Pertemuan ku dengan orang yang kusebut cinta pertamaku

24 5 0
                                    

[]

Seoul, 2 Februari 2017.

Selepas dari acara perkenalan mendadak tersebut, aku mengobrolkan banyak hal dengan ketiga sahabatku. Ku lihat Minghao mulai akrab dengan Jungkook. Keduanya bahkan tertawa bersama seperti teman dekat. Pandanganku tiba-tiba teralihkan oleh sosok laki-laki tinggi yang melewati meja kami. Ia sempat melirikku, tersenyum tipis dengan mata penu rasa menyesal sebelum pergi begitu saja.

Nayeon yang menyadari gerakan kami tadi, jadi gadis itu berkata pelan. "Biarkan saja. Ku pikir kau tidak pernah suka padanya, kan?" tapi nyatanya kalimat yang dikeluarkan Nayeon tidak benar-benar pelan.

Seungcheol sempat melihat lelaki itu, jadi dia hampir bangkit dengan penuh amarah namun Taehyung menenangkannya. "Tenangkanlah dirimu, Cheol. Dia sudah mendapatkan balasannya," ucap cowok itu.

Minghao si anak baru, terlihat menoleh cepat ketika merasakan kalau meja ini serasa panas. "Wae? Siapa yang kalian bicarakan?" tanya cowok berdarah china itu.

"Dugu-ya? Kami nggak sedang membicarakan siapapun," ucap Lisa seraya terkekeh canggung. Gadis itu menatap ke arah lelaki jangkung yang kini sudah menghilang. "Ingin rasanya aku memakan bulgogi lagi. Tapi dagingnya daging manusia, manusia bejat," geram gadis itu membuat aku meringis.

Seharusnya aku tidak melirik ke arah lelaki itu lagi.


[]


Sudah seminggu aku selalu berangkat dengan Joshua, Yuju dan bayi kecilnya. Selama seminggu itu pula Joshua mengisi hari-hari kami dengan obrolan yang sama sekali tidak penting.

"Aku sebenarnya nggak tau apa yang membuat ibuku berteriak, tapi saat aku mengintip ke kamarnya.." cowok itu melirikku, tatapannya berubah geli. "Dia tengah menonton drama!"

Jungkook mendorong bahu Joshua membuat cowok yang berdiri di sampingkua mendadak oleng, menabrak tubuhku. "Aish, bisa tidak sehari kau membicarakan hal yang tidak aneh?" tanya cowok itu.

Yuju yang berdiri di sampingnya pun terkekeh. "Udahlah, Kook. Dia memang aneh sejak kita berkenalan dengannya Minggu lalu," jawab Yuju sembari melirik Joshua yang masih tertawa.

"Tapi, drama apa yang membuat ibumu berteriak?" tanyaku sambil melihat Joshua yang tengah berpikir.

"Entahlah, aku nggak pernah melihat drama sama sekali seumur hidupku."

"Paboya. Kau benar-benar seperti hidup di jaman batu, Jo," sungut Yuju dan terkekeh bersama Jungkook.

Beberapa detik lagi kami akan sampai di stasiun tujuan. Jungkook tiba-tiba bertanya soal klub yang akan kami ikuti mulai Minggu ini.

"Aku dan Nayeon memutuskan untuk jurnalistik. Kata Nayeon, di sana banyak cowok ganteng! Kamu tau Son Hyun Wo atau nama kerennya itu Shownu? Dia tampan!" seruku kemudian terkekeh seperti orang bodoh.

Yuju menggeleng tidak mengerti. "Hah, para senior itu banyak yang tampan, kau tau itu," ucapnya kemudian melirik Jungkook yang sedikit sebal. "Tapi bayi inilah yang paling tampan," gadis itu masih sibuk merayu Jungkook yang sedikit ngambek.

Aku hanya tersenyum sambil berjalan bersama Joshua yang mendadak diam. "Kau sendiri, ikut klub apa?" tanyaku pada Joshua.

"Basket. Aku diajak oleh Taehyung untuk ikut ekskul itu," jawabnya sedikit dengan nada yang berbeda. Atau malah seluruh nada yang dia keluarkan memang berbeda?

Aku mengedikkan bahu acuh. Ku pikir memang ini bukan urusanku jika Joshua tiba-tiba terlihat aneh.

Selama jam pelajaran, Joshua sama sekali tidak banyak bercerita. Bahkan saat Taehyung yang mengajaknya berbicara pun cowok itu nampak diam. Tak berkutik.

