13

1.1K 246 73
                                    

Jangan lupa untuk votment yaaa.

Guanlin memandang kosong tembok dihadapannya. Harusnya Guanlin sadar diri setelah apa yang telah ia lakukan terhadap Seonho saat pemuda itu tengah mengalami titik terberat dalam hidupnya. Guanlin memaklumi, ini memang salahnya, 100% kesalahan dari seorang Lai Guanlin.

Tadi, sesaat setelah operasi mata Seonho selesai dilakukan, Minhyun yang notabene adalah sepupu Seonho dan juga sebagai dokter yang melakukan operasi terhadap mata Seonho memberitahu bahwa ternyata dibalik bola mata Seonho terdapat lebih dari lima buah contactlenss. Ayah dan ibu Seonho seketika membeku. bayangkan, lima buah benda yang sangat mengganggu itu ada di belakang bola matamu, bahkan satu saja sudah cukup menyakitkan.

Guanlin membuka mulut saking terkejutnya dengan fakta yang ia dapat. Seonho adalah orang yang pelupa dan Guanlin tau akan itu, namun Guanlin tidak pernah menyangka bahwa Seonho akan separah itu sampai lupa untuk melepas lenss tersebut dari matanya. 

Guanlin menangis detik itu juga. Perasan bersalah itu kembali menghampirinya. Woojin yang mengerti akan hal itu akhirnya memutuskan untuk membawa kembali Guanlin ke dalam ruang rawatnya, meninggalkan orang tua Seonho yang tengah berbincang serius dengan Minhyun.

"Aku tidak pernah tau bahwa semua yang aku pikir sepele malah berakhir seperti ini, Woojin-ah," Guanlin terus saja meneteskan airmatanya sat Woojin mendorong kursi rodanya menuju ruang rawat.

"Kau tau, terkadang apa yang kau pikir baik dan sempurna itu pasti memiliki dampak bagi orang lain. Dampak baik dan buruk. Kau harus menerimanya,"

"Kau harus segera menyelesaikannya, Guanlin." ucap Woojin final sat mereka telah sampai di ruangan Guanlin.

Woojin membantu Guanlin untuk naik ke tempat tidurnya. Woojin tau, Guanlin pasti sedang memikirkan perkataannya. Woojin tau kata 'menyelesaikan' yang ia maksud mungkin akan membuat Guanlin benar benar merasa bersalah, tapi siapa yang peduli sat ini? Nyatanya memang Guanlin yang terlalu brengsek sampai melukai Seonho sampai sedemikian rupa.

"Aku memang harus menyelesaikannya, Woojin-ah," Lirih Guanlin sebelum dirinya memutuskan untuk berbaring sejenak. mengistirahatkan raganya yang terlalu lelah hari ini dan juga hatinya.

.

.

.

Guanlin tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang. Berada di lorong rumah sakit yang sepi pada pukul duabelas malam. Guanlin hanya lelah menahan semuanya, menahan rindu dan rasa cintanya pada Seonho. Setelah terbangun dari tidurnya sore tadi, Guanlin terus berfikir tentang cara yang harus ia gunakan untuk menyelesaikan semua permasalahannya dengan Seonho. Guanlin sudah menemukannya. Guanlin harus pergi.

Guanlin berfikir ini semua akan baik untuk dirinya dan Seonho. Seonho akan terlepas dari sosok lelaki yang selalu melukainya dan Guanlin akan merasa dosanya telah berkurang sat ia melakukan hal yang paling menyakitkan itu dalam hidupnya. 

Guanlin akhirnya memutuskan untuk membuka knop pintu di hadapannya, Woojin yang memberitau Guanlin tentang rawat Seonho sore tadi, karena setelah operasi berhasil dijalankan, Seonho langsung pindah ke ruang perawatan.

Yang pertama kali Guanlin lihat adalah tubuh lemah Seonho yang sedang tertidur dengan perban yang melilit di kepalanya. Terlihat lemah, tapi tentu saja Guanlin masih lebih lemah karena sampai saat ini ia belum bisa lepas dari kursi rodanya. Luka ditangannya yang terus mengeluarkan darah tadi siang membuat dirinya lemas.

Guanlin tersenyum miris melihat keadaan pemuda dihadapannya. Banyak pikiran yang membuat Guanlin ungkapkan kepada Seonho. Tentang betapa jatuh cintanya Guanlin pada Seonho, tentang betapa sakitnya Guanlin saat mendengar kabar kecelakan yang menimpa Seonho dan betapa  menyesalnya Guanlin saat ini.

Dengan keberanian, Guanlin menjalankan kursi rodanya menuju tempat Seonho berbaring. Tangannya meraih tangan Seonho yang berada disisi tubuh pemuda tersebut.

"Untung tidak ada satu orang pun yang menjagamu, jadi aku menjadi satu satunya orang yang menjagamu saat ini," Guanlin mulai berkata lirih sembari menahan tangis saat ia mengingat bahwa mungkin malam ini akan menjadi malam terakhir pertemuannya dengan Seonho.

"Seonho, aku ingin minta maaf atas semua yang telah kulakukan padamu. Sebagai seorang kekasih, aku malah berlaku seolah olah hanya kau yang mencintaiku dan aku yang hanya ingin membuatmu sempurnya,"

"Percayalah, aku sangat menyesal saat meninggalkanmu sendirian dan lebih memilih Jihoon hyung yang jelas jelas tidak akan pernah menerimamu,"

"Maafkan aku yang selalu menjadi alasanmu menangis setiap malam,"

"Maafkan aku yang selalu menjadi alasanmu merasaan menjadi orang yang tidak berguna, maafkan aku Seonho."

Guanlin menangis dan tidak sanggup untuk melanjutkan perkataannya. Bahkan bibirnya saja terlalu kelu dan hatinya terlalu sakit hanya untuk sekedar mengakui kesalahannya. Bukan, bukan Guanlin tidak ingin mengakuinya, hanya saja tenyata untuk berkata saja sangat berat, apalagi selama ini Seonho yang menanggung semua perlakuannya sendirian?

"Aku akan pergi, kamu tidak usah khawatir. Setelah ini aku yakin duniamu akan berbuah, tidak akan sekejam saat kamu bersama aku," Guanlin menutup matanya dan kembali menitihkan air mata.

"Kamu harus bisa jaga diri. Jangan terlambat makan karena kamu bisa kurus. Jangan terlalu banyak sendirian karena nanti kamu akan mengingatku-"

"Tapi sepertinya, kamu tidak akan pernah sendiri. Semua orang menyayangimu. Hanya aku yang terlalu bodoh sampai melukaimu."

"Aku tidak akan melupakan kita. Aku dan kamu, buatku selamanya akan jadi kita."

"Selamat tinggal, Yoo Seonho. Guanlin hyung ingin kamu bahagia. Aku mencintaimu."

Sesudah mengucapkan kalimat terakhirnya, Guanlin hendak memutar kursi rodanya dan keluar, sebelum tangannya dicengkram kuat dan isak tangis pelan terdengar.

"Hyung, jangan pergi. Jangan tinggalkan aku, lagi."

Blind // guanhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang