Ketika Aku Belajar Melupakan

28 5 2
                                    

Seoul, 3 Februari 2017.

Ini hari kedua aku bersekolah kembali setelah mengalami tifus selama dua Minggu. Aku memperhatikan kepulan angin dingin yang bergerak di luar jendela bus yang terasa dingin ketika aku menyentuhnya. Aku mengeratkan jaket tebal yang melindungi tubuhku, menunduk ke arah sepatu kets yang aku kenakan untuk pergi ke sekolah.

Sampai di halte tujuan di mana berhadapan dengan sekolahku, aku turun bersamaan dengan beberapa siswa yang bersekolah di tempat yang sama. Pagi hari di Seoul yang selalu sibuk adalah awal yang amat aku sukai. Udara pagi selalu sejuk dan sehat. Aku tersenyum tipis sembari melangkah untuk menyeberang sebelum seseorang menyenggol bahuku. Nayeon pagi ini nampak sedikit ceria membuatku agak mengernyit.

"Wae?" tanyaku, sangat penasaran dengan perubahan total dari wajah Nayeon yang biasanya cemberut atau bahkan sebal.

Gadis itu masih tersenyum, dia menunjukkan ponselnya dan memperlihatkan fotonya bersama Jinyoung sunbae. Aku mengerjapkan mata dan ikut senang akan keberhasilan salah satu sahabatku dalam menggaet cowok. Dia pun merangkulku, berbisik. "Kapan kau mulai move on?"

Aku diam, mengedikkan bahu. "Kapan saja jika aku ada waktu," balasku sedikit cuek.

Nayeon merasa tidak puas dengan jawabanku. Jadi dia menahan tanganku dan membuat dirinya kini menatapku dengan penuh khawatir. "Kau harus mulai melupakannya, Bae Yoo Bin," ucap gadis itu, jarang sekali menyebut nama lengkapku.

Aku mengangguk, meyakinkannya. "Ne, eonnie," ledekku. Nayeon tertawa sembari memukul bahuku dengan kencang. Mau bagaimanapun, Nayeon tetaplah gadis yang kasar.

Sampai di kelas, aku menemukan Minghao yang mulai bercengkrama dengan Taehyung dan Seungcheol. Ketiga cowok itu tertawa amat kencang membuatku sangat penasaran, namun kau tau bahwa pembicaraan laki-laki itu sangat membosankan. Aku nggak ngerti kenapa laki-laki bisa tahan dengan topik yang hanya seputar olahraga atau game online.

"Binnie, annyeong," sapa Minghao ketika melihatku duduk di kursi yang berhadapan dengannya.

Aku menoleh, sedikit canggung jika mengingat peristiwa memalukan kemarin. Begini, bagaimana bisa kalian memeluk orang yang baru kalian kenal beberapa jam? Pasti itu akan terasa aneh dan pasti menjadi canggung. "Oh, annyeong," balasku pelan.

Taehyung menatapku, sedikit aneh. "Wae geure, Binnie. Kau terlihat aneh hari ini," kata cowok itu seakan mengulitiku.

Aku menggeleng cepat, tersenyum kecil. "Oh, gwenchanna. A-aku hanya terlalu banyak belajar tadi malam," jawabku lalu menghadap ke depan dan mengeluarkan buku catatan Sastra yang tadi malam aku baca untuk ulangan hari ini. Sembari membaca, aku berusaha mendengar pembicaraan dari ketiga laki-laki yang sebenarnya ingin ku hindari. Terutama untuk cowok sipit kepindahan dari China yang sangat lancar bahasa Korea.

"Kau tau, sudah berapa banyak tim kami memenangkan pertandingan basket antar sekolah?" suara Seungcheol sedikit sombong, padahal di antara tim basket hanya dia yang paling hebat. Paling keren. Menurutku.

Aku sangat tau bahwa Minghao akan menggeleng dengan polosnya. "Nggak tau. Kan kalian yang tim basket, bukan aku."

Rasanya aku ingin tertawa jika saja aku ingat kalau aku tengah berusaha menghindar dari Minghao. Cowok itu amat berbahaya untuk kesejahteraan jantungku dan kesehatan pikiranku.

"Binnie!" teriakan Lisa dan Yuju membuatku menoleh cepat dan menemukan kedua gadis menyebalkan itu tengah tersenyum lebar.

Aku mendengus. "Wae?"

Yuju menggeleng. "Ani."

"Kita cuman mau nyadarin kamu doang," sambung Lisa.

Aku mengangguk paham, kemudian memperhatikan Lisa yang duduk di kursi yang berhadapan denganku dan Yuju yang duduk di sampingku. "Kau terlihat kurang enak badan, Bin," ucap Lisa sedikit khawatir. "Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" tanya gadis itu.

Spring and Goodbye First LoveWhere stories live. Discover now