Kali ini aku tengah bersantai di pinggir lapangan, memperhatikan beberapa teman sekelasku yang tengah bermain basket melawan para senior. Yuju sekarang tengah mengantar Lisa ke ruang guru, sedangkan Nayeon memilih ke perpustakaan untuk bertemu Jinyoung sunbaenim, senior yang ditaksir gadis itu.

Langit nampak cerah dengan taburan kapas yang mengilap. Tikar biru itu terlihat bersih dan indah, membuat perasaanku sedikit tenang sebelum, yah.. ada bola basket nyasar mengenai kepalaku.

"Kau tidak apa-apa?" tanya laki-laki berkaus putih yang kini berdiri di hadapanku.

Joshua tiba-tiba menghampiriku dan memeriksa dahiku yang mungkin sedikit membiru. "Pusing nggak?" tanya cowok itu membuatku semakin bingung. Tapi, wait, dia kan HyunWo Sunbaenim!

"Gwenchana-ya," balasku sambil menghindari tatapan Hyunwo sunbaenim yang tersa sangat dalam. Penuh kekhawatiran.

"Aku minta maaf soal kesalahan melempar bola barusan," ucap cowok itu sebelum pergi meninggalkan aku karena Joshua terus menatapku penuh rasa cemas.

Aku mendesah. "Ya! Kau telah menghancurkan ekspetasiku, Jo," sungutku seraya bangkit untuk berjalan ke perpustakaan.

Joshua yang kini hanya mengenakan kaus putih tipis itu tetap mengikutiku. "Apa tampannya cowok itu? Masih tampanan aku, kan?" cowok itu tersenyum kecil ke arahku yang mendadak mual.

"Aish, paboya. Kamu lebih terlihat seperti bocah kecil jika tersenyum, tau," balasku.

Koridor menuju klinik terasa ramai oleh beberapa perempuan yang melihat Joshua seperti melihat dewa. Padahal jika aku lihat-lihat di sekolah ini tidak hanya Joshua yang tampan. Taehyung tampan, Taeyong dan Winwin juga, dan masih banyak lagi. Namun entah bagaimana bisa semua murid perempuan di sini menyukai semua cowok di sekolah ini karena mereka tampan.

Aneh.

"Mari, aku obati luka memarmu itu," ujar Joshua sembari menarikku untuk duduk di salah satu kursi.

Aku mendesah panjang, malas tau.

"Ayolah Jo, aku bisa sendiri," senggahku pada Joshua yang mulai menekan memarku sedikit kencang. "YA! Mau mati kau?" teriakku pada Joshua yang tertawa.

"Aku minta maaf, oke," kata cowok itu, kembali mengobati memar di dahiku.

Lima menit ke depannya, suasana di dalam klinik terasa lebih damai. Aku memperhatikan wajah serius Joshua ketika mulai mengobati memarku. Bibir tipis sedikit terbuka, amat manis. Matanya yang ceria kini penuh kekhawatiran dan ketelitian. Wajahnya terlihat lebih manis jika dilihat sedekat ini. Bahkan aku tidak tau bahwa sejak aku memperhatikan wajah Joshua, aku tersenyum.

"Aku memang tampan, Binnie," tegur cowok itu secara tiba-tiba membuatku aku mengalihkan pandangan ke arah lain.

Aneh, sesuatu mendesak di dalam dadaku. Entah apa itu, tapi rasanya sangat menggebu, sangat kencang dan... sesak.

"Wajahmu memerah!" seru Joshua tiba-tiba sebelum tertawa kencang membuatku memberengut sebal.

Aku memukul lengannya sekuat tenaga. "Diamlah!" omelku.

Tapi Joshua masih tertawa, dan aku tanpa sadar ikut tertawa bersamanya. Sesuatu terlihat lebih manis ketika Joshua tertawa. Aku nggak tau apa yang aku rasakan sekarang.

Namun tawa Joshua terhenti ketika pintu klinik terbuka, lalu sosok cowok tinggi datang menghampiri kami. "Sepertinya lukamu sudah baikan," ucap Hyunwo sunbaenim ketika melirikku kemudian melihat Joshua yang mendadak kaku. "Dia sepertinya cocok menjadi dokter pribadimu," katanya, sedikit terkekeh.

"Dia temanku," ucapku membenarkan kalimat Hyunwo sunbaenim.

Hyunwo sunbae memberikanku susu kotak rasa strawberry. "Mianhae untuk kejadian di lapangan tadi. Ini sebagai permintaan maafku," cowok itu menyodorkan susu tersebut padaku.

Aku menerimanya dengan penuh rasa senang. Dia manis!

"Gomawo, sunbae."

Tapi aku sama sekali tidak sadar kalau Joshua sejak tadi meremas seprei kuat-kuat.[]

Spring and Goodbye First LoveWhere stories live. Discover now