11

960 237 28
                                    

Jangan lupa votmentnya yha cintaQ.

.
.

"GUANLIN!!" Seru Jihoon, Woojin dan Jinyoung saat melihat Guanlin yang tiba tiba terjatuh setelah berhenti menabrak salah satu suster yang sedang lewat.

"Guanli bodoh! Apa yang kau lakukan?!" Woojin panik melihat sahabatnya jatuh tak berdaya.

"S...se...seonho..." Woojin, Jihoon dan Jinyoung saling melempar pandang.

"Seonho? Disini?" tanya Jihoon memastikan dan Guanlin mengangguk lalu tangannya menunjuk ke arah suster yang ditabraknya barusan.

"Kau tidak salah lihat, Guanlin-ah?" Jinyoung mulai bertanya.

Wajar saja Jinyoung bertanya, pasalnya Guanlin yang tiba tiba lari dari ruangannya dan menabrak suster yang sedang membawa pasien dan dia bilang pasien itu adalah Seonho.

"Aku tidak bohong, hyung. Itu Seonho!!" Guanlin mulai emosi.

Guanlin kembali mencoba berdiri, namun sialnya ia tidak bisa. Tubuhnya terlalu terkejut hingga melemas. Ya, wajar saja. Bahkan tangan Guanlin pun masih mengeluarkan darah.

Woojin akhirnya membujuk Guanlin untuk kembali ke kamarnya sedangkan Jihoon dan Jinyoung pergi untuk memastikan bahwa yang dilihat Guanlin benar benar Seonho.

.
.

"Aku tidak tau bibi. Saat kami berangkat, tiba tiba semua boarding pass kami hilang."

"Minhyun-ah, kau tau, bibi sampai masuk rumah sakit karena menganggap kecelakaan naas itu benar benar menimpa Seonho. Bibi tidak kuat membayangkannya, Minhyun-ah"

"Bibi tidak perlu khawatir, Tuhan masih menjagaku dan Seonho saat itu." ucap Minhyun seraya tersenyum dan menampakkan eyesmilenya.

Dengan telaten Minhyun menceritakan kejadian sebenarnya kepada ayah dan ibu Seonho. Tentang bagaimana ia meninggalkan Seonho saat ingin pergi ke toilet dan Seonho yang dijambret oleh seorang yang tak dikenal. Penjambret itulah yang membuat Minhyun dan Seonho batal untuk terbang ke Singapura karena semua identitas diri Seonho ada di dalam dompet yang dibawa lari oleh si penjambret. Sialnya, hari itu adalah kecelakaan pesawat dan polisi serta Tim SAR hanya menemukan identitas Seonho pada diri sang penjambret.

"Bibi tidak bisa membayangkan rasanya kehilangan putra bibi, Minhyun-ah"

"Bibi, aku kan sudah berjanji untuk menjaga Seonho. Tadi aku gagal sedikit, namun akhirnya Tuhan sendirilah yang menjaga Seonho," Minhyun kembali tersenyum. Ayah dan ibu Seonho merasa lega dengan semua ini.

Tadi, saat ibu Seonho sadar dari pingsannya di rumah sakit, Minhyun meneleponnya dan memberitahu bahwa Seonho akan menjalani operasi mata mendadak di Korea karena mereka gagal berangkat ke Singapura. Lagi lagi ibu Seonho menangis saat mendapat kabar itu, tapi menangis dalam perasaan lega dan bahagia.

.
.

"Guanlin, pemuda yang dibawa suster tadi benar benar Seonho." Jinyoung memberitahu Guanlin dan Guanlin langsung menatap Jinyoung menuntut penjelasan lebih jelas.

Jinyoung dan Jihoon menjelaskan kronologis yang mereka dengar saat tidak sengaja mereka mengintai Seonho. Jinyoung bercerita mengenai penjambretan yang dialami Seonho dan alasan Seonho melakukan operasi mata di Korea.

Guanlin bernapas lega, namun sesaat kemudian ia menatap kosong tembok didepannya. Pikirannya kembali melayang entah kemana.

Guanlin terus berpikir, apakah nanti Seonho akan memaafkannya dan menerimanya kembali saat pemuda itu bisa melihat atau bahkan Seonho akan memilih untuk meninggalkan Guanlin seperti yang Guanlin lakukan pada Seonho kemarin.

Tanpa sadar tangan Guanlin mengepal kuat dan berakibat pada lukanya yang terus mengeluarkan darah. Sakit. Tapi Guanlin tidak peduli karena dirinya sudah mengerti bagaimana rasanya sakit yang sebenarnya. Sakit saat Seonho pergi jauh darinya.

"Aku ingin menemani operasi Seonho. Woojin-ah, bisa tolong bantu aku kesana?" Woojin mengangguk.

"Tapi, sebelumnya perawat harus lebih dulu membersihkan darahmu, Guanlin-ah." Guanlin menurut dan membiarkan perawat kembali mengganti perban ditangannya untuk yang kesekian kalinya dalam waktu satu hari.

Saat semuanya sudah selesai dan Guanlin sudah bersiap untuk ke ruangan operasi Seonho, Jihoon memegang pundak Guanlin lalu tersenyum.

"Kau harus bisa menjaga cintamu, perasaanmu dan hatimu pada orang yang tepat. Kesempurnaan tidak dapat dilihat hanya oleh matamu, tapi juga harus juga kau rasakan melalui ini—" Jihoon menunjuk dada kiri atas Guanlin.

"Jika disini ada debaran aneh yang menjengkelkan saat kau bertemu dengan Seonho, dapat dipastikan bahwa kau amat sangat mencintainya. Dan kau pasti bisa merasakan kesempurnaan dalam hidupmu lewat cinta itu, Guanlin-ah. Semoga berhasil dan, —"

"Jangan pernah berpikir untuk merebut Jihoon dariku." Jinyoung memotong ucapan Jihoon dan mengeratkan pelukannya di pinggang Jihoon yang membuat Guanlin tertawa.

"Aku minta maaf hyung," Guanlin tulus saat mengucapkannya dan berpamitan untuk segera menuju ruang operasi kekasihnya.

Blind // guanhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang