10

1K 240 36
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca dan comment setelahnya yaa

Oiya nanti pas chap chap akhir bakal aku private ya😁

Keadaannya masih sama. Guanlin masih tidak mau bertemu dengan siapapun saat ini. Guanlin hanya tidak ingin mendengar kata kata "turut berdukacita" dari hampir setiap orang yang datang menjenguknya.

Ayah dan ibu Guanlin telah tiba di Korea kemarin pagi pagi buta saat diberitahu oleh Woojin bahwa Guanlin mengalami kecelakaan.

Bayangan kecelakaan di benak mereka adalah Guanlin yang terbaring tidak berdaya akibat luka fisik yang dideritanya, namun pada nyatanya kecelakaan itu membuat Guanlin tidak berdaya akibat luka batinnya. Luka batin karena kehilangan Seonhonya.

.
.

"Dia masih tidak mau bertemu dengan siapapun saat ini," Ny. Lai terduduk lemas di ruang tunggu sambil sesekali mengusap air matanya yang jatuh.

"Kau harus percaya bahwa Guanlin bisa melewati ini, istriku."

"Aku tau Guanlin sangat menyayangi Seonho, yah. Saat Guanlin meneleponku hanya untuk sekedar bertanya bagaimana cara meyakinkan perasaan seseorang, bagaimana cara menjaga hati seseorang, bagaimana cara membahagiakan pasangan," Ny. Lai mengambil jeda.

"Aku tau Guanlin sangat menyayangi Seonhonya. Aku tidak bisa bayangkan betapa hancur hatinya saat ini. Apalagi Jihoon sudah menceritakanku semuanya," Ny. Lai kembali menangis dan suaminya lantas memeluknya erat.

Memang tidak ada yang tau kelemahan Guanlin. Semua orang menganggap Guanlin adalah seorang perfectionist sampai pasa akhirnya Seonho datang dan merubah semuanya.

Guanlin memiliki kelemahan, kehilangan Seonho.

.
.

"Aku ingin kau terus bersamaku, menemaniku, menjagaku, menuntunku saat aku tersesat. Hyung bisa melakukan itu?"

"Apa yang tidak bisa seorang Guanlin lakukan untuk menjaga permatanya?"

"Hyung kan seorang yang cepat bosan, aku jadi takut,"

"Hey, tatap aku, Seonho-ya" Seonho mengangkat wajahnya yang sedaritadi tertunduk dan langsung bertemu dengan manik mata Guanlin.

"Tatap aku dan katakan padaku, apa aku masih membuatmu ragu?"

Seonho menggeleng lemah.

"Apakah aku masih seperti Guanlin yang seperti kau pikirkan selama ini?"

Seonho lagi lagi menggeleng lemah. Karena, ketika dipikir lagi, Guanlin banyak berubah saat mendekatinya.

"Apa aku sebrengsek itu hingga kau tidak mau bersamaku?"

Kali ini Seonho menggeleng mantab.

"Tidak hyung! Guanlin hyung tidak brengsek. Guanlin hyung sudah membuatku-"

"Tidak usah diteruskan, aku tau jawabannya."

Saat itu adalah saat terindah untuk Guanlin. Seonho akhirnya menjadi miliknya.

.

.

"Guanlin-ah!!"

"Guanlin-ah!! Sadarlah!!"

Saat ini ayah dan ibu Guanlin serta teman teman Guanlin tengah panik menghadapi Guanlin yang meronta dan menangis dalam tidurnya.

Ny. Lai tidak berhenti menangis sejak tadi. Sungguh, Guanlin terlihat sangat tersiksa saat ini tanpa Seonho. Lemah.

"SEONHO!!!!"

Guanlin berteriak dan dengan cepat melepaskan seluruh selang infus yang bertengger di tangannya dan berlari keluar ruangan membuat semua orang disana panik.

"Guanlin tunggu!!" Woojin mengejar.

"Guanlin-ah!!!" Jihoon dan Jinyoung di belakangnya.

Guanlin berlari sambil menangis. Entahlah, pikirannya kacau. Guanlin benar benar sudah gila sekarang.

Guanlin melangkahkan kakinya dengan cepat tanpa peduli ia telah menabrak apapun yang ada di depannya dan darah yang mengalir dari lukanya dan dari bekas infusnya.

Woojin, Jihoon dan Jinyoung terus mengejar Guanlin hingga melihat Guanlin berhenti dan mematung.

Di hadapan Guanlin saat ini terlihat seseorang yang amat ia rindukan. Seseorang yang menjadikannya gila karena rasa bersalahnya.

Seonho. Guanlin bertemu Seonho. Namun, keadaan Seonho membuat Guanlin menangis kencang hingga terjatuh ke lantai.

Tadi, saat Guanlin terus berlari tidak tentu arah, tiba tiba di pertigaan lorong rumah sakit ada beberapa suster yang mendorong satu tempat tidur pasien dengan tergesa gesa.

Guanlin menabraknya dan terkejut saat melihat orang yang sedang terbaring disana. Seonhonya. Itu Seonho. Jelas Guanlin tidak salah lihat.

Lutut Guanlin melemas. Air mata jatuh dengan derasnya tidak tertahan lagi. Guanlin terduduk di lantai dan membiarkan suster suster itu kembali mendorong tempat tidur itu dengan cepat.

Goodbye my love.

Blind // guanhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang