08

1.1K 268 70
                                    

Jangan lupa klik tombol vote sebelum membaca dan berikan komentar setelahnya ya.

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, dengan kekuatan tingkat dewa Guanlin berlari menuju parkiran dan segera melaju ke rumah Seonho. Alasannya? Jelas saja karena ia ingin bertanya pada Seonho, mengapa pemuda itu tidak memberitahu Guanlin bahwa ia akan pergi ke Singapura. Pikiran Guanlin berkecamuk sekarang. Jalanan yang macet membuatnya frustasi karena tidak bisa sampai di rumah Seonho dengan cepat.

Butuh waktu 30 menit dari sekolah untuk sampai di rumah Seonho. Saat ini Guanlin tengah berdiri di depan pintu rumah Seonho. Alih alih mengetuk atau menekan bell, Guanlin malah diam dan menatap pintu itu. Pikirannya kacau, hatinya berantakan memikirkan bagaimana reaksi Seonho nanti saat Guanlin datang dan-

"Guanlin, sedang apa berdiri di depan pintu? Kenapa tidak mengetuk atau menekan bell?" Guanlin tidak sempat melanjutkan lamunannya karena Ny. Yoo membuka pintu rumah secara tiba tiba.

"Ah~ aku baru saja datang, bibi." jawab Guanlin dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Mau menemui Seonho? Langsung ke kamarnya saja ya. Dia sedang tidur tadi." Guanlin hanya mengangguk dan langsung melesat ke kamar Seonho, meninggalkan Ny. Yoo yang masih berdiri di ambang pintu dan mengulum senyum melihat Guanlin.

Disinilah Guanlin sekarang, menatap Seonho yang tengah tertidur pulas dengan mulutnya yang sedikit terbuka. Dalam hati Guanlin meruntuki kebodohannya sendiri yang sempat berpikir untuk meninggalkan Seonho yang benar benar sempurna untuk dirinya yang sangat luar biasa, keegoisannya. Guanlin perlahan mendekat ke ranjang Seonho dan menatap pemuda itu dengan saksama. Perlahan, tangannya terulur untuk menyentuk pipi Seonho dan mengusak rambut pemuda itu hingga Seonho menggeliat tak nyaman dalam tidurnya. Guanlin terkekeh pelan saat melihat reaksi Seonho tanpa ada niat untuk menghentikan kegiatannya.

"Eunggh~" leguh Seonho saat ia merasa benar benar terganggu tidurnya.

"Ibu, kenapa membangunkanku?"

"Apa sentuhanku selembut sentuhan ibumu, Seonho?" Seonho mematung, seketika matanya langsung membola dan kesadarannya terkumpul dengan cepat.

"G-Guanlin hyung?" ujarnya terbata.

"Kenapa tidak bilang padaku, hm?" alih alih menjawab, Guanlin malah balik melempar pertanyaan pada Seonho. Seonho menaikkan alisnya bingung.

"Maksud hyung?"

"Kenapa tidak bilang kalau kau akan pergi mengambil penerbangan besok pagi?"

"Sebegitu marahnya kah kau padaku setelah mengetahui semuanya, Seonho-ya?" Guanlin bertanya dengan nada parau membuat Seonho kelabakan dan menggerakkan tangannya untuk mencari wajah Guanlin dan menyentuhnya.

"Hyung, bukan begitu maksudku," Seonho berusaha menjelaskan.

"Aku tau semuanya, hyung. Aku bahkan tidak tau harus berkata apa saat Jihoon hyung datang padaku dan memberitahu semuanya padaku." Seonho menghela napasnya dan Guanlin setia untuk mendengarkannya kali ini.

"Aku tidak tau, tapi aku merasa hatiku sakit. Aku berpikir bahwa dulu kaulah yang mengejarku, kau yang memintaku untuk selalu ada bersamamu, kau yang selalu memintaku untuk menjadikanmu cahaya dalam kegelapanku, tapi nyatanya kau berkhianat."

"Aku selalu menunggu kabar darimu, aku selalu menunggumu untuk datang ke rumahku, aku menunggumu untuk mengajakku pergi dan menonton pertandinganmu, tapi nyatanya kau malah pergi dengan Jihoon hyung," Seonho tersenyum miris.

"Seonho maaf-"

"Aku belum selesai bicara, hyung. Dengarkan aku." okay, Seonho sudah berani memotong perkataan Guanlin sekarang.

Blind // guanhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang