[]
Seoul, 3 Februari 2017.
Setelah pelajaran Biologi yang sungguh membuatku mengantuk akibat Goku ssaem yang cara mengajarnya sangat membosankan, akhirnya aku bisa pulang dengan otakku yang mulai fresh. Aku dan Nayeon berjalan beriringan menuju ruangan klub kami di mana beberapa orang sudah berkumpul. Sahabatku itu langsung menghampiri kekasihnya, sedangkan aku memilih duduk di samping Jiho, siswi yang sangat cuek dari kelas 11-4.
"Hai," sapaku pada gadis yang sejak tadi bibirnya cemberut terus. Kami nggak terlalu dekat, tapi aku sering mengajaknya untuk mengobrol. Gadis itu sungguh pendiam, aku penasaran kenapa dia cuek seperti itu. Padahal dia memilih klub yang isinya anak-anak bawel dan aktif. Apa sebenarnya Jiho nggak secuek yang aku kira.
Jiho menoleh, tatapannya yang tajam membuatku memasang senyum aneh. "Hai. Kau sudah kembali," ucap gadis itu. "Ku pikir kamu nggak akan pernah datang ke tempat ini lagi," tambahnya membuatku tertegun.
Dulu, saat setelah kejadian itu, ku pikir aku nggak akan pernah datang ke tempat ini lagi setelah tau bahwa orang itu yang menyebabkan masalah ini. Cowok itu yang mengancam Joshua, juga menabraknya pada malam ketika Joshua selesai bermain basket dengan Seungcheol dan anggota klub lain. Aku nggak tau, kenapa rasa benci itu masih menempel sedangkan aku tetap betah dalam klub ini. Mungkin karena... aku nggak akan bisa lari lagi dari sebuah masalah.
Aku hanya balas tersenyum sungkan pada Jiho, nggak tau apa aku harus menangis atau bahkan berteriak di tempat ini. Yuju berkata bahwa masa lalu yang buruk hanya dapat kita buang, jangan pernah diungkit. Yang harus kita lakukan sekarang adalah melangkah terus, tanpa terbayang oleh masa lalu yang buruk itu.
Ya, aku harus melangkah. Jauh.
"Gwenchanna, aku memang terlalu cinta dengan klub ini. Kalian yang membuatku nyaman, dan kita harus melangkah untuk masa depan, kan?" kataku pada Jiho karena gadis itu masih memperhatikanku sejak tadi.
Jinyoung sunbae tiba-tiba menoleh ke arahku, dia terlihat kaget. Mungkin sejak tadi dia hanya memperhatikan Nayeon dan mengabaikan kehadiranku setelah menghilang selama berbulan-bulan. Bukan menghilang sih, tapi lebih tepatnya adalah menghindar.
"Wah, Binnie-ya! Kau kembali!" seru sunbaeku itu sambil menarik tanganku untuk dijabat. Ada satu sifat yang paling aku benci dari Jinyoung sunbae, dia itu terlalu exited pada sesuatu, yang sebenarnya biasa saja. "Aku senang, hahaha."
Nayeon terlihat menertawakanku yang hanya bisa menganga lebar sambil berusaha untuk terlihat senang. Sebenarnya aku penasaran, kenapa Nayeon nggak ilfeel dengan tipe cowok yang norak kayak cowok ini? Oh, aku ingat, Nayeon juga kadang seperti ini. Jadi bisa dibilang, mereka cocok dalam hal kenorak-an.
Aku menghela napas lega ketika sunbaeku itu melepas jabatan tangannya. Beberapa dari sunbaeku yang lain juga menjabat tanganku, bahkan Wendy sunbae memelukku erat dan berbisik semua baik-baik saja seakan aku masih seperti dulu. Tapi memang sebenarnya, sesuatu dalam diriku masih depresi. Aku masih takut untuk melangkah.
"Permisi," seseorang mengintrupsi kami. Dia adalah Winwin, salah satu anggota klub dan di sebelahnya ada Minghao yang nampak canggung.
"Oh, Winwin! Ayok masuk, klub baru saja mau dimulai," ucap Wendy sunbae pada Winwin yang mengangguk kecil.
Cowok itu menunjuk Minghao, kemudian berkata. "Anu, dia mau masuk klub kita. Bisa, kan?" tanya laki-laki yang kadang pemalu itu. Tapi dia lebih sering malu-maluin.
Jinyoung sunbae, yang lagi-lagi sangat exited itu tiba-tiba bangkit dan menjabat tangan Minghao dengan kuat. "Wah! Selamat datang diklub kami!" ujar laki-laki yang sebenarnya sudah kelas 12 tersebut. Hari ini akan ada pelengseran jabatan, aku penasaran siapa yang akan jadi ketua dari klub jurnalistik ini.
YOU ARE READING
Spring and Goodbye First Love
FanfictionDi musim semi ini, aku mengucapkan selamat tinggal padamu, cinta pertamaku. ^^^ Pada awal semester di musim semi, Binnie bertemu dengan seorang laki-laki. Mereka berteman hingga percikan itu datang. Percikan yang disebut cinta. "Kadang manu...