19

1.5K 53 5
                                    

"Siapa pun yang ngasih ini,pasti dia orang baik.Btw,makasih banget"

Ya,itu kalimat yang didengar oleh Devan.Devan saat ini sedang bersandar pada tembok UKS.Sesekali Devan mengintip dari jendela.Ia sedang memperhatikan wanita yang berusaha turun dari tempat tidur UKS.

Wanita iu adalah Ainda.

Wanita yang selalu ada dimanapun Devan berada.Namun akhir akhir ini wanita itu sering terlihat bersama Lingga.

Devan akan memberitahu sesuatu pada kalian.

1..

2..

3..

Sebenarnya...








Sebenarnya.

Anu.

Devanlah yang menulis surat dan meletakkan susu beserta roti diatas meja UKS sebelah Ainda.

Mengejutkan bukan?

Ainda sudah duduk di kursi taman sebrang sekolahnya.Seperti biasa.Menunggu Devan.Walaupun ia tau,teman kelasnya juga menyukainya Devan.Namun apa salahnya jika Ainda juga menyukai Devan? Bukankah setiap orang berhak menyukai seseorang? Ainda mengeluarkan pulpen dan juga kertas.Dan mulai menuliskan sesuatu.

Benar ternyata,bahwa berucap tak semudah menatap. Liat aku?  Akulah yang mudah menatap namun sulit berucap.Bahkan untuk memanggil mu saja aku tak memiliki keberanian. Kak,tidak ada hukum yang menyatakan klo menyukai seseorang yang sudah disukai oleh orang lain itu salah kan? Jadi,tolong biarkan rasa ku ini terus tumbuh.Sampai ia akan merasa lelah sendirinya.

D'

Tertanda
Ainda.

Ainda melipat kertas itu,dan sebelum ia masukkan ke dalam kotak,tatapan Ainda jatuh pada Devan yang sedang berjalan keluar dengan tangan yang ia masukkan kedalam saku celananya.

"Keren" batin Ainda.

"Doooorrrrrrr" tiba tiba saja Lingga datang membuat Ainda terkejut.Sampai surat yang Ainda pegang tak sengaja terlepas.

Syuuuuuup.....

Tertiup angin dan sampailah surat itu di kaki depan ujung sepatu Devan.

"Sial" Batin Ainda.

Devan melihat kertas yang sudah mendarat di ujung sepatunya.Hanya melihat,tidak berniat untuk mengambilnya.

Ainda langsung saja dengan cepat menghampiri Devan,dan berjongkok di depan Devan guna untuk mengambil suratnya.Tapi dengan cepat di ambil terlebih dahulu oleh Devan.

"Mampus"

Ainda tidak tau harus melakukan apa.Bagaimana jika kertas itu dibaca oleh Devan? Saat Devan hendak membuka lipatan kertas itu,tiba tiba handphone Devan berbunyi.

Devan mengambil handphone di dalam saku celananya,dilihatnya nama yang tertera di layar handphone nya terlebih dahulu. Lalu melihat lagi ke arah kertas yang di pegang.

"Nih" Devan menyodorkan keras itu

"Akhirnya" batin Ainda.

Langsung saja Ainda menerimanya. Belum sempat Ainda berkata apa apa,Devan sudah berjalan terburu buru menjauhi Ainda.

Ainda sempat tersenyum singkat sambil melihat punggung Devan yang semakin lama semakin menjauh.Ainda berbalik,didapatinya Lingga yang hanya memamerkan sederetan gigi putihnya. Ainda memutar bola matanya. Ainda kembali ke tempat ia menulis surat tadi,mengambil tasnya,dan pergi meninggalkan Lingga.

Lingga langsung saja mengejar Ainda.

"Aii" teriak Lingga.

Tidak ada respon dari Ainda.

"Itu tulisan di kertasnya apaan sih?" tanpa merasa bersalah,Lingga malah bertanya seperti itu. Apa Lingga lupa? Hampir saja karena Lingga Devan akan membaca suratnya.

Ainda masih belum mau membalas ucapan Lingga,ia terus berjalan.Terlalu malas harus meladeni ucapan ucapan Lingga.

"Aiii" Lingga teriak lagi.Sedikit lebih keras.

Ainda masih berjalan. Tiba tiba saja tangannya di tahan oleh Lingga.Membuat Ainda harus memberhentikan langkahnya.

"Jawab gue,atau gue bakal cium lu!" Apa apaan ini? Lingga memang kurang waras.

"Bisa nggak sih kakak nggak usah ganggu saya!" Ainda sudah tidak bisa mengkondisikan wajahnya sekarang. Ia lelah hampir setiap hari selalu diganggu oleh Lingga.

Bukannya meminta maaf,Lingga malah mencubit pipi Ainda. Lingga tersenyum.

"Udah ih nggak usah ngomong gitu.Klo gue nggak gangguin lu,trus gue ganggu siapa dong? Ayo pulang bareng" Lingga menarik tangan Ainda menuju ke motornya. Dasar Lingga!
Selalu saja mempunyai cara untuk membuat wanita luluh.

Yang Tak TersampaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang