01

1.4K 340 64
                                    

Jangan lupa klik tombol bintang sebelum membaca.

Seonho bangun dari tidurnya dan tidak pernah sesedih ini. Seonho merasa bodoh telah mengacuhkan Guanlin saat pemuda itu tidak sengaja menyinggung soal poninya yang menutupi mata. Seonho tau benar Guanlin tidak salah, tapi perasaan Seonho begitu sakit. Entah karena apa. Seonho membalik tubuhnya dan merasa hembusan nafas seseorang disampingnya. Dengan ragu ia menggeraklan tangannya untuk meraba wajah orang tersebut.

"Guanlin hyung?" tanya Seonho entah pada siapa. Jujur, Seonho sangat rindu dengan kekasihnya itu. Seonho memeluk Guanlin dengan hati hati karena takut membangunkannya. Pikiran Seonho menerawang ke masa lampau. Masa dimana Seonho bisa melihat betapa tampannya wajah Guanlin yang sedang tertidur disampingnya seperti sekarang.

"Seonho-ya, apakah aku tidur terlalu lama?" Guanlin membuka mata dan tidak ada jawaban.

"Kenapa melamun terus? Aku tau kamu merindukanku kan?" Lanjut Guanlin dengan suara khas bangun tidurnya.

"Ah~ aku mengganggu hyung ya?" Seonho bersiap menjauhkan tubuhnya dari Guanlin, tapi kalah cepat karena Guanlin merengkuh pinggang Seonho dengan erat.

"Maafkan aku ya. Akhir akhir ini aku jaramg menghubungimu. Aku jarang menelepon dan menanyakan kabarmu," ujar Guanlin di sela sela pelukannya dan Seonho hanya mengangguk patuh.

Tiba tiba saat mereka tengah menikmati waktu sunyi berdua, ibu Seonho mengetuk pintu dan mengatakan bahwa makan malam telah siap. Dengan sigap Guanlin bangun dan menuntun Seonho turun ke meja makan.

"Hyung, mengapa membuang tongkatku?" Seonho cemberut. Bagaimana bisa Guanlin membuang tongkatnya saat Seonho ingin menggunakannya untuk menujukkan jalan.

"Ada aku disini. Aku tidak ingin kau menggunakan yang lainnya untuk menuntunmu berjalan kalau ada aku," Guanlin tersenyum dan meskipun Seonho tidak melihatnya, Seonho pun ikut tersenyum.

"Ah~ aku lapar. Ayo Seonho-ya." dan Guanlin menggenggam tangan Seonho erat.

"Hyung, apa hyung sedang sibuk?"

"Tidak, Guanlin-ah. Ada apa?"

"Ah~ aku ingin mengajak hyung untuk-"

"Sebentar Jinyoung-ah. Guanlin sedang menelepon."

"Ya! Lai Guanlin jangan mengganggu kekasih orang lain!"

"Jihoon hyung, sepertinya hyung sedang sibuk. Aku akan menelepon lagi nanti."

Guanlin mengumpat pelan. Ia melempar handphonenya ke atas tempat tidur. Guanlin mengacak rambutnya frustasi. Guanlin sudah tidak tahan dengan semua ini. Setelah makan malam di rumah Seonho, Guanlin buru buru pamit untuk pulang ke rumah untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Tapi, nyatanya bukan mengerjakan tugas, Guanlin malah menelepon Jihoon.

Jujur saja, Guanlin sebenarnya agak terbebani dengan keadaan Seonho. Dengan kenyataan bahwa kekasihnya saat ini buta dan sampai sekarang belum ada donor mata yang pas dengan Seonho.

Dugaan Seonho benar. Guanlin yang jarang menhubunginya bukanlah tanpa alasan. Terkadang Guanlin terlalu sibuk mengejar seniornya di sekolah, yaitu Park Jihoon yang terang terangan sudah menjalin kasih dengan Bae Jinyoung.

Bukan, Guanlin bukannya tidak tau. Ia tau, tapi ia memilih untuk terus mengejar Jihoon dan melupakan fakta bahwa ia telah memiliki Seonho. Alasannya? Karena Guanlin jatuh cinta pada Jihoon saat Jihoon mencurahkan segala perhatiannya pada Guanlin disaat Guanlin mengetahui tentang kebutaan Seonho dan benar benar membutuhkan seseorang untuk mendukungnya bangkit kembali.

Guanlin memang terpuruk saat mengetahui kebutaan Seonho. Namun, saat Jihoon membantunya dan mengulurkan tangan untuk membantu Guanlin, Guanlin nyatanya salah mengartikan itu dan menganggap bahwa Jihoon juga menyukainya dan persetan dengan Bae Jinyoung. Guanlin tidak peduli.

Blind // guanhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang