Setelah hari di mana aku terus diejek akibat memeluk Joshua, akhirnya hari Senin pun datang. Aku menunggu di Yuju dan Joshua sembari memakan sarapan yang dibuat Eomma. Selesai dengan sarapanku, aku mendengar bel rumah berdering keras. Dengan cepat, aku menyambar tasku dan berpamitan dengan Eomma. Appa tadi sudah berangkat lebih dulu, katanya ada rapat mendadak dari klien luar negeri. Aku gak terlalu paham, jadinya aku hanya melambaikan tangan saja pada Appa yang langsung keluar rumah tanpa menghabiskan sarapannya.
Aku bertemu pandang dengan Joshua yang terlihat lebih cerah. Alisku terangkat sebelah, merasa aneh. "Ya, wae geure?" tanyaku pada Joshua yang langsung menggeleng cepat.
"Kajja!" Joshua langsung berjalan di depan, sednagkan aku mengikutinya dari belakang sembari memperhatikan punggung tegap dari cowok yang sudah aku kenal lebih dari dua bulan. Senyumku terbit, rasanya aneh jika aku mengingat kalau dulu aku sempat risih padanya. Tapi Joshua adalah cowok yang baik, aku selalu suka kebaikannya.
Aku pun berlari kecil untuk menyamakan langkahku dengan Joshua, mendorong bahu cowok itu pelan. "Kamu kenapa sih?" tanyaku lagi, rasanya aneh melihat Joshua yang nampak fresh seperti itu.
Joshua menoleh, wajahnya masih terlihat ceria. Bahkan agak kemerahan dikedua belah pipinya. Sepertinya temanku ini tengah memikirkan sesuatu, atau dia tengah menyukai seseorang?
"Apa kamu tengah menyukai seseorang?" tanyaku lagi, sungguh aku penasaran.
Joshua diam, dia menoleh cepat. Dia melirik ke sekitar, seperti melihat keadaan entah itu berbahaya atau tidak. Aku gak paham. Tapi sesuatu berdetak, aku gak tau kenapa jantungku berdetak saat Joshua menatapku lekat tanpa berkedip.
Cowok itu menggeleng cepat. "Lupakan," jawabnya, membuat aku mendesah panjang.
Aku memajukan bibirku, mencoba untuk menyamakan langkah dengan Joshua kembali. Stasiun sudah semakin dekat, kami mempercepat langkah hingga sebuah sepeda motor oleng membuat Joshua menarikku mendekat. Melindungiku dari senggolan sepeda motor yang melaju cepat melawan arah kendaraan. Kami saling menatap, sesuatu seperti berhenti.
Aku melihat bagaimana mata Joshua tidak berkedip, bibirnya seperti ingin mengucapkan sesuatu, terlihat bergetar. Aku gak tau, dan aku merasa tuli kala Joshua akhirnya berucap,
"Aku suka sama kamu, Bae Yoo Bin."
Sesuatu berubah, namun gak semuanya berubah jadi buruk.
[]
a.n
Begini, karena waktu menulisku mulai berkurang membuat daya imajinasiku semakin berkurang karena otakku dipenuhi ide-ide untuk kegiatan PKM (kayak kegiatan mahasiswa karya ilmiah gitu), aku pikir cerita ini setiap chapter bakal pendek-pendek. Gak apa-apa kan, ya? Dari pada jarang update ehehehehe /gampar/. Jadi, sampai bertemu di malam Senin. Aku bakal update lagi untuk kalian.
Tapi maaf, untuk updetan ku selanjutnya Joshua kayaknya gak muncul dulu. Ekekekeke.
Salam,
Biru.
YOU ARE READING
Spring and Goodbye First Love
Fiksi PenggemarDi musim semi ini, aku mengucapkan selamat tinggal padamu, cinta pertamaku. ^^^ Pada awal semester di musim semi, Binnie bertemu dengan seorang laki-laki. Mereka berteman hingga percikan itu datang. Percikan yang disebut cinta. "Kadang manu...