-dalam. Mengingat itu, aku jadi merasa sangat idiot dan bodoh. Bagaimana bisa aku tidak menyadari bahwa aku juga suka pada Joshua? Mungkin sampai saat ini, aku masih bersamanya. Aku bisa berkencan dengannya tiap saat. Melihat senyum cerianya dan mata berbinarnya. Tapi Joshua udah gak ada, dan aku hanya bisa terus menyesal setiap saat.

Yuju yang sejak tadi memperhatikanku pun berujar. "Aku tau apa yang ada di pikiranmu, Binnie," katanya. "Jangan bodoh. Kau gak akan bisa kembali ke masa itu. Jangan pikirkan masa lalu bodohmu itu, kesalahan yang kamu lakukan adalah pelajaran untuk kamu ke depannya."

Lisa menyahut. "Nah, benar tuh. Kalau bisa, sekarang kamu harus benar-benar melupakan perasaanmu pada Joshua. Aku yakin, cowok itu akan senang jika kamu berhasil terpuruk dari ke sedihan. Joshua gak suka melihatmu menangis, Binnie."

Aku menoleh. "Bagaimana kamu tau?"

"Karena saat kamu menangis karena laki-laki bajingan itu, Joshua terlihat murka. Bahkan Taehyung sampai kena pukul," jawab Nayeon. Gadis bergigi kelinci itu menoleh, matanya nampak datar. "Kau ingat kan, hari itu?"

"Saar tangan Joshua lebam?" terkaku, mengingat kembali hari di mana tangan Joshua yang tiba-tiba lebam saat datang ke rumahku malam-malam. Aku terkekeh, bodohnya.

Sebuah tangan merangkulku, mendekatkan tubuhku dengan tubuh Lisa. "Sudahlah, jangan dipikirkan. Kalau kamu nangis, bisa-bisa di sana Joshua memukul malaikat."

Aku tertawa. "Paboya."[]


a.n

MIANHAEEEE. HUEEEE aku telat mulu deh updatenya. MAAP SEKALI YA KALIAN PARA PEMBACA YANG TERLALU SABAR. Sumpah, aku jujur deh ya kalau emang aku sibuk banget. Tiap hari laporan praktikum tuh ada 3 sampai 4 laporan. Terus tugas makalah botani yang tiap minggu tuh ADA. Terus juga bikin proposal PKM yang aku belum tau mau ikut PKM peneliti atau wirausaha. Karena sebenarnya aku terlalu tertarik pada penelitian wkwkwkkw. Tapi, inshaAllah aku bakal tetep update ini. Maunya langsung satu part selesai, gak dibagi-bagi soalnya biar kalian bacanya enak gitu. Huhuhu. Maaf yahhh buat semuanya. Ini aku nyuri waktu karena sebenarnya aku lagi bikin laporan praktikum botani :'))

Sekali lagi maaf ya kawan :(( Apalagi kalo kalian nemuin typo, aku gak sempat buat edit huhu /gubrak/

Salam,

Biru.


Spring and Goodbye First LoveWhere stories live. Discover now