04

1K 258 34
                                    

Ga bosen untuk ingetin jangan lupa klik tombol vote sebelum membaca ya.

Sore itu masih di musim semi yang sama, Seonho melangkahkan kakinya menuju rumahnya. Hari ini Seonho terpaksa harus pulang sendiri, karena Guanlin mendapat panggilan latihan mendadak dari oelatih basketnya, sedangkan Daehwi dan teman temannya yang lain sedang sibuk mengurusi tugas kelompok. Kenapa Seonho tidak ikut kerja kelompok? Alasannya karena mata Seonho yang sakit, mungkin karena ia yang terlalu sering menggunakan contactlens. Seonho sebenarnya bukanlah orang yang suka menggunakan barang barang seperti itu, tapi Guanlin pernah sekali berkata pada Seonho bahwa Seonho lebih baik menggunakan lens yang tipis, daripada harus menggunakan kacamata bulat dan tebal yang sering Seonho pakai. Hal itu membuat Seonho lantas menggunakan lensnya dan melupakan kacamata tebalnya. Demi kebahagiaan Guanlin, katanya.

Mata Seonho semakin parah. Mungkin karena Seonho juga lupa membawa Aquades untuk mencuci lensnya, sehingga sekarang terasa sangat perih di mata. Ditambah Seonho yang berjalan kaki harus berurusan dengan debu di sekitar jalan. Tanpa sadar Seonho mengucek bagian matanya. Sakit.

"Oh mataku!!" Seonho memekik dan seketika langsung menjadi pusat perhatian orang oramg di sekitarnya.

Seonho yang kelimpungan karena kedua matanya terasa sangat perih akhirnya pun jatuh di tengah banyaknya kerumunan massa. Tanpa ia sadari, dari arah berlawanan telah melaju sepeda dengam kecepatan tinggi dan tabrakan itu tidak dapat terhindarkan. Seonho tidak ingat apa apa lagi setelah suara benturan keras yang di dengarnya.

Seonho sadar saat ini. Sayup sayup Seonho mendengar suara ibu dan ayahnya. Ibunya menangis dan ayahnya mencoba untuk menenangkannya. Tangan Seonho bergerak dan menemukan tangan seseorang lain di samping tempat tidurnya. Seonho meraba tangan itu dan-

"Guanlin hyung?" ucap Seonho lemah.

"Paman, Bibi, Seonho sudah sadar!!" Seru Guanlin dan setelahnya ayah dan ibu Seonho menghampiri anak mereka.

"Ibu, ayah? Aku dimana? Dan kenapa disini...... gelap?" Seonho memelankan kata terakhir pada kalimatnya. Dengan sedikit panik, Seonho segera memegang bagian matanya.

"Aku kira aku buta, ternyata mataku hanya di tutupi perban," ujar Seonho dengan senyuman tulusnya. Tanpa Seonho lihat, ibu dan ayahnya sedang berusaha menahan tangis. Dan Guanlin sendiri, entahlah. Guanlin bingung harus berekspresi seperti apa saat ini.

Seonho dengan ketidaktahuannya menceritakan bagaimana matanya terasa sakit dan perih, lalu bagaimana ia ditabrak oleh sepeda dan berujung di ranjang rumah sakit. Seonho menceritakannya dengan tertawa, bayangkan.

"Aku tidak tau, tiba tiba saja aku merasa sepeda itu menabrakku, aku langsung pingsan ya? Hah aku payah sekali! Pasti Guanlin hyung sedang memahan tawa kan saat ini?" ujar Seonho dengan raut wajah seolah mengejek.

"Bodoh. Masih bisa tertawa. Aku langsung panik dan meninggalkan latihanku demi kekasihku yang manis ini. Hahaha," Suara tawa renyah yang Seonho dengar, tapi wajah menahan tangis yang tidak Seonho lihat. Sejak tadi Guanlin memilih tidak memasang ekspresi apapun, tapi saat mendengar celoteh Seonho yang seolah baik baik saja, Guanlin merasa sakit. Ia ingin menangis saat ini.

Dan dokter pun datang. Memeriksa keadaan Seonho dan-

"Mari kita buka perban di matamu, Seonho-ya," Semua orang dalam ruangan itu menegang, kecuali Seonho yang mengangguk senang.

"Baiklah, buka matamu sekarang!" perintah dokter tersebut.

"Dokter, apakah semua lampu di ruangan ini dimatikan?" Seonho bertanya masih dengan senyuman.

Dokter mengambil senter dan mengarahkannya pada mata Seonho, namun nihil.

"Aku buta ya? Hahaha. Tertabrak sepeda membuatku buta," Semua orang menangis. Ibunya Seonho langsung memeluk anaknya dan berkali kali mengucapkan mantra penenang andalannya

Kau tidak akan apa apa Seonho, - Ny. Yoo.

"Itu bukan karena kecelakaan sepeda, Seonho-ya. Tapi, karena contactlensmu yang melukai kedua kornea matamu." Jelas dokter tersebut.

"Saat ini jalan terbaik adalah mencari donor mata yang cocok denganmu. Tapi, di Korea sangat sulit menemukannya. Kalian keluarga Dokter Hwang, kan? Kurasa beliau tau kemana Seonho harus dibawa, karena dia adalah dokter spesialis mata." Setelah menjelaskan itu, dokter lalu langsung berpamitan keluar meninggalkan Guanlin, Seonho, ayah serta ibu Seonho yang sedang sibuk menenangkan Seonho yamg terguncang.

Disinilah Guanlin sekarang. Menangis dengan hebat di pelukan Jihoon. Tadi, setelah Seonho diberi obat penenang oleh dokter ia telah tertidur. Guanlin tidak tega melihat keadaan Seonho dan ia langsung menghubunhi Jihoon selaku senior yang paling dekat dengan Seonho, entahlah instingnya berkata demikian. Jihoon berusaha menenangkan Guanlin, memberi Guanlin semangat dengan mengatakan bahwa Seonho tidak akan buta permanen, Seonho pasti sembuh. Tapi nyatanya, tangis Guanlin semakin pecah.

"Aku tidak menyangka Seonho akan menjadi seperti ini hyung," ujar Guanlin sembari menangis dengan kencang sampai sukit sekali rasanya untuk Guanlin untuk bernafas.

"Guanlin-ah, coba tatap aku," Jihoon bicara dan Guanlin menurutinya.

"Kau pikir, Seonho akan sembuh jika kau menangis disini? Tidak. Seonho tidak akan pernah sembuh kalau kau hanya menangis seperti ini. Seonho membutuhkanmu Guanlin-ah. Kau harus menjadi satu satunya cahaya dalam gelapnya saat ini," Guanlin diam. Perlahan tangisnya mulai reda. Jihoon benar, Guanlin harus menjaga Seonho. Seonho adalah segalanya bagi Guanlin.

Setidaknya, sebelum perasaan itu masuk dan menjalar di hati Guanlin. Perasaan yang aneh saat ia bersama Park Jihoon.

Blind // guanhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang