05

1K 258 85
                                    

Jangan lupa klik tombol vote sebelum membaca.

Hari ini, sosok Seonho yang ceria, banyak bicara, selalu tersenyum pergi entah kemana dan digantikan dengan Seonho yang hanya diam, berbicara seadanya dan tersenyum miris. Guanlin yang sedari tadi menemaninya di rumah sakit juga diabaikan oleh Seonho. Entahlah, Seonho merasa ia ingin sendiri.

"Kau tidak ingin makan? Aku menunggumu makan Seonho-ya. Aku tidak akan makan jika kau tidak kau makan," Guanlin mencoba memnujuk Seonho, tetapi hasilnya gagal. Seonho hanya diam dan menggelengkan kepalanya.

"Hei," Guanlin yang tidak tahan dengan sikap dingin Seonho meraih tangan pemuda itu dan mengusapnya perlahan.

"Seonho-ya, kau tau kan kalau aku sangat mencintaimu?" yang ditanya hanya mengangguk lemah.

"Kau tau kan bahwa setiap kau merasa sakit, aku juga akan merasakan kesakitan yang sama?" lagi, Seonho hanya mengangguk.

"Kau tau, bahwa bukan hanya kau yang kehilangan pengelihatanmu disini, tapi aku juga. Aku juga kehilangan kelihatan pengelihatanku. Kau tau, mataku selama ini hanya tertuju padamu. Jadi, jika kau terus seperti ini, mengabaikanku dan melukai dirimu sendiri, itu sama saja membuat aku buta, Seonho-ya. Buta." Seonho menangis, ia merasa bersalah membuat Guanlin sampai harus sesedih itu. Seonho pikir hanya dirinya yang terluka dan orang lain hanya akan merasa simpatik terhadap dirinya, namun Seonho salah. Kini Guanlin juga telah ikut menangis sama seperti dirinya. Seonho segera menarik Guanlin ke dalam pelukannya, berulang kali mengucap maaf dan berkata pada Guanlin bahwa ia tidak akan sedih lagi.

"Maafkan aku, hyung. Maafkan aku. Aku berjanji aku tidak akan sedih lagi. Aku percaya pada Guanlin hyung yang akan selalu menjagaku, aku mencintaimu hyung." ucap Seonho demgan suara paraunya. Guanlin hanya mengangguk di sela pelukan mereka dan memeluk Seonho dengan erat.

Setelah kejadian itu, Seonho perlahan mulai bisa menerima kenyataan. Seonho yakin suatu saat dirinya akan melihat lagi. Itu semua karena Lai Guanlin. Seonho merasa beruntung mendapatlan pemuda Taiwan itu sebagai kekasihnya. Sebelumnya, Seonho sempat berpikir bahwa Guanlin akan meninggalkannya saat mengetahui ketidaksempurnaannya, namun itu salah. Nyatanya, Guanlin saat ini lasih berada disampingnya.

"Guanlin-ah, apa kau sudah makan? Sejak datang ke sekolah tadi pagi aku tau kau belum memakan apapun karena semalaman suntuk menjaga Seonho, kan?" saat ini Jihoon dam Guanlin sedang berada di cafetaria. Mereka tidak hanya berdua sebenarnya. Ada Woojin, Sehun, Kai dan Bae Jinyoung yang baru pulang dari Ausie pekan lalu. Jinyoung buru buru menyelesaikan tugasnya disana saat Jihoon memberitaunya bahwa Seonho, junior kesayangan Jihoon mengalami kecelakaan dan buta. Bukan, bukan karena Seonho sebenarnya, tapi karena waktu itu Jihoon menelepon Jinyoung seperti orang yang benar benar stress. Jihoon menangis kencang di telepon dan sungguh, Jinyoung tidak suka saat kekasihnya itu lemah. Akhirnya, Jinyoung kembali ke Korea untuk menemani Jihoon.

Kembali pada keadaan Guanlin. Guanlin hanya memjawab singkat pertanyaan Jihoon dengan anggukan.

"Hah, bodoh. Setidaknya kau harus membiarkan dirimu tetap sehat. Bagaimana kalau kau juga sakit? Siapa yang akan merawat Seonho nanti?"  Guanlin hanya tersenyum sebentar lalu melamun.

"Guan, bagaimana keadaan Seonho?" kali ini Jinyoung bertanya.

"Dia sudah lebih baik, hyung. Dia sudah mau makan dan mungkin hari ini  sudah boleh pulang," jawab Guanlin.

"Kau akan menjemputnya di rumah sakit? Atau-"

"Tentu saja aku akan menjemputnya, hyung. Aku tidak ingin melewatkan apapun tentang Seonho." jawab Guanlin mantab dan yang lain hanya tersenyum memaklumi.

Hari ini, tiba tiba saja Guanlin membatalkam janjinya untuk menjemput Seonho di rumah sakit. Alasannya, karena tiba tiba Guanlin bertemu dengan teman lamanya saat ia bersekolah di Taiwan, Tzuyu. Tidak, jangan berpikir yang tidak tidak. Guanlin dan Tzuyu tidak ada hubungan apa apa, hanya sekedae Guanlin yang notabene memang teman dekat Tzuyu selama sekolah dulu ingin menemani Tzuyu jalan jalan di Korea. Guanlin juga pamit dengam Seonho dengan alasan itu, Seonho juga memaklumi. Toh, ada ayah dan ibunya yang pasti akan menjemputnya. Seonho percaya pada Guanlin sampai sampai tidak terpikir dalam benaknya bahwa Guanlin akan bermain di belakangnya. Apalagi saat ini Seonho buta.

"Ibu, aku ingin cepat melihat," ujar Seonho pada ibunya. Saat ini mereka sudah tiba di rumah.

"Kalau kau ingin cepat sembuh, kau harus selalu menjaga kesehatan anggota tubuhmu yang lain dan juga berjanji pada ibu untuk tidak lagi memakai contactlenss, mengerti?" jelas ibu Seonho.

"Baiklah ibuuuu, aku akan menjaga mataku saat aku sembuh nanti," Seonho mantab.

Seonho termasuk anak dari orang berada, jadi tidak heran jika ia dapat dengan mudah mengatakan untuk.operasi mata, karena memang sepupu Seonho, Hwang Minhyun adalah seorang dokter spesialis mata juga yamg bertugas di Eye Hospital Singapore jadi ya tidak sulit sebenarnya.

Setelah beberapa minggu setelah kecelakaam itu, Seonho memilih homeschooling sementara untuk mengejar ketertinggalannya di sekolah umum, dan hari ini adalah hari liburnya. Guanlin juga libur tentunya, karena ini hari Minggu. Biasanya Guanlin akan datang ke rumah Seonho dan memceritakan harinya selama seminggu ini atau Seonho akan menemani Guanlin mengerjakan tugas akhir pekannya. Tapi sudah dua minggu ini Guanlin tidak datang ke rumah Seonho, walaupun begitu pasti malamnya Guanlin akan menelepon Seonho dan menjelaskan alasannya. Dan Seonho pasti akan memakluminya -lagi.

"Guanlin, ini salah," pemuda tersebut berbicara dengan nada gelisah.

"Apanya yang salah dari dua orang yang saling jatuh cinta, hyung?" Guanlin memegang tangan pemuda di hadapannya.

Saat ini Guanlin sedang duduk di sebuah cafe bersama pemuda yamg pasti kita tau bahwa dia adalah Park Jihoon. Hari ini adalah hari.libur, jadi ini adalah kesempatan Guanlin untuk mendekati Jihoon dengan alasan menanyakam apa yang seharusnya dia lakukan untuk merawat Seonho, namun yang sekarang terjadi adalah Guanlim yang sedang menyatakam cintanya pada Jihoon.

"Guanlin, aku tidak tau apa yang sedang melanda otakmu saat ini, tapi sungguh. Kadar kewarasanmu hari ini adalah nol." jawab Jihoon dengan menekankan kata 'nol'.

"Anggaplah aku begitu, hyung. Aku hanya tidak tau bagaimana hyung bisa menolakku dengan alasan sudah bersa Jinyoung hyung, karena kenyataannya hyung sesang ada disini bersamalu." Guanlin kembali bicara dan membuat Jihoon memijat pelipisnya.

"Aku datang kesini karena kau menghubungiku dan kau bilang ingin membicarakan tentang Seonho. Tentu saja aku datang. Tapi, ternyata aku salah karena harus pergi kesini," Jihoon menyandarkan punggungnya pada kursi. Tidak habis pikir dengan apa yang Guanlin pikirkan.

Memang beberapa minggu ini Guanlin sering sekali menempel pada Jihoon dan Jihoon paham akan hal itu, namun Jihoon berpikir Guanlin seperti itu hanya untuk menjadikan Jihoon hyung biasa layaknya sahabat, bukan seperti ini. Jihoom terkejut saat Guanlin bilang ia jatuh cinta pada Jihoon. Bagimana tidak, selama ini Jihoon benar benar menganggap Guanlin adalah juniornya yang paling ia sayang, sayang dalam arti hyung dan dongsaeng bukan seperti yang Guanlin pikirkan selama ini.

"Aku mencintai Bae Jinyoung, Guanlin. Aku tidak menaruh rasa apapun padamu, tolong mengertilah." Jihoon mulai memohon pada Guanlin untuk mengerti, pasalnya sedari tadi Guanlin terus mengucapkan kata aku mencintaimu kepada Jihoon.

"Hyung, aku tidak mengerti kenapa kau bisa bilamg bahwa kau tidak mencintaiku padahal kau selalu ada saat aku membutuhkanmu, saat Seonho bahkan tidak bisa melakukannya."

"Kau selalu ada saat aku ingin ada seseorang yang menonton pertandingan basketku, saat aku berkeringat kau selalu membersihkan keringatku, saat aku haus kau memberiku minum, saat aku bosan dengan keterbatasan Seonho kau selalu ada menghiburku, mengajakku pergi ke taman hiburan. Apa artinya semua itu hyung?!" Guanlin mulai meninggikan nada bicaranya. Guanlin sendiri tidak habis pikir bagaimana Jihoon bisa bilang dia begitu mencintai Bae Jinyoung saat jelas jelas kebanyakan waktu Jihoon dihabiskan bersama Guanlin.

"Karena kau adalah cahaya bagi Seonho. Aku tidak ingin melihatmu lelah menghadapi kelemahan Seonho. Aku berbuat demikian karena aku tau Seonho pasti akan sedih saat kau juga sedih, atau bahkan berpaling darinya. Tapi nyatanya aku lagi lagi salah. Kau salah mengartikan kebaikanku selama ini Guanlin-ah," ucap Jihoon lembut, berharap agar Guanlin sadar bahwa rasanya pada Jihoon adalah salah.

"Aku tidak tahan bersama Seonho, hyung! Aku sudah tidak tahan dengan kelemahamnya. Dia buta dan dia tidak bisa berbuat apa apa untukku,hyung!"

Plaaaak!!!

Suara tamparan dan bekas jari jari tangan itu terekam jelas di memori Guanlin. Bagaimana Jihoon marah dan menamparnya lalu berlalu sambil berkata,

"Tak akan kubiarkan Seonho disakiti oleh laki laki brengsek sepertimu, Guanlin."

Blind // guanhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